Mohon tunggu...
Ony Dina Maharani
Ony Dina Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - -

Rengkarnasi dari Minerva

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Reformasi Iklim Membaca: Pendekatan Strategis Menuju Sekolah Berbudaya Baca

12 Oktober 2017   23:18 Diperbarui: 12 Oktober 2017   23:25 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal semacam ini perlu ditinjau ulang melalui studi empiris yang objektif, karena bukan tidak mungkin penciptaan program-program gemar membaca yang dilakukan selama ini kontraproduktif terhadap tujuan yang ingin dicapai. Reformasi penciptaan iklim gemar membaca harus dirancang secara komprehensif dan dilaksanakan secara konsisten dengan arah yang jelas. Perlu untuk selalu dipahami bahwa pembaharuan tidak terjadi secara instan dan simplistic. Pembaharuan harus dilakukan melalui studi yang kompleks dan diimplemantasikan dalam kurun waktu yang lama.

Pada program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah terbangun konsensus tentang penciptaan lingkungan literat bagi anak. Tugas kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik adalah bersinergi mencetak generasi literat masa depan. Pribadi siswa juga sangat penting diperhatikan untuk memastikan bahwa siswa dapat menemukan relevansi antara bacaan dan diri mereka sendiri secara pribadi, sehingga dapat tercipta keinginan dan hubungan yang kuat terhadap bahan bacaan.

Menterjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan iklim gemar membaca dalam menumbuhkan budaya baca di sekolah dasar, perlu dimulai dari hal-hal sederhana sebagai berikut.

Pertama: Mengetahui bekal awal yang dibawa siswa dari rumah.

Sering kali terjadi kesenjangan antara siswa yang berangkat dari rumah literat/kaya bacaan, dengan siswa yang berangkat dari rumah yang tidak literat. Semakin tinggi aktivitas kegiatan berliterasi yang terjadi di rumah, maka semakin tinggi minat baca yang dibawah anak ke sekolah (Weigel dkk., 2006). Keberagaman latar belakang literasi rumah inilah yang sering diabaikan oleh guru. 

Idealnya, guru dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan membaca yang dibawah siswa dari rumah untuk menghindari pemberian bahan bacaan yang tidak sesuai dengan kemampuan awal dan minat mereka. Guru sebaiknya bersikap menerima, mendukung, dan selalu mengapresiasi bahan bacaan yang dipilih sendiri oleh siswa. Siswa secara berkelanjutan akan merasa nyaman dengan lingkungan literat yang diciptakan guru di sekolah. Perasaan nyaman yang terbina dapat menumbuhkan kebiasaan untuk gemar membaca di sekolah.

Kedua: Menciptakan lingkungan kelas yang tidak mengancam.

Masih terjadi miskonsepsi terhadap praktik pembelajaran di sekolah, bahwa hanya ada satu kebenaran objektif dan tunggal. Jarang sekali guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa terhadap buku. Guru lebih sering bertanya untuk mengetahui apakah siswa dapat menjawab dengan benar isi dari buku tersebut. Dampak dari kesalahan inilah yang membuat siswa merasa tidak bebas dan takut. Siswa akan menarik diri untuk tidak lagi dekat dengan buku agar terhindar dari jawaban salah. Perspektif yang demikian harus segera diubah agar hubungan siswa dengan buku tidak berjarak semakin jauh.

Ketiga: Menghargai berbagai respon siswa. 

Setiap kali siswa menunjukkan ketertarikannya terhadap bahan bacaan, mintalah mereka berbagi/menceritakan perasaan mereka (Musthafa, 2014:4). Mendorong siswa untuk mau mendemonstrasikan hasil bacaan melalui beragam media, seperti hasil bacaan dituangkan dalam bentuk gambar yang kemudian dapat diceritakan kembali ke depan kelas. Berikan tepuk tangan dan penghargaan agar siswa merasa hasil kegiatan membacanya dihargai. Keterbukaan dan penghargaan yang diciptakan oleh guru dapat membangkitkan keinginan siswa untuk terus mencari dan menemukan bahan bacaan yang lebih banyak. Tanpa disadari minat siswa terhadap bahan bacaan meningkat.

Keempat: Menghadirkan buku pada banyak ruang di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun