Mohon tunggu...
Ony Dina Maharani
Ony Dina Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - -

Rengkarnasi dari Minerva

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Reformasi Iklim Membaca: Pendekatan Strategis Menuju Sekolah Berbudaya Baca

12 Oktober 2017   23:18 Diperbarui: 12 Oktober 2017   23:25 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Membaca merupakan ujung tombak perluasan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi siswa. Paradigma kegiatan membaca sebagai suatu tuntutan dapat bergeser menjadi kebutuhan hidup, apabila telah tercipta budaya membaca di sekolah. Budaya baca dapat diciptakan dan dibina melalui beberapa kegiatan, yaitu (1) Mengetahui bekal awal yang dibawa siswa dari rumah; (2) Menciptakan lingkungan kelas yang tidak mengancam; (3) Menghargai berbagai respon siswa; (4) Menghadirkan buku pada banyak ruang di sekolah; dan (5) Mendekatkan siswa dengan beragam bahan bacaan. Budaya baca di sekolah akan mengantarkan siswa dekat dengan buku dan menjadikan membaca sebagai senjata paling ampuh mengubah dunia.

Kata kunci: Budaya Baca, Minat Baca, Kebutuhan, Tuntutan

Pendahuluan

Peningkatan minat baca masih menjadi perkerjaan rumah yang belum terselesaikan. Berbagai program telah dilakukan untuk menemukan solusi terbaik. Pembiasaan membaca buku non pelajaran, pengelolaan sudut baca, hingga diterapkannya kunjungan wajib ke perpustakan belum juga memperoleh hasil maksimal. Rendahnya koloborasi dan kegagalan bersinergi dari beberpa pihak semakin memperkeruh permasalahan ini. Minat baca tidak selalu berhubungan dengan kebutuhan, namun besar kemungkinan berkaitan dengan keinginan hati seseorang (Maharani, 2016:106). Pemberian buku yang tidak sesuai dengan usia siswa atau memaksa siswa membaca buku yang tidak digemari, secara langsung dapat berpengaruh terhadap suasana hati siswa.

Data dari Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015 menunjukkan keterpurukan kemampuan anak-anak Indonesia di peringkat ke 64 dari 72 negara. Data terbaru dari Most Littered Nation In The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 60 dari 61 negara anggota riset. Kondisi ini kurang menguntungkan apabila ditinjau dari tuntutan dan tanggung jawab untuk menjadikan buku sebagai bagian dari proses kebutuhan belajar di sekolah.

Mencermati permasalahan yang terjadi, sistem pendidikan Indonesia secara proaktif perlu menemukan strategi dan mengubah orientasi program-program peningkatan minat baca atas dasar kebutuhan nyata kehidupan masa depan berdasarkan hasil kajian lapangan yang objektif. Minat baca yang dibangkitkan pada usia dini dapat dijadikan landasan bagi berkembangnya budaya baca di masa depan. Tujuan pembuatan artikel ilmiah ini adalah mengeser pola pemikiran dalam menyikapi rendahnya minat baca yang masih saja terjadi di sekolah. Guru dan seluruh kalangan yang terlibat diharapkan dapat lebih peka dalam memahami tuntutan dan kebutuhan anak agar tercipta iklim gemar membaca sehingga budaya baca di sekolah dapat segera ditunaikan.

Pembahasan

Retorika pendidikan yang menyebutkan "semakin banyak membaca buku, semakin berilmu" merupakan perwujudan dari pentingnya membaca buku sebagai ujung tombak memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan. Seyogyanya retorika tersebut direalisasikan dalam program-program yang kongkret dan terencana. 

Sebelum menelaah terlalu jauh berbagai pendekatan, perlu diketahui terlebih dahulu potret permasalahan yang terjadi saat ini. Beberapa tuntutan perubahan mendasar perlu segera dilakukan, namun perubahan tidak bisa dilakukan begitu saja tanpa persiapan dan kajian yang matang. Sistem pendidikan Indonesia terlalu sering mengalami perubahan yang menyebabkan terbentuknya lingkungan yang "terburu-buru".

Secara umum reading comprehension skills merupakan satu dari tiga poin penting kebutuhan pendidikan yang menuntut perhatian serius. Sekolah dianggap memiliki peranan strategis sebagai pemandu terjadinya perubahan. Langkah awal dalam mencermati apa yang menjadi tuntutan adalah dengan menciptakan iklim gemar membaca di sekolah. Iklim gemar membaca tidak akan optimal jika hanya ditularkan melalui kegiatan 15-20 menit membaca buku di luar jam belajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun