Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjanda, Puncak Evolusi Abu Janda?

31 Januari 2021   11:37 Diperbarui: 31 Januari 2021   11:56 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik "Abu Janda" akan segera memasuki babak baru. Saya sebut babak baru karena hal ini sebenarnya lanjutan perang narasi yang sudah  lama berlangsung,  jauh sebelum polemik kata evolusi yang dicuitkan Abu janda kepada Natalius Pigai. Mereka yang kontra dengan Abu janda seakan menemukan  momentum Pigai untuk  melakukan cornering   hingga Abu Janda berhasil digiring ke situasi dimana ia harus "menjanda"dan berakhir di penjara.  

Tentu tidak akan berhenti sampai di situ saja, Abu Janda hanyalah satu dari beberapa orang yang mau dan berani memposisikan dirinya untuk berada di depan dalam pertarungan narasi yang masih jauh dari usai di negeri 62. Setelah Abu janda, target berikutnya tentu akan lebih mudah untuk ditekuk. 

Abu Janda, saya tidak begitu paham latar belakang Permadi Arya memilih Abu Janda untuk mewakili dirinya. Mengapa harus memilih  janda, saya juga tidak tahu. Entah atau tidak di pikiran yang bersangkutan pernah terbersit bahwa satu saat ia akan menjadi janda betulan, saya juga tidak tahu. Kebetulan atau sengaja namun menjadi menarik ketika situasi terkini sangat bisa memaksa Abu Janda benar benar menjanda atau menjadi janda.

Menjanda adalah suatu keadaan dimana seorang wanita  berpisah, bercerai atau ditinggal oleh suaminya, seseorang yang sebelumnya bersama sama dengan dirinya. Dalam konteks Abu Janda, tentu harus disesuaikan. Abu Janda menjanda ketika mereka yang sebelumnya ada di pihaknya atau bersama sama dengan dia, kini berubah dan meninggalkan dirinya. Bukan hanya meninggalkan, malah ada yang ikut berbalik dan memilih  berseberangan dengan dirinya.

Adalah Susi Pudjiastuti ( SP)dan Dedi Mulyadi atau Kang Dedy yang menurut saya cukup berpengaruh dalam proses evolusi Abu Janda. Hemat saya, mayoritas pengikut ketiganya adalah beririsan. Artinya, baik  pengikut SP maupun Kang Dedy mayoritasnya juga merupakan pengikut Abu Janda. Jadi, tidak efektif saya kira ketika SP menyerukan unfollow Abu Janda. Seruan yang unfaedah menurut saya bila disampaikan oleh SP kepada followernya. Demikian juga dengan statemen Kang Dedy yang menyebut Abu Janda banyak aksi kurang referensi. Saya kurang yakin bila pengikut Kang Dedi akan mudah mengamini hal itu. 

Persoalannya, ketika statemen Kang Dedy dan SP dimanfaatkan oleh mereka yang kontra Abu Janda, seakan akan banyak pengikut keduanya berubah haluan dan kini memilih berseberangan dengan Abu Janda,  padahal tidak sebenarnya, mayoritas mereka bukanlah pengikut keduanya. Statemen mereka dimanfaatkan, itu saja menurut saya.

Lalu apa pengaruhnya ke evolusi Abu Janda? Di sinilah evolusi itu mulai berlangsung. Ketika pernyataan PA dan Kang Dedy terus menerus digaungkan dengan ditambah narasi narasi guna memojokkan Abu Janda hingga ia tersudut dan ada di posisi bersalah. Namanya orang salah untuk apa  dibela? Ketika Abu Janda sudah diposisikan bersalah tentulah tidak banyak lagi yang mau mendukung apalagi membelanya. Abu Janda akan ditinggal, berpisah atau cerai dari mereka-mereka yang sebelumnya ada bersama sama  maupun di belakang mendukungnya dalam perang narasi ini. 

Abu Janda berevolusi menjadi janda atau menjanda, sangat mungkin terjadi sebagai hasil dari seleksi alam medsos di mana yang lebih kuat akan menang. Ini sudah mulai terlihat, ketika beberapa orang yang tadinya ada di pihak Abu Janda kini memilih berseberangan. Jika ini terus menerus terjadi dan dibiarkan maka satu ketika, bahkan mungkin tidak lama lagi  alam medsos akan kehilangan Abu janda. Ia telah berevolusi. 

Menjanda tentu bukan pilihan Abu Janda, namun pilihan netizen. Dan Abu Janda tidak bisa melawan alam medsos jika ia ditinggal sendiri. Kalau saya ditanya, saya memilih bersama Abu Janda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun