Sebagai catatan bahwa seluruh daya dan upaya digelar untuk melawan pandemi ini hingga kini, termasuk di Indonesia. Di tengah upaya tersebut, situasi semakin diperparah dengan banyaknya misinformasi, disinformasi, dan kabar bohong yang menyeruak, termasuk di dalamnya pemikiran irasional dan cenderung fatalis dalam menanggapi bencana wabah ini dalam perspektif keagamaan masing masing.
Apalagi saat ini tengah persoalan besar tersebut, kehadiran para pemimpin lokal yang memperjuangkan nilai nilai keindonesiaan dan kemanusiaan ibarat oasis yang menambah harapan baru (new hope ) dan menumbuhkan model-model alternatif ( role model ) untuk penguatan dan pemberdayaan masyarakat sipil dalam upaya mencegah terjadinya perpecahan dan sekaligus mampu menjembatani hubungan antaragama di kalangan masyarakat akar rumput. Mereka merupakan aktivis pelopor dan penggerak proses perubahan sosial di tingkat akar rumput dengan komitmen tinggi terhadap plural hujan.
Dan bila kita melihat dampaknya, maka banyak tokoh nasional dan dari luar negeri datang ke Indonesia untuk mempelajari bagaimana kebersamaan Indonesia . Para tokoh nasional tokoh negarawan  di Indonesia bukan hanya menjadi warga yang pasif, tetapi juga menjadi kontributor yang aktif, bahkan menjadi tulang punggung bagi Indonesia dan demokrasi .
Dan tentunya ini dapat mengingatkan agar tidak terlena dengan keadaan yang ada. Menurutnya, melihat Indonesia saat ini harus juga melihat 30 tahun yang lalu dan ke depan untuk menentukan arahnya .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
