Mohon tunggu...
Omda Luthfi Muhammad
Omda Luthfi Muhammad Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi Diri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suatu Saat Sel Manusia Mati

26 Januari 2012   06:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13275595592098831003

[caption id="attachment_166355" align="aligncenter" width="648" caption="Suatu ketika sel akan mati..."][/caption]

Di dalam kejadian manusia terdapat banyak sel. Sel yang saling berangkai antara yang satu dengan yang lain. Sehingga membentuk tubuh manusia dengan segala kelengkapannya. Sayang manusia sebab angkuhnya sehingga ia tidak memiliki ilmu yang menjadikan manusia itu semakin syukur denganNYA. Yang banyak terjadi manusia semakin berilmu semakin angkuh. Ia bangga dengan akalnya. Ia bangga dengan ilmu. Ia bangga dengan diri sendiri. Sama sekali lalai bahwa yang menjadikan apa pun dan siapa pun di kehidupan alam universum ini adalah Allah ta’ala. Termasuk sel yang ada di dalam tubuh seorang manusia.

Setelah manusia ditakdirkan hidup di dunia. Yang diawali dari Nabi Adam as. Yang kemudian beranak-pinak melalui proses kehamilan. Harusnya sadar bahwa di setiap kehidupan dari umat manusia terdapat sel yang telah diciptakanNYA.

Sel di dalam tubuh manusia adakalanya mati. Dan, di banyak kesempatan sel itu melakukan peremajaan sendiri. Jadi, hidup dan matinya sel sedikit banyak mendapatkan pengaruh dari cara berpikir manusia yang mempunyai sel tersebut.

Kematian sel sudah dapat dilihat dari awal kejadian sel itu, yakni sperma. Artinya, selama manusia tumbuh-berkembang dari sperma. Manusia itu pasti mengalami kematian. Yang paling awal adalah terjadinya kematian sel.

Seperti kehidupan. Kematian merupakan awal dari semua yang hidup. Sayang kebanyakan manusia tidak pernah memahami makna hikmah di setiap kejadian di hidupkan olehNYA ini. Setiap yang hidup pasti mati. Setiap yang mati ia pasti menjadi awal dari kehidupan yang baru. Karenanya, Sunan Kalijogo mengajarkan hikmah di dalam tradisi Jawa yang lembut lagi halus, “Mati sak jroning urip; mati di kehidupan dunia.”

Kehidupan dunia ini sebernanya adalah kematian itu sendiri. Sebab, tidak ada kehidupan yang abadi kecuali di akhirat nanti. Di akhiratlah kekekalan terjadi. Sebaliknya, di dunia ini semuanya serba rusak, temporal, dan tidak ada yang abadi. Maka, rugilah manusia yang mencintai kehidupan dunia ini. Pasti hatinya akan mati. Ini berbeda dengan orang-orang yang mempersiapkan diri dengan kehidupan akhirat. Hatinya terus hidup di dalam kebahagiaan.

Bermula Dari Kematian

Sesuatu yang hidup niscaya berawal dari kematian. Pahami kajadian dunia ini. Apakah mendadak ada kehidupan seperti sekarang ini. Tidak. Dunia kejadiannya diawali dari kematian. Karenanya, Allah ta’ala berkalam.

“[Allah] yang menjadikan mati dan hidup, supaya DIA menguji kalian. Siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. DIA Mahaperkasa lagi Mahapengampun” (Qs.al-Mulk [67]: 2).

KalamNYA pada ayat di atas menyebut kata “mati” dahulu. Baru kemudian menyebut “hidup”. Maka, siapa pun manusia tidak akan pernah memahami kehidupan yang sebenarnya, jika orang itu tidak paham mengenai kematian yang sebenarnya. Ini pula yang melandasi cara berpikir Syaikh Abdul Jalil, ulama Jawa asal Cirebon, yang berpendapat, “Hidup di dunia adalah kematian.”

Siapa pun orangnya yang tidak memahami kalamNYA pada surat al-mulk ayat ke-2 tersebut. Dia pasti menjadi orang yang sombong. Orang yang lupa mati adalah orang yang sombong. Karenanya, setiap saat manusia yang selnya masih hidup tidak boleh melalaikan kematiannya.

Dapatlah dipahami, proses kematian sama persis dengan proses kehidupan. Di dalam proses itu menunjukkan kepada umat manusia betapa Mahabesar Allah ta’ala itu. Rumitnya proses kematian sama sebangun dengan proses kehidupan. Maka, seorang mukmin yang harus disiapkan adalah semangat “Berani Hidup”. Yakni, untuk kehidupan akhirat setelah kematian dunia. Sebab, hidup di dunia adalah kematian itu sendiri.

Jangan seperti orang kafir, atau seperti orang jahiliah, di mana mereka tidak percaya dengan kehidupan setelah mati. Kehidupan akhirat setelah kematian dunia. mereka kaum kafir selalu tidak mau mati. Baginya dunia adalah segala-galanya. Pikiran mereka seringkali hendak lari dari kematian. Sekuat tenaga mereka hendak meninggalkan kematian. Padahal apa-apa yang dilakukan dan dipikirkan kaum kafir. Sama halnya dengan menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bodoh. Maka, sah saja mereka disebut jahiliah. Jadi, jahiliah sampai berlanjut hingga Hari Kiamat.

Jangan Remehnya Sperma

Sebab, bodohnya banyak orang yang menganggap remeh peran dan fungsi sperma di kehidupan ini. Tidak sesederhana itu. Sperma manusia merupakan awal dari kehidupan sel. Bahkan, dia selalu mendampingi kehidupan manusia yang berasal darinya. Ini takdir Allah azza wa jalla. Takdir manusia bahwa ia berkembang-biak dan berpuak-puak sebab didampingi sperma kejadiannya.

Sangat lucu jika ada manusia yang menyombongkan diri. Dia lupa bahwa dirinya yang disombongkan itu tidak lebih dari “sperma yang berjalan”. Pernahkah Anda merenungi diri Anda? Pernakah Anda bertanya pada diri Anda siapa sebenarnya diri Anda itu? Pahami kalamNYA.

“Maka, terangkanlah kepadaKU tentang sperma yang kalian pancarkan.58 Kaliankah yang menciptakannya, atau Kami-kah yang menciptakannya?59 Kami telah menentukan kematian di antara kalian, dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan.60” (Qs.al-Waqi’ah [56]: 58-60).

Pahami dengan detail kalamullah ini. Jelas, sperma itu yang menciptakan Allah ta’ala. Manusia berasal dari sperma. Di dalam kejadian sperma sudah ditetapkan takdir atas sperma tersebut. Artinya, di dalam kajadian sperma itu secara terprogram sudah ada program kematian dan program kehidupan buat manusia. Maka, alfaqir katakan aneh apabila ada manusia yang tidak mau “mengingat kematian selnya”. Kematian sel di dalam kehidupan manusia adalah awal dari sebuah kehidupan yang sebenarnya.

Karenanya, setiap yang berjiwa pasti merasakan kematian. Sebab, setiap yang berjiwa di kejadiannya diberikan sel olehNYA. Di mana pun dan kapan pun pasti sel-sel itu merasakan dan mengalami kematian. Itulah sebabnya, di kehidupan umat manusia harus benar-benar menjadi orang yang disiplin. Disiplin di dalam segenap hal. Di samping juga harus sehat. Kedua perilaku kemanusiaan tersebut hendaknya diawali dengan lingkungan hidup di mana ia tinggal. Lingkungan yang rusak merupakan penyumbang terbesar orang mengalami sakit. Rusaknya lingkungan karena umat manusia sudah tidak lagi disiplin. Mereka sudah menjadi serakah. Inilah awal kematian sel terjadi. Apabila manusia disiplin dan lingungan sehat sel-sel yang ada di dalam tubuh akan mengalami peremajaan sel. Sebagaimana dijalaskan di beberapa kalamullah. Akan tetapi ketetapanNYA mendahului segalanya.

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga. Sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (Qs.Ali Imron [3]: 185).

“Di mana saja kalian berada. Kematian akan mendapatkan kalian. Kendatipun kalian di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan. Mereka mengatakan, “Ini adalah dari sisi Allah". Kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan, “Ini [datangnya] dari sisi kamu [Muhammad]". Katakanlah, “Semuanya [datang] dari sisi Allah". Maka, mengapa orang-orang [munafik] itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?78” (Qs.an-Nisa` [4]: 78).

“Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya. Sungguh kematian itu akan menemui kalian. Kemudian, kalian akan dikembalikan kepadaNYA, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu, DIA beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan8" (Qs.al-Jumu’ah [62]: 8).

Berani Hidup, Jangan Takut Mati

Kematian adalah rahasia takdirNYA. Tetapi, sebagai mukmin harus selalu mempersiapkan diri atas kematian dirinya masing-masing. Sadar benar bahwa hidup manusia di dunia ini sementara. Tidak kekal. Temporal.

Hanya orang yang sehat lagi disiplin yang memiliki hidup sejahtera di dalam kemakmuran, dan makmur di dalam kesejahteraan. Mukmin harus berani hidup. Namun juga tidak perlu takut dengan kematian.

Itulah sebabnya, di kehidupan ini mengabdilah kepadaNYA secara mutlak. Tidak ada kekhawatiran di dunia ini. Orang-orang yang hidupnya penuh khawatir pasti mereka tidak mengabdi kepadaNYA.

Manusia tidak dapat terlepas dari dosa dan kesalahan. Tetapi, harus CC untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ingat, hidup dan kehidupan merupakan proses “penyesuaian” diri untuk terus berubah menjadi lebih baik. Inilah prinsip mukmin supaya hidupnya dapat mandiri. Karena hanya mengabdi denganNYA [ ]

Music ; Koi By Kitaro

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun