Namun, percaya nggak percaya, ada satu stasiun tv yang bertahun-tahun tetap mempertahankan sebuah program tak laku dijual dan rating-share-nya nol koma.
Tentu stasiun tv yang mempertahankan "program dewa" ini punya pertimbangan, khususnya pertimbangan politis.
Barangkali, para "dewa" menganggap, program tv -yang secara akal sehat sudah tidak sehat- menjadi pintu masuk untuk menjalin kerjasama dengan pengusaha, maupun coba memperoleh citra baik di mata penonton.
5. DIBUATKAN PROGRAM OFF AIRDENGAN BIG BUDGET
Asyiknya "program dewa", para "dewa" di stasiun tv tersebut mengizinkan "program dewa" ini dibuatkan event off air. Tak semua program tv dibuatkan off air. Kalau pun ingin dibuatkan, harus dipastikan ada sponsornya dan menguntungkan. Istilah di tv: sales driven. Ada sponsor baru jalan. Tidak ada sponsor tidak jalan.
Para "dewa" merelakan investasi uang miliaran untuk membuatkan event off air "program dewa". Investasi miliaran tersebut, selain untuk membayar set backdrop, juga pengisi acara. Meski tak pernah untung --paling cuma break event point (BEP)-, acara off air untuk "program dewa" tetap dijalankan dari kota ke kota lain.
Alasan stasiun tv kenapa masih tetap dilaksanakannya event off air, meski rugi, tak lain untuk mengkampanyekan brand, baik brand "program dewa" maupun stasiun tv bersangkutan.
6. BERKALI-KALI KENA SEMPRIT KPI, NAMUN TETAP EKSIS
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah sebuah lembaga yang memiliki wewenang untuk merekomendasikan, menegur maupun menyetop sebuah tayangan tv.
Lembaga ini terdiri dari orang-orang independen yang dipilih oleh DPR dan dilantik oleh Presiden.
Selama berdiri, KPI sudah banyak mengeluarkan surat teguran dan memberhentikan tayangan program. Sebut saja Empat Mata yang dipandu oleh Tukul Arwana. Program milik Trans 7 ini sudah beberapa kali mendapat "surat cinta" dari KPI.