Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Menjual" Perempuan Seksi di Acara Olahraga TV

29 Juni 2018   20:50 Diperbarui: 30 Juni 2018   08:32 3296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sara Carbonero, Presenter olahraga yang juga seorang Jurnalis TV (theapricity.com)

Seorang Produser olahraga televisi nasional kesal. Lewat WA, ia berkeluh kesah, belakangan talent-talent yang ikut casting acara olahraga di televisinya, miskin pengetahuan tentang dunia olahraga. Menurutnya, mereka cuma mengandalkan tampang dan body bahenol. 

"(Padahal) saya melihat, lebih dari setengah kekuatan sebuah program, ada di Presenternya," jelas sang Produser, yang tak mau disebutkan namanya ini. "Kalau Presenter atau Pembawa Acaranya nggak ngerti apa yang ia bawakan, bagaimana acara bisa menarik?"

Dalam dunia televisi, Presenter bukanlah seorang, yang menghafal dan membacakan naskah yang dibuat scriptwriter atau tim kreatif. Selain penampilan menarik, seorang Presenter wajib memiliki kecerdasan. 

Kecerdasaan apa? Kecerdasan sesuai dengan program acara yang dibawakan olehnya. Dalam konteks acara olahraga, si Presenter (sekarang lazim disebut Sportcaster) ya harus paham dunia olahraga. 

Tentu tidak semua cabang olahraga, atau atlet-atlet olahraga, atau event-event olahraga. Misal, Presenter sepakbola, paling tidak tahu istilah offside, berapa tahun sekali Piala Dunia diselenggarakan, atau menyebutkan salah seorang legenda sepakbola dunia.

"Saya minta jelaskan offside, nggak bisa. Lalu saya tanya lagi, apa beda kartu kuning dengan kartu merah, nggak bisa juga..."

Masih banyak lagi pertanyaan mendasar di dunia sepakbola, yang tidak diketahui oleh beberapa calon Presenter. Itulah yang bikin Produser ini kesal. "Calon Presenter yang 'selamat', biasanya yang menguasai kemampuan Presenting. Tapi kalo sudah bego, nggak punya wawasan sepakbola, maupun kemampuan presenting, itu yang parah. Lagi-lagi, cuma jual keseksian body aja..."

***

Belakangan di layar televisi nasional, memang banyak 'bergentayangan' perempuan pamer body seksi di acara olahraga. Mau olahraga tinju atau thai boxing, maupun sepakbola dan balap motor, Presenter yang membawakan acara mayoritas berjenis kelamin perempuan. Kenapa stasiun televisi "menjual" perempuan di acara olahraga? Tentu ada latar belakangnya.

Begini. AC Nielsen pernah meriset, bahwa segmen penonton olahraga mayoritas laki-laki berusia 20+ tahun ke atas, dari kelas status sosial menengah ke bawah.  Mereka ini 43,3% di antaranya adalah penggemar aktivitas olahraga sepakbola; 15,2% menyukai aktivitas lari; dan 12% menggemari badminton. 

Saat nonton televisi, penonton yang diriset AC Nielsen di 11 kota besar ini memilih sepakbola sebagai tontonan favorit (93,2%), lalu badminton (23,1%), dan balap motor atau mobil (14,4%).

Riset AC Nielsen tersebut menjawab pertanyaan, bahwa penonton olahraga mayoritas laki-laki. Oleh karena itu, tak heran para Produser televisi yang membuat acara olahraga selalu mencari Presenter perempuan. 

Jika Presenter yang membawakan acara berjenis kelamin laki, ibaratnya "jeruk makan jeruk". Memang, ada Presenter laki di acara olahraga. Darius, misalnya. Namun, belakangan mayoritas acara olahraga dikuasai oleh Presenter perempuan.

Salahkah Presenter perempuan dalam acara olahraga? Penulis tak bisa mengatakan salah atau benar. Sebab, strategi Produser memilih Presenter olahraga adalah perempuan untuk menarik mata penonton, pasti dianggap benar. Segmentasinya sudah terukur. 

Ada data hasil riset. Namun akan jadi salah, jika Presenter perempuannya cuma menggandalkan body bahenol. Berpakaian ketat yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh, celana pendek yang memperlihatkan paha putih mulus, lalu memamerkan (maaf) dada maupun bokong besar, tetapi si Presenter olahraga ini, miskin wawasan dunia olahraga, sebagaimana dikeluhkesahkan oleh Produser yang sempat curhat ke penulis.

Dengan penampilan tersebut, Presenter olahraga belakangan jadi tak beda dengan Presenter kuis tengah malam. Anda tahu kan Presenter kuis tengah malam? Berpakaian super ketat, bahkan sering hanya memakai kaos tanpa lengan dengan memperlihatkan belahan dada. Lalu pembawaannya dibuat menggemaskan, genit, dan bahkan ada Presenter yang sempat berjoget erotis ala penari striptease, yang membuat penonton laki klepek-klepek dan tergoda ikutan kuis.

Tentu Presenter olahraga tak ingin disamakan dengan Presenter kuis. Padahal, menurut Produser, Presenter olahraga harus punya kelas. Ia harus juga berwawasan, sebagaimana Presenter acara politik, atau acara ekonomi. 

Dengan begitu, kehadiran Presenter perempuan yang cantik dan seksi, bukan sekadar menjadi daya tarik, supaya kaum adam menonton, tetapi penguasaan materi yang dibawakan si Presenter, memberikan informasi yang berharga bagi penonton. 

"Kan kasihan sekali kalo Presenter yang nggak ngerti sport, harus membawain program sport. Sama halnya seorang Presenter yang nggak ngerti politik, dipaksa untuk membawakan acara politik," ujar Produser yang sempat kerja di stasiun televisi berita ini.

Sebenarnya, acara olahraga di stasiun televisi luar negeri pun banyak yang "menjual" perempuan seksi untuk dijadikan Presenter olahraga. Namun, mereka tak sekadar jual keseksian, tetapi juga wawasan. Bahkan banyak di antara Presenter perempuan tersebut punya latar belakang jurnalis televisi. 

Ines Sainz, misalnya. Presenter olahraga asal Meksiko ini adalah mantan presenter CNN Spanyol. Selain sempat jadi jurnalis CNN, perempuan seksi ini juga dikenal sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo. Begitu juga dengan Kirsty Gallacher. Perempuan seksi berdarah Inggris ini dikenal sebagai jurnalis di BBC Radio 5 live. 

Salam Olahraga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun