Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Stand Up Comedy Academy, "No Blue Material, Please"

5 Oktober 2015   17:52 Diperbarui: 6 Oktober 2015   16:50 12612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boleh dibilang, Kompas TV menjadi televisi pertama yang membuat acara kompetisi yang memilih komika stand up comedy terbaik di televisi. Melalui acara Stand Up Comedy Indonesia (SUCI), Kompas TV memilih komika-komika terbaik di Indonesia. Pada 2015 ini, SUCI baru saja menyelenggarakan musim ke-5, yang dimenangkan oleh Muhammad Rizki Rakelna alias Rigen dari Surabaya.

Adalah Pandji Pragiwaksono yang menjadi pencetus acara SUCI di Kompas TV pada paruh 2011. Gagasan pria ini untuk menampilkan stand up comedy di televisi kemudian mendapat sambutan dari Indra Yudhistira. Kala itu Indra tercatat sebagai Direktur Program dan Produksi Kompas TV. Oleh karena sangat membantu, Pandji menampatkan Indra sebagai sosok yang “membumikan” stand up comedy di tanah air, selain almarhum Taufik Savalas, Ramon Papana, Iwel Wel, Raditya Dika, dan Agus Mulyadi (Metro TV).

Setelah hijrah ke Indosiar, rupanya Indra “gerah”. Ia ingin kembali menggarap acara yang melibatkan komika-komika tanah air, sebagaimana SUCI. Bukan sekadar show sebagaimana Metro TV, konsepnya tetap kompetisi. Lalu, kata “academy” yang sudah menjadi brand acara-acara kompetisi di Indosiar pun diambil. Walhasil, lahirlah Stand Up Comedy Academy. Apakah Stand Up Comedy Academy bisa menyangi SUCI (Kompas TV) atau Stand Up Comedy Show (Metro TV)?

Jujur, cukup berat menjawab pertanyaan tersebut, tetapi tentu bisa diprediksi dengan menganalisa beberapa indikator. Namun, sebelum menyimpulkan analisa, ada baiknya penulis mengajak Anda berkilas balik terlebih dahulu. Sebelum Stand Up Comedy Academy, Indosiar sudah membuat acara yang menggunakan nama ‘academy’. Terakhir adalah D’Academy. D’Academy adalah ajang pencarian bakat penyanyi dangdut. Acara yang pertama kali tayang pada 3 Februari 2014 ini sempat “mengalahkan” rating-share Indonesian Idol yang dirilis AC Nielsen.

Saat dua acara ini mengadakan pertunjukan pada akhir Februari 2014. Konser Nominasi D’Academy meraih rating 4.8 dan share 19.9%, sementara Indonesian Idol hanya meraih rating 3.4 dan rating 17.5%. “Keberhasilan” D’Academy kabarnya karena racikan antara drama di ajang kompetisi dan komentar juri, ada juga unsur infotainment yang dimasukkan di acara ini.

Penulis tak perlu lagi mengomentari drama pada kompetisi dan komentar juri, karena Anda pasti sudah tahu mengapa jadi menarik. Penulis cuma berkomentar mengenai unsur infotainment yang menjadi kekuatan show acara D’Academy. Di ajang ini, para Host diminta untuk mengungkap kehidupan pribadi para peserta sampai sang juri. Bukan kehidupan prestasi, tetapi gosip-gosip ala infotainment. Meski terlihat out of topic dari konsep sebuah acara pencarian bakat, tapi unsur infotainment seperti itu justru disukai para penonton.

Jauh sebelum D Academy, ada Akademi Fantasi Indosiar (AFI). AFI bukanlah produk asli in house Indosiar. Ajang pencarian bakat menyanyi ini diadaptasi dari acara La Academia di Meksiko. Setelah sukses tayang di Malaysia, Le Academia diadaptasi di Indonesia dengan nama AFI.

AFI 1 dan AFI 2 berhasil meraih kesuksesan. Setidaknya terlihat dari perlehan rating di Grand Final AFI 1 yang meraih TVR 18.7 dan share 50,4%. Artinya, ada 50-an persen penonton televisi yang menyaksikan Grand Final AFI 1. Sementara Grand Final AFI 2 meraih TVR 18.9 dan share 54%. Namun, perolehan gila-gilaan tersebut tak terjadi lagi di AFI 3, 4, dan seterusnya. Meski sejak AFI ke 3 sudah tak sesukses dengan AFI 1 dan 2, Indosiar tetap mencari peruntungan dari ajang pencarian bakat ini. Ratingnya tak mampu mengalahkan Indonesian Idol maupun The Voice.

Kini, Indosiar bakal mencari peruntungan baru lagi, dengan membawa nama ‘academy’, yakni Stand Up Comedy Academy. Memang, kesuksesan yang diraih D’ Academy atau “keterpurukan” AFI tak bisa dibandingkan dengan Stand Up Comedy Academy. Kenapa? Meski berkonsep kompetisi, tetapi ketiga acara ini beda segmen. Namun, Indosiar sangat berpeluang meraih penonton.
Analisa yang penulis ambil adalah dari daily audience share market all yang dimiliki Indosiar. Saat ini televisi yang bermarkas di Daan Mogot, Jakarta Barat ini sangat baik. Data AC Nielsen per 3 September 2015, Indosiar meraih share (TVS) 14,1. Indosiar bersaing ketat dengan SCTV yang berada di peringkat ke-1 dengan TVS 15,4. Baru setelah kedua televisi itu ada pemain lama, yakni RCTI dengan TVS 13,2 dan ANTV dengan TVS 9,2.

Tayangan D Academy 2 yang tayang pukul 18:22-23:59 WIB sangat membantu mengambil penonton televisi dari televisi pesaing. Oleh karena itu, Stand Up Comedy Academy sangat berpeluang meraih kesuksesan merebut para penggemar komika tanah air.

Analisa lain, komika yang muncul di Stand Up Comedy Academy sebagian besar adalah “lulusan” SUCI atau pernah tampil di Stand Up Comedy Show Metro TV. Artinya, para komika ini sudah punya banyak penggemar. Sebut saja Yudha Keling, Benidictivity, Newendi, Ricky Wattimena, maupun Lolox. Komika-komika tersebut menjadi peserta di Stand Up Comedy Academy 2015 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun