Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Langkah hingga Semangat Kartini

23 April 2016   17:20 Diperbarui: 23 April 2016   18:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokpri : Semangat Kartini"][/caption]Kamis (21/4) lalu, seluruh wanita di Indonesia memperingati Hari Kartini. Bagi kaum hawa, kartini adalah figur kemajuan bagi kaum wanita di tanah air. Bagaimana tidak, di saat para wanita zaman dulu tertinggal dan dianggap lebih rendah derajatnya daripada kaum pria, Kartini muncul sebagai pahlawan.

Dia berjuang agar hak-hak wanita sama dengan pria, khususnya pendidikan. Melalui perjuangan panjang, akhirnya para wanita masa kini tak bisa dianggap sebagai figur sebelah mata. Bicara soal kualitas sumber daya manusia, juga tak kalah dengan pria. Contohnya saja, Megawati Soekarno Putri bisa menjadi Presiden RI, beberapa menteri dalam kabinet pemerintahan Jokowi saat ini juga dipegang oleh kaum wanita.

Maka, tak heran jika peringatan Hari Kartini selalu dirayakan dengan meriah terutama di sekolah-sekolah. Tak terkecuali di sekolah tempat saya mengajar. Peringatan hari kartini tahun ini juga dilaksanakan secera sederhana namun cukup meriah. Sederhana karena pihak sekolah tidak mengharuskan anak-anak berpakaian “Ala Kartini” atau pakaian adat daerah. Anak-anak hari itu dibebaskan tidak berpakaian seragam resmi sekolah seperti hari-hari biasa. Bebas boleh berpakaian kebaya, baju koko, sarung, batik, jas dan sebagainya yang penting dalam batas kesopanan. Meriah, karena berbagai perlombaan digelar sebagai sarana menyalurkan bakat, menguji kecerdasan dan keterampilan anak. Di samping itu, anak-anak juga diwajibkan untuk membawa bekal makanan dari rumah

Peringatan Hari Kartini kali ini diawali dengan sebuah upacara di halaman sekolah. Seluruh rangkaian upacara dilaksanakan dengan menggunakan Bahasa Jawa Banyumasan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Bupati Banjarnegara, yang menginstruksikan penggunaan Bahasa Jawa dalam kegiatan kedinasan setiap hari Kamis. Maka, upacara pun menjadi gayeng namun tetap hikmat.  

Serba Kartini

Sebagai wujud penghargaan terhadap tokoh emansipasi wanita itu, maka semua jenis perlombaan diberi nama Serba Kartini. Namun demikian peserta lomba tidak dikhususkan untuk anak perempuan saja. Ada 9 jenis cabang lomba yang digelar, dari Langkah Kartini (Peragaan Busana), Surat Kartini (Menulis Aksara Jawa dan  Menulis Halus), Suara Kartini (Pidato), Goresan Kartini (Melukis), Senandung Kartini (Menyanyi), Kriya Kartini (Menganyam), Puisi Kartini (Geguritan), hingga Semangat Kartini (Voly Berkebaya).

Cabang lomba dengan peserta terbanyak adalah Langkah Kartini. Maka, untuk mengakomodir seluruh peserta lomba dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori kelas rendah (Kelas 1-3) dan kelas tinggi (Kelas 4-6). Aneka tingkah jenaka mewarnai jalannya lomba ini, seperti peserta dengan baju kedodoran hingga sanggul yang terjatuh hingga membuat geeer ... para penonton.

[caption caption="Dokpri : Langkah Kartini"]

[/caption][caption caption="Dokpri : Langkah Kartini"]
[/caption]Lomba lain yang tak kalah meriahnya adalah Semangat Kartini. Pada cabang lomba ini dipertandingkan bola voley dengan peserta berpakaian kebaya bagi peserta perempuan dan bersarung bagi peserta laki-laki. Permainan bola voley merupakan olahraga unggulan bagi anak-anak di sekolah ini. Terbukti beberapa tahun berturut-turut anak-anak selalu menjuarai Popda untuk cabang bola voley. Bahkan, tahun ini menjadi juara Popda cabang bola voley tingkat kabupaten. Maka, meskipun berkebaya anak-anak tetap semangat bermain voley.[caption caption="Dokpri : Indahnya Kebersamaan"]
[/caption]Betapa bahagianya anak-anak pada hari itu. Setelah lelah mengikuti berbagai perlombaan, mereka asyik membuka bekal makanan yang dibawa dari rumah untuk dimakan bersama-sama. Ada keunikan yang saya lihat dari tingkah polah mereka. Ada yang saling mencicipi, ada pula yang bertukar lauk pauk dengan temannya. Keasyikan ala dunia anak-anak. Aku berfikir, andai saja dunia orang dewasa seperti dunia mereka betapa damainya negeri ini!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun