Terkait warna biru pada jaket, Bey menjelaskan, hal ini menunjukkan bahwa para menteri harus selalu semangat dalam bekerja. "Warnanya sih keren saja, eye catching, kapan harus tetap segar cerah, ceria, semangat," kata dia.
Keunggulan lain dari jaket tersebut adalah bisa digunakan oleh segala usia, dapat melindungi tubuh dari bahaya sinar UV, melindungi tubuh dari air hujan, serta ringan dan mudah dibawa.
Terlepas dari itu semua, apa makna semua ini? Mungkin tidak beda dari pesan sebelumnya. Jaket bagi saya yang hidup di daerah pegunungan sudah menjadi asesoris wajib. Jaket di samping untuk berlindung dari hawa dingin, tutup kepalanya (kojong) bisa dipakai ketika tiba-tiba turun hujan.Â
Di daerah pegunungan, curah hujan cukup tinggi dan kadang bisa turun sewaktu-waktu. Jaket berkojong merupakan solusi praktis dan cocok untuk itu.
Namun seberapa bagus dan mahalnya harga jaket tetap saja bukan pakaian resmi. Jaket adalah kategori pakaian santai.Â
Ketika saya hadir dalam acara resmi kedinasan yang di dalamnya berkumandang lagu Indonesia Raya secara spontan hadirin tanpa diminta melepas jaketnya. Itu artinya mereka sadar bahwa jaket bukan pakaian resmi dan tidak layak dipakai saat acara resmi.
Lantas apa maksud para menteri berjaket kojong? Mungkin ada pesan tersembunyi begini, "Mengurus negara itu tidak mudah. Rumit dan pelik. Mari kita urus negeri ini dengan serius tetapi tetap santai. Kepala boleh panas hati harus tetap dingin.Â
Syukur ketika tersandung masalah bisa segera menutupi atau berlindung (di balik kojong) agar tidak menambah permasalahan baru." Walluhu'alam.