Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mak Edon, Perawat Kerajinan Tenun Khas Brebes Perbatasan

30 November 2019   14:12 Diperbarui: 1 Desember 2019   20:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mak Edon (60), Warga desa Blandongan, Banjar Harjo, Brebes, Jateng sedang menenun ditemani oleh cucunya | dokpri

Mak Edon biasanya menyelasikan satu kain kafan selama lima sampai tujuh hari. Kain tersebut berukuran kurang lebih lima meter. Kain tersebut dijual ke pemesan seharga 125 ribu. 

Terkadang ada juga bakul atau tengkulak yang memesan ke Mak Edon. Harga jual ke tengkulak sebesar 120 ribu. Tak jarang tengkulak meminta untuk mendapatkan kain lebih cepat dengan iming-iming memberi uang di depan.

Namun hal itu akan ditolak oleh Mak Edon. "Rek dibayar sabaraha bae ge da moal ditarima. Ieu mh lain masalah harga, ieu mh masalah nyieuna hese teu bisa dibuburu. Saha bae nu mesen ti heula eta diheulakeun. Mun moal sabar nungguan mah sok bae mesen ka batur." Ujar Mak Edon dalam logat Sunda Perbatasan.

(Mau dibayar berapapun juga tidak akan diterima. Ini bukan soal harga, ini bikinnya susah tidak bisa diburu-buru. Siapa yang memesan duluan itu yang yang didahulukan. Kalau tidak sabar menunggu, silahkan mesan ke pengrajin lain.)

Tenun kain kafan ini merupakan sebuah kekayaan dan warisan budaya leluhur. Seperti halnya warisan budaya yang lainnya, Tenun Kain Kafan ini pun sudah terancam punah. Mak Edon sedang berusaha membujuk anak kedua yang juga anak bungsunya untuk sesekali mempelajari tenun warisan leluhurnya itu.

Saat ditanya apakah Mak Edon tahu siapa yang membuat alat tenun tersebut beliau tak mengetahuinya. Ia sudah melihat alat tersebut saat pertama kali ia diperkenalkan oleh neneknya kepada alat tenun tersebut.

Kisah Mak Edon Sampai Menjadi Penenun
Ada cerita tersendiri kenapa Mak Edon sampai menjadi salah satu penenun mahir di desanya. Mak Edon kecil adalah seorang anak piatu (ditinggal oleh ibu). Menurut penuturan Mak Edon ia tidak tahu saat usia berapa ia ditinggal oleh ibunya.

"Kami masih leutik keneh teu nyaho umur sabaraha ibu paeh. Ibu paeh basa keur ngalahirkeun anak kadua atawa adik kami. Ibu kami paeh bareng jeng bayina". Ujar Mak Edon dalam bahasa Sunda. (Saya masih kecil tidak tahu pada usia berapa saat ibu meninggal. Ibu meninggal saat beliau melahirkan adik saya. Ibu dan si bayi meninggal).

Bapaknya lalu menikah lagi. Dan Mak Edon lebih memilih untuk tinggal bersama neneknya. Sejak tinggal bersama neneknya itulah Mak Edon, di usia sekitar 10 tahun, mulai diperkenalkan dengan kerajinan tenun tersebut.

Namun Mak Edon kecil tidak hanya meninun, karena faktor ekonomi yang pas-pasan sejak kecil ia sudah menggembala domba. Puasa karena tidak ada makanan sudah tak terhitung berapa kali ia lakoni. Kalau ada yang bisa dimakan ya makan, kalau tidak ada makanan ya puasa. MakEdonkecilhidupdalamkesulitandanharus banting tulangdankerjakerasmemperjuangkankehidupannya.

Kehidupan yang berat telah beliau lakoni sejak kecil. Dan nampaknya, sampai beranjak dewasa dan berumah tangga dan memiliki anak, Tuhan masih memberinya ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun