Mohon tunggu...
Ollen Ester Wangania
Ollen Ester Wangania Mohon Tunggu... Jurnalis - @ollenester

MA Student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"My Best Moment, Special Figure, and Resolution"

8 Januari 2018   20:03 Diperbarui: 8 Januari 2018   20:15 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya cukup berat memberanikan diri menuju ke lokasi tkp. Apalagi mengingat saya tak seperti dulu, seorang single yang bisa pergi kemana saja kapan saja sesuai keinginan hati. Kini saya punya tanggung jawab sebagai seorang ibu rumah tangga, dan harus mengurus anak saya sendiri. Tentunya sangat berbeda tinggal di tanah air yang dekat dari sanak saudara dan keluarga, yang kapan saja bisa meminta tolong untuk menjaga anak saat kita  memiliki keperluan mendadak. Dengan biaya hidup yang sangat mahal di London tak memungkinkan juga bagi kami untuk memiliki asisten rumah tangga ataupun seorang babysitter pribadi.

Namun saya bersyukur mempunyai suami yang sangat pengertian, di tengah kesibukannya menjalani studi S3-nya, suami saya mau berbagi tugas untuk mengurus anak. Dan beruntungnya saat hari kejadian tersebut, ibu mertua saya baru beberapa hari tiba di London untuk berlibur. Akhirnya kami pun pergi ke kawasan Westminster dengan taktik memasuki kawasan Rumah Sakit yang lokasinya berseberangan dengan lokasi tkp.

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya hari itu suasana kota London belum normal. Pada pagi hari saat kami tiba polisi masih berjaga-jaga di radius 2 km dari tkp. Garis polisi masih terpasang. Sementara helikopter kepolisian masih memantau hilir mudik kawasan pusat kota London mengingat proses penyelidikan masih berlangsung. Dikhawatirkan pelaku teror terkait jaringan teroris yang lebih besar dan masih akan ada aksi teror susulan. Apalagi kejadian teror dengan skala sebesar ini baru terjadi kembali setelah tahun 2005 bom meledak di underground London.

Meski demikian entah mengapa saat itu saya justru merasa begitu antusias untuk melihat langsung lokasi tkp. Mungkin sudah terbiasa dengan pengalaman sebagai seorang reporter berita di tanah air, ketika ada kejadian bom bukan menghindar justru mendatangi lokasi untuk kemudian mengabarkan secara langsung hal tersebut. Namun tetap saja saya merasa khawatir karena saya datang ke lokasi tkp dengan bayi berusia 6 bulan dan masih intensif menyusui.  Apalagi cuaca saat itu tidak begitu bersahabat dengan suhu sekitar 5-8 derajat celcius, menjadi tantangan yang cukup berat bagi saya untuk melakukan pekerjaan saya tersebut. Namun saya tetap berusaha memberi yang terbaik, melakukan live report di depan garis polisi jembatan Westminster meski beberapa kali harus diusir oleh pihak kepolisian setempat.

"Mamma L is Back!"

Perasaan yang bercampur aduk antara was-was namun excited tersebut menjadi hal yang tak terlupakan bagi saya. Momen mengabarkan kejadian terkini dari lokasi tkp Westminster Bridge tersebut menjadi momen terbaik saya di tahun 2017. Tentunya bukan terkait kejadian aksi teror yang harus dikutuk keras karena telah membuat warga kota London bahkan masyarakat internasional pada umumnya merasa takut dan trauma untuk melakukan aktivitas di area publik. 

Tapi momen tersebut menjadi momen "akil balik" diri saya, dari seorang pesimis yang merasa karirnya telah tamat dan tidak bisa lagi meraih mimpi untuk berkarya di pekerjaan sebagai seorang jurnalis, menjadi seorang yang percaya diri lagi akan kemampuan dan passion yang ternyata masih terus berkobar di dalam diri saya. Banyak dari teman mengejek saya dengan memberi komen ber-hashtag#mammaLisback,yang artinya : akhirnya mama Landon muncul kembali di tv. Sejak saat itu akhirnya saya pun beberapa kali dipercayakan memberikan live report terkait kejadian baik teror ataupun isu terkini di Inggris.

Didikan Bude menjadi modal hidup di tanah rantau

Hidup yang penuh perjuangan di tanah perantauan Inggris ini semakin membuat saya sadar, bahwa sikap dan karakter tangguh dan tak gampang menyerah dari dalam diri saya tak muncul begitu saja. Tentunya semua berkat didikan orang tua dan orang-orang terdekat saya. Banyak prinsip hidup yang terus terngiang di dalam pikiran saya berasal dari Bude saya. Bude Meis namanya. 

Beberapa tahun saya tinggal bersama dirinya dan keluarganya. Walaupun kami berlima anak perempuan semua (termasuk anak-anaknya), namun kami dididik begitu keras dan harus mampu melakukan pekerjaan laki-laki. Dari pekerjaan mencuci mobil sampai membetulkan atap genteng yang bocor pernah kami lakukan. Apalagi pekerjaan dapur dan membersihkan rumah. 

Ketika berkeluarga dan hidup di London, kota besar dengan kurs mata uang tertinggi di dunia, menyadarkan saya ternyata saya bisa memasak sambil mengurus anak. Tak hanya itu, terinspirasi dari bude saya meski sibuk mengurus keempat anaknya, namun dirinya masih menyempatkan diri untuk menambah sekolah sehingga suatu ketika berkesempatan menduduki posisi tertinggi di dinas tempat kerjanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun