Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duri Setahun Jokowi

29 Oktober 2015   10:12 Diperbarui: 29 Oktober 2015   14:42 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan.”
(Abraham Lincoln).

Awal terbentuknya Kabinet Kerja Jokowi-JK muncul kontroversi negatif. Yang paling mengemuka antara lain terpilihnya Menteri KKP Ibu Sri Pudjiastuti dan Puan Maharani. Sri Pudjiastuti awalnya, banyak yang menyangsikan kemampuannya. Jokowipun dianggap ngawur mempercayakan arah pembangunan Indonesia sebagai negara maritim kepada wanita nyentrik bertato yang tidak tamat SMA.

Waktulah yang menjawab, Sri Pudjiastuti bukan sekedar media darling karena keunikannya akan tetapi kebijakan-kebijakan yang begitu berani telah mengubah pandangan nyinyir negatif dengan kerja nyata. Kecintaan terhadap kedaulatan NKRI, menjadikan Sri Pudjiastuti bak Srikandi yang begitu smart, trengginas, tegas dan berani. Dalam satu tahun kiprahnya sangat kentara terlihat.

Bagaimana dengan Puan? Puan Maharani diberikan kepercayaan menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia oleh Presiden Jokowi, yang mengkoordinasikan beberapa kementrian a.l: Kementerian Agama; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Kesehatan; Kementerian Sosial; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Satu tahun Kabinet Kerja khususnya kinerja Menko PMK, Puan tertolong kinerja para menteri dibawah koordinasinya.

Satu tahun Menko PMK selalu hangat menjadi buah bibir karena tidak terlihat prestasi kerjanya. Atau memang media males meliputnya?. Nada-nada sumbang yang bermunculan belum pernah dijawab oleh sang darah biru yang satu ini. Tidaklah keliru jika kemudian masyarakat menyimpulkan: Walaupun menyandang almamater FISIP Jurusan Komunikasi Massa Universitas Indonesia serta darah Soekarno mengalir didiri Puan, akan tetapi satu tahun panggung menko PMK telah menguji karakter Puan. Puan hanyalah seorang perempuan yang “bejo/beruntung” terlahir dari rahim putri sang proklamator. Tidak lebih tidak kurang. Jangankan untuk memikirkan permasalahan pelik bangsa yang menjadi tanggungjawab menteri-menteri dibawah koordinasinya. Bahkan sekedar memerintahkan staf Menko PMK untuk memberesi website revolusimental.go.id pun tidak mampu. Satu tahun Puan telah menyia-nyiakan panggungnya. Jangan dibandingkan dengan Srikandi-srikandi Indonesia seperti Risma, Khofifah, Sri Pudjiastuti. Karena Puan memang bukan siapa-siapa. Adanya seperti tidak adanya.



Kasak-kusuk diinternal PDIP sebenarnya tidak sedikit yang tidak suka pribadi Puan Maharani yang arogan. Jika bukan putri Megawati sang Ketua umum mungkin kita tidak akan pernah mendengar nama seorang politisi yang bernama Puan Maharani.

Setelah Puan yang bercita-cita menjadi Ketua DPR-RI gagal karena ulah KMP dengan UU MD3nya. Menempatkan Puan pada posisi Menko PMK adalah kepiawaian Jokowi. Disatu sisi bagi masyarakat, Jokowi sedang menyelamatkan muka Puan akan tetapi sebenarnya Jokowi juga sedang menunjukkan kepada masyarakat siapa dan bagaimana Karakter Puan sebenarnya.

Adanya UU MD3 dan kemenangan KMP menguasai parlemen sebenarnya adalah berkah dan sangat menguntungkan bagi posisi politik Jokowi. Bayangkan saja jika Ketua DPR-RI adalah Puan maharani. Sebagai Ketua DPR-RI dia akan memanggil Jokowi dengan sebutan “SAUDARA PRESIDEN” bukan “BAPAK PRESIDEN” dan bukan tidak mungkin akan memperlakukan Jokowi laiknya bawahannya.

Dengan figur sentral dan kekuasaan yang begitu luar biasa seorang Ketua Umum partai, PDIP bak sebuah Kerajaan. Partai yang tidak bisa dikatakan sebagai partai demokratis yang modern. Akan tetapi disini harus diakui ada sisi positif pengelolaan partai model PDIP. Kita patut mengapresiasi dan berterimakasih atas kebijaksanaan dan pemikiran realistis seorang Megawati sebagai King maker. Jika PDIP, bukan Megawati sebagai Ketua Umumnya, kita tidak akan pernah mempunyai PRESIDEN JOKO WIDODO (JOKOWI) dan GUBERNUR FENOMENAL DKI BASUKI THJAHAYA PURNAMA (AHOK).

Satu tahun Jokowi-JK, Puan memang bak duri bagi kinerja Kabinet Kerja. Akan tetapi Panggung Menko PMK yang telah disia-siakan Puan sebagai ujian karakter dirinya justru akan memuluskan JOKO WIDODO menjadi Presiden periode yang kedua 2019-2024.
 
 


 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun