Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kami Juga Pekerja

2 Mei 2011   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 Mei 2011 Hari Buruh Sedunia Kemarin, terjebak di kepadatan antrian penumpang TransJakarta yang armadanya dialihkan dari depan Indosat menuju ke kota karena jalanan dikuasai para buruh yang turun ke jalan untuk meneriakkan aspirasinya dengan membawa berbagai atribut demo.  Di halte Bank Indonesia buru-buru ikut turun berdesakan mendengar kondekturnya berteriak "yang Monas turun di sini, halte Monas ditutup!" Terpaksalah berdua dengan teman kami berjalan kaki dari halte BI menuju Jl Tanah Abang 1 diantara pendemo yang sebagian selonjoran di trotoar melepas lelah. Ada yang menarik saat memasuki jalan Thamrin kemarin, dari jendela TransJakarta nun jauh di depan sana tampak sekelompok orang yang membawa payung warna-warni berjalan di barisan paling belakang.  Saat bis agak dekat baru kelihatan dengan jelas mereka adalah para waria yang ikut demo dengan membawa banner berwarna pink bertuliskan "Kami Juga Pekerja" Ya, mereka memang pekerja; bekerja dengan cara mereka sendiri untuk melanjutkan hidup. Pekerjaan yang tentunya berbeda dengan yang dilakoni oleh para buruh yang turun berdemo kemarin. Walau kelompok ini akhirnya hanya berhenti di depan Museum Nasional karena kerepotan dengan bajunya yang melorot, sepatu hak tingginya yang menyakitkan kaki paling tidak mereka pasti ada alasan tersendiri kenapa ikut turun ke jalan. Bahkan niatnya untuk menghibur para pendemo yang lagi beristirahat dengan bergoyang di halte pun mendapat bentakan dari bapak berkumis yang menyuruh mereka pergi. Kasian juga melihatnya, kaum yang terpinggirkan. Saat hendak pulang, kami kembali antri di halte Monas yang terlihat sudah menerima pembelian tiket berarti jalurnya sudah dibuka donk. Tapi ternyata setelah tiket disobek oleh petugas barulah diberi tahu kalau penumpang tujuan Blok M harus ikut bis ke Harmoni karena jalur Harmoni - Monas masih tertutup oleh para pendemo. Ya ampuuuun, kerongkongan yang sudah kering hanya bisa cegluk membayangkan setitik air saat mata menengok seorang cowok  begitu nikmatnya mereguk sebotol minuman dingin di dalam bis (bukannya ada tanda dilarang makan/minum di dalam bis TransJakarta ya?). Karena Harmoni terlihat sangat padat, kami mengganti bis di Sawah Besar yang lebih beradab hehehe. Pemandangan di perjalanan pulang berbeda dengan saat berangkat tadi, melewati depan Istana Negara sebagian besar kelompok buruh sudah membubarkan diri dan berjalan kembali ke bundaran HI sehingga jalanan pun tersendat. Para pedagang makanan dan penjual minuman tampak tersenyum karena jualannnya laris manis, mereka sebagian malah membuka meja di taman sepanjang jalan yang membuat tanaman terinjak-injak. Andai tanamannya bisa demo juga, mereka pasti akan berteriak kesakitan :(. Di depan HI, entah karena kepanasan atau puas telah turun ke jalan tampak beberapa orang menceburkan diri ke dalam kolam dengan pakaian lengkap sambil tertawa gembira, sementara di sisi lain ada yang sibuk mengambil gambar temannya atau foto bersama dengan kelompoknya. Kapan lagi bisa ke HI, bisa mandi gratis dan foto-foto narsis ? [caption id="attachment_106539" align="aligncenter" width="550" caption="sebagian buruh menceburkan diri di bundaran HI setelah kembali berdemo dari istana negara"][/caption] [caption id="attachment_106541" align="aligncenter" width="550" caption="sekelompok waria yang ikut dalam barisan demo buruh, berjalan dari bundaran HI menuju istana negara Minggu, 1 Mei 2011"][/caption] Demo telah usai, para buruh yang telah berpanas ria berjalan kaki berpeluh untuk menyampaikan uneg-unegnya sebagian sudah pulang dengan bis-bis yang mengangkut mereka kembali ke rumah masing-masing.  Dengan penuh kesadaran atau tanpa sadar (?) mereka meninggalkan hal yang tak terpuji di sepanjang jalan yang tadi mereka lalui SAMPAH. Bekas botol minuman, kotak kardus makan siang, kertas pembungkus makanan, plastik kresek, pembungkus permen, atribut demo dan lain-lain berceceran di jalan dan taman. Memang ada petugas kebersihan yang bertugas untuk membersihkan sampah setiap harinya, mereka tidak ikut turun ke jalan walau mereka juga pekerja. Mereka setiap hari berada di jalan untuk mengambil sampah-sampah yang sengaja dibuang oleh pengguna jalan yang tidak bertanggung jawab. Andai mereka ikut berdemo, pastilah mereka juga akan membawa banner yang kira-kira bertuliskan "Kami juga pekerja, hargailah pekerjaan kami". [caption id="attachment_106544" align="aligncenter" width="550" caption=" 2 petugas kebersihan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan tugasnya membersihkan sampah yang ditinggalkan para buruh di sekitar istana negara dan kawasan monas jakarta"][/caption] Pesan buat koordinator pendemo, besok-besok kalau mengajak massa turun ke jalan jangan lupa untuk membawa plastik sampah yang besaaaaar. Ingatkan dan ajarkan mereka untuk membuang sampah di tempat sampah bukan di jalan dan taman. Kalau tidak, kantongi dan bawa pulang sampah-sampahnya jangan datang membuang sampah di sini ! [oli3ve]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun