Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting. Saking pentingnya, Nelson Mandela mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang bisa merubah dunia. Banyak pemimpin besar di dunia muncul akibat pendidikan yang hebat di masa hidupnya.
Lalu, sudahkah Indonesia mengasah aspek pendidikan untuk mencerdaskan bangsa? Rasanya belum terlalu signifikan. Walaupun anggaran 20% sudah diberikan, rasanya pendidikan Indonesia masih jauh berkurang dari pendidikan di negara maju.
Di dunia sekarang yang mengandalkan teknologi dalam setiap aspek, Indonesia masih menjadi negara yang ragu-ragu untuk mengandalkan teknologi untuk pendidikan. Rasanya teknologi dalam pendidikan menjadi hal yang tabu untuk dilakukan.
Disaat sebagian anak-anak Indonesia menggunakan Youtube sebagai arena menonton video dan bermain, anak-anak di negara maju sudah menggunakan Youtube sebagai media untuk belajar. Seakan, teknologi menjadi penunjang yang baik untuk meningkatkan pendidikan.
Bagaimana di Indonesia? Di Indonesia, teknologi untuk pendidikan masih menjadi dilema tersendiri. Beberapa kalangan menganggap teknologi sebagai kawan untuk belajar, yang lainnya menganggap teknologi sebagai lawan.
Nyatanya, teknologi pendidikan merupakan jawaban dari keluhan siswa yang bosan dengan buku cetak. Dengan teknologi, mereka bisa mengerjakan tugas sekolah di handphone atau gadget mereka. Terlebih lagi, di momen apapun, mereka bisa mengerjakan tugas.
Sekarang ini, banyak aplikasi ataupun website e-learning yang menghadirkan video pembelajaran untuk para siswa. Sebut saja, Wardaya College, Zenius, ataupun Khan Academy. Beragam materi dibahas, dari matematika hingga bahasa Inggris, dari rumus matematika hingga grammar.
Selain itu, Youtube, sebagai salah satu media video sharing terbesar dunia, telah mengakomodasi hadirnya video pelajaran yang bisa dipergunakan oleh para siswa. Materi yang dibahaspun beragam, yaitu bahasa inggris, aljabar, komputer, dan sejarah.
Bagaimana dengan game? Belakangan banyak game yang dilarang beredar di Indonesia. Itu sangat disayangkan! Nyatanya, game bisa membantu mengembangkan pola pikir anak. Terlebih lagi, orang tua bisa mengarahkan anak untuk belajar bahasa melalui game.
Jika dilihat, banyak keuntungan teknologi yang digunakan untuk pendidikan. Biar begitu, para orang tua dan sekolah masih ragu-ragu menagplikasikan pendidikan macam ini kepada anak mereka. Internet dan teknologi masih menjadi momok bagi perkembangan anak-anak mereka.
Mereka juga berpikir bahwa jika teknologi diaplikasikan sebagai materi untuk belajar, anak mereka cenderung lebih ingin bermain daripada belajar. Mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain.