Bola mata Erlina terus mengikuti arah detik jarum jam yang terus berputar. Berulang kali dia mencoba memejamkan matanya namun yang ada hanyalah pikiran yang melayang-layang tak karuan.
        Apa Presiden Indonesia bisa tidur nyenyak ketika ada koruptor yang menjarah harta negara?
        Apa Presiden Amerika bisa tidur nyenyak menghadapi kebakaran api di Los Angeles?
        Apa Pangeran Willian bisa terlelap ketika istrinya divonis menderita kanker?
        Sungguh Erlina tak seharusnya memikirkan masalah yang bukan menjadi beban hidupnya.
--------------
        Erlina mengaduk-aduk secara acak bubur ayam yang ada dihadapannya. Jam tidur semalam yang hanya 2 jam mampu mengacaukan suasana hatinya. Sisa-sisa kesadaran untuk melanjutkan 22 jam satu hari dalam hidupnyalah yang membuat Erlina memaksakan diri untuk makan meski hanya sekecap.
        "Aku sudah berusaha menghalau segala pemikiran yang tak jelas, tapi...."
        "Apa ada masalah yang berusaha kau alihkan?" tanya Lintang.
        "Maksudmu?"
        "Mungkin kau sedang menyangkal masalahmu sendiri. Alih-alih berusaha untuk mengikhlaskan suatu masalah, penyangkalan justru membuat masalah bertambah runyam. Merasakan dan menerima masalah itu akan lebih baik ketimbang melupakan. Menangislah jika perlu. Kadang air mata justru penyembuh yang terbaik."