Mohon tunggu...
Tesa Oktiana Surbakti
Tesa Oktiana Surbakti Mohon Tunggu... -

optimis, positif. that's me!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ki Ledjar, Si Pewayang Kancil

30 Maret 2011   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:17 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kancil itu tidak nakal.Seharusnya kita kembali melihat dalam cerita kancil, mengapa kancil mencuri timun, ya karena hutan tempat dia berlindung dirusak oleh manusia, sehingga kancil bingung mau cari makan dimana. Jadi, sebenarnya siapa yang "nakal"? Ucap Ledjar Subroto.

Memasuki rumah asri nan sederhana di pinggir Jalan Mataram bernomor 198, akan ditemukan showroom mini wayang kancil milik Ki Ledjar Subroto atau biasa lebih akrab dipanggil mbah Ledjar. Sosoknya yang sederhana dengan ramah menyambut kedatangan saya yang sebelumnya sudah membuat janji untuk bertemu. Walaupun begitu, tidak susah untuk membuat janji dengan beliau, karena dia sendiri mengatakan bahwa menyenangkan bisa berbagi cerita dengan orang lain, apalagi tentang dunia wayang.

Proses wawancara sendiri terbilang cukup serius tetapi menyenangkan. Mbah Ledjar sangat antusias menjawab pertanyaan yang saya lontarkan. Bahkan saking semangatnya, ia sering sekali menjawab pertanyaan begitu panjangnya, malah terkadang keluar dari batasan pertanyaan. Di dalam ruang tamunya yang dihiasi oleh foto-foto, piagam penghargaan, serta dokumen-dokumen tentang prestasinya, Mbah Ledjar mulai menuturkan lika-liku perjalanannya dalam mempertahankan wayang kancil hingga saat ini.

Seniman Sejati

Dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga seniman yang berdarah asli Jogja, membuat mbah Ledjar tidak bisa memalingkan wajahnya dari dunia seni. Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan seni budaya Jawa seperti dalang, wayang, nembang, tari dan lain sebagainya. "Bapak saya itu dulunya seorang seniman jawa, tetapi biasanya orang-orang lebih mengenalnya sebagai dalang. Jadi ya ayah saya itu pedalang sekaligus pemusik", ungkap mbah Ledjar ketika disinggung tentang orangtuanya. Kecintaan serta keprihatinannya terhadap dunia seni, membuat Ki Ledjar terinspirasi untuk menbuat Wayang Kancil pada tahun 1980. Pada masa itu, ia melihat masyarakat terutama anak-anak kurang peduli terhadap keberadaan budaya wayang. Selain itu, banyaknya keluhan yang dari pedalang lain tentang nasib pelestari budaya wayang, semakin membuat mbah Ledjar untuk fokus dalam membuat dan mengkreasikan wayang kancil.

Kenapa harus kancil? Pertanyaan ini sering dihadapi oleh mbah Ledjar, ketika ia bertemu dengan orang-orang yang baru mengenal wayang kancil. Sebenarnya pemilihan kancil itu berdasarkan masa kecil saya, dimana pada jaman SD dulu, guru-guru di SR (Sekolah Rakyat) sering menceritakan kisah kancil melalui pertunjukkan wayang. Lalu, ketika akan tidur, ibunya sering mendongenginya dengan cerita kancil agar tertidur pulas. Menurutnya kancil itu sudah melegenda bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mbah Ledjar sangat tertarik untuk menjadikan kancil sebagai tokoh utama dalam tiap pentasnya, sehingga karyanya sering disebut wayang kancil.

Menurut mbah Ledjar, dalam pementasan wayang kancil, sebenarnya ada banyak pesan yang bisa disampaikan. Tidak hanya semata-mata sebagai hiburan, melainkan terdapat pesan khusus yang menjadi bagian penting dalam tiap pementasan. Misalnya tentang kecintaan pada lingkungan hidup, pengembangan agama islam, penanaman budi pekerti serta masih banyak lainnya. Cerita yang diangkat di dalam pentas, diambil dari serat kancil yang ditulis oleh para pujangga. Misalnya saja untuk cerita tentang pengembangan agama islam, seratnya ditulis oleh Haji Sosrowijoyo. Mbah Ledjar mengaku bahwa ia memiliki hampir seluruh serat kancil dari pujangga-pujangga. Sejauh ini, ia telah menciptakan lebih dari 100 karakter wayang.

Miris, Wayang Kancil Lebih Dikenal di Luar Negeri

Berkarya selama hampir 30 tahun dalam dunia wayang, membuat mbah Ledjar mendapatkan berbagai penghargaan. Penghargaan atau apresiasi terhadap karyanya, tidak hanya berasal dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri. Salah satu penghargaan pernah ia dapatkan pada tahun 1995 dari majalah Gatra, dimana penghargaan itu diberikan berdasarkan kepeloporan, kreativitas, inovasi dan jasa Ki Ledjar Subroto dalam menghidupkan dan mempopulerkan kembali kesenian wayang kancil yang nyaris punah. Selain itu, penghargaan yang baru-baru ini ia dapatkan yaitu Lifetime Achievement dari festival Biennale 2009 atas kontribusi serta kesetiannya terhadap seni gambar di atas wayang.

Menurut mbah Ledjar, ia sendiri tidak terlalu memikirkan penghargaan yang didapat. Karena yang lebih dipikirkan oleh mbah Ledjar adalah bagaimana nasib wayang kancil selanjutnya. "Anak muda sekarang itu kebanyakan lebih senang dengan hal yang berbau modernisasi, jarang ada yang mau bersentuhan langsung dengan seni tradisional seperti ini," ungkap mbah Ledjar akan kekhawatirannya. Walaupun ia mendapatkan penghargaan dari dalam negeri, tetapi secara umum ia merasa bahwa wayang kancil sebenarnya kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Malah apresiasi yang tinggi malah ia dapatkan dari luar negeri. Hal ini dibuktikkan banyak sekali karya-karya wayang kancil milik Ki Ledjar Soebroto yang dikoleksi oleh musem luar negeri sperti Jerman, Belanda dan Inggris.

Nama Ki Ledjar Soebroto mulai dikenal di kancah Internasional, berawal dari pertemuan dengan seorang teman dari Belanda yang menggemari dunia wayang dan menjadi dalang. Teman tersebut meminta mbah Ledjar untuk membuatkan wayang berdasarkan cerita yang sudah ada. Cerita yang diangkat yaitu tentang kisah perjuangan Sultan Agung dalam melawan tentara kompeni yang dipimpin oleh Jan Peter Zoon Coen. Awalnya mbah ledjar sempat terkejut, karena menurut pengakuan temannya tersebut, buku cerita kancil cukup terkenal di Belanda. Selain itu, terdapat museum kancil yang sudah didirikan sejak lama, hanya saja koleksi yang ada baru seputar naskah-naskah jawa serta serat kancil. Semenjak itu, mbah Ledjar mendapat pesanan untuk membuat wayang kancil untuk melengkapi koleksi museum-museum di luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun