Sebuah kelas memang bukan sekadar sebagai tempat transfer materi dan ilmu semata untuk diingat namun sejatinya serangkaian proses memahamkan bahwa ilmu merupakan kebutuhan dalam kehidupan. Tujuan utama ketika seorang siswa belajar ialah mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Siswa dapat menerapkan dan mengaitkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas dengan aktivitas keseharian mereka. Tak hanya berhenti di situ saja, harapannya dengan ilmu yang telah diperoleh di dalam kelas dapat menjadi bekal untuk memecahkan permasalahan yang mungkin saja dihadapi di kehidupan mendatang.
Siswa yang sehat ialah siswa yang bahagia. Apakah ketika siswa belajar merasakan bahagia? Atau justru tertekan dengan serangkaian tugas yang dibebankan? Tentunya bagi seorang guru rasa bahagia ketika para siswa menerima materi yang kita berikan menjadi salah satu pertimbangan penting. Saat siswa tengah berusaha membangun ide dan menyampaikan gagasan, bisa saja mereka merasa was-was dan khawatir apabila hal yang mereka sampaikan tidak tepat. Sehingga apresiasi yang diberikan guru pada tiap gagasan yang mereka sampaikan memberikan arti positif bagi para siswa. Pujian, pemberian semangat, dan bentuk motivasi lainnya menyumbang andil besar pada tingkat rasa bahagia mereka. Maka, tak akan ada lagi siswa pura-pura sakit ataupun malas mengikuti pembelajaran sains apabila mereka bahagia.
Secara umum, melalui pembelajaran induktif siswa diharapkan lebih aktif sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Siswa berada pada lingkungan belajar di mana mereka bebas mengeksplor diri untuk memberikan ide, pandangan, dan pendapat mereka berkaitan dengan materi yang tengah dipelajari. Mereka terlepas dari resiko takut dan malu bertanya. Mereka berusaha menunjukkan cara berpikir mereka dalam menghadapi suatu masalah tanpa mengesampingkan karakter mereka sebagai seorang siswa sekaligus saintis di dalam kelas. Â Â