Mohon tunggu...
William Oktavius
William Oktavius Mohon Tunggu... Lainnya - Welcome to my opinion :)

Just Do It

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

People Come and Go

6 Desember 2020   06:00 Diperbarui: 6 Desember 2020   06:08 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah sekian lama saya sibuk dengan beberapa kegiatan, akhirnya saya berkesempatan untuk beristirahat di weekend yang indah ini. Libur tanpa adanya beban tugas sungguh menenangkan. Saya kemudian memilih untuk membuka foto-foto lama saya yang masih tersimpan rapi di laptop. Satu per satu foto saya buka, lalu saya teringat akan sesuatu. Beberapa dari mereka dulu pernah menjadi orang yang begitu dekat dengan saya. Bahkan sampai sering berfoto bersama padahal hanya sekadar nongkrong-nongkrong santai saja. Namun sekarang, mereka sudah seperti hilang ditelan bumi. Ya, mereka memang masih ada di dunia ini. Tapi beberapa kesibukan telah membuat saya dan kawan-kawan lama saya sudah tidak bertegur sapa lagi. Hanya sekadar menjadi viewer dalam salah satu fitur sosial media yang saya gunakan. 

Saya lalu termenung sejenak. Kok bisa ya? Apa artinya saya sudah menjadi pribadi yang menyebalkan sehingga menyebabkan mereka menjauh? Atau saya yang memang tidak tahu diri lalu memilih meninggalkan mereka? Atau apa? Kenapa bisa begini?

Saya lalu teringat pada salah satu teori dalam psikologi sosial yang membahas ini. Bisa saja teori ini tidak benar-benar tepat untuk membahas fenomena ini. Tapi menurut saya, teori ini sedikit bisa membuat kita lebih tercerahkan dalam fenomena sosial ini. 

Social Exchange Theory atau bisa kita sebut sebagai teori pertukaran sosial. Teori ini mempunyai prinsip seperti hukum ekonomi untung-rugi. Kita akan cenderung mempertahankan hubungan pertemanan jika pertemanan itu memberikan nilai yang lebih menguntungkan bagi kita. Mari kita andaikan seperti ini. Untung di sini berarti manfaat yang kita dapatkan. Manfaat ini bisa berupa barang atau jasa. Misalnya seperti perhatian, materi saat perkuliahan, uang, status, popularitas, atau hal lainnya yang kita dapatkan dan kita merasa untung karenanya. Lalu ada yang namanya pengeluaran. Pengeluaran di sini berarti effort yang harus kita berikan untuk mempertahankan pertemanan ini. Misalkan meluangkan waktu untuk si dia, membayari si dia agar tidak ngambek lagi, atau hal lainnya yang kita keluarkan. Nah, ketika itu sudah terjadi, secara tidak sadar kita akan mulai menghitung untung atau rugi dalam pertemanan ini. Jika nantinya kita merasa "untung", maka kita cenderung ingin mempertahankan hubungan pertemanan ini. Jika sebaliknya yang terjadi, kita merasa "rugi", maka kita cenderung ingin menyudahi saja hubungan pertemanan ini. 

Lalu apa hubungannya dengan judul yang sudah teman-teman baca? Oke, saya akan menganggap teori yang satu ini menjadi salah satu faktor yang bisa menjelaskan fenomena ini. Mungkin saja akan ada teori lainnya, namun saya akan mencoba menjelaskan dari sisi social exchange theory. Orang-orang akan datang kepada kita dan mencoba untuk memulai pertemanan dengan kita. Dalam satu kondisi (misalkan sedang sekolah atau berkuliah), orang-orang ini akan mempunyai kepentingan yang sama dengan kita. Hasilnya, kita akan saling berbagi manfaat sehingga kita merasa "untung" saat berteman. Namun ketika kita sudah tidak berada di tempat yang sama, katakanlah sudah lulus dari tempat tersebut, masing-masing dari kita sudah mempunyai tujuan masing-masing. Karena dianggap sudah tidak menguntungkan lagi, walaupun sebenarnya tidak rugi, perlahan kita akan mulai mengurangi intensitas obrolan. Itulah yang menyebabkan dulunya berteman dekat namun sekarang sudah hanya sekadar menjadi viewer dalam media sosial. 

Kemudian teori ini juga bisa menjelaskan mengapa terkadang kita sudah berteman dengan beberapa orang, namun kemudian merasa lelah karena terus menerus mengeluarkan effort dalam mempertahankan pertemanan, lalu perlahan mundur. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, jika kita merasa "rugi" dalam suatu hubungan pertemanan, kita cenderung ingin mundur dari hubungan pertemanan ini. Walaupun hubungan pertemanan yang memudar bisa saja terdapat beberapa faktor lainnya, namun social exchange theory juga bisa menjelaskan salah satu faktor memudarnya hubungan pertemanan. 

Jadi teman-teman, kalo kalian merasa kok si dia udah gak deket lagi ya sama aku padahal dulunya lengket kayak prangko, jangan overthinking dulu ya. Jangan langsung berpikir yang tidak-tidak atau menyalahi keadaan. Bisa saja kalian memang tidak "saling menguntungkan" lagi, jadi si dia memilih untuk mencari orang lain. Apakah ini salah? Tidak juga. Tentu kalian akan merasa lelah juga bukan jika terus menerus harus mempertahankan suatu pertemanan kalau kalian tidak merasa "untung"? Memang tidak salah juga jika kita bisa menjalin relasi dengan banyak orang. Namun jika akhirnya kalian merasa lelah karena itu, tidak apa-apa. Hubungan manusia memang cukup kompleks dan biarlah kalian beristirahat dahulu. People come and go memang lumrah terjadi, jadi semoga kalian tidak menjadi overthinking karena ditinggalkan teman kalian ya. 

Oke, sekian yang bisa saya jelaskan mengenai fenomena ini. Boleh juga pembaca ikut berkomentar di komentar jika saya terdapat keliru dalam menyampaikan informasi ini ya. Semoga masukan dari pembaca bisa membuat saya belajar lagi dalam memahami suatu teori dalam fenomena sosial. Terima kasih :)

Sumber bacaan:

Miller, R. S.  2018. Intimate Relationship Eight Edition. New York: McGraw Hill Education.

Wisnuwardhani, D., Mashoedi, S. F. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun