Mohon tunggu...
Oktaviani NS
Oktaviani NS Mohon Tunggu... Freelancer - Free human being

Still learning and will never stop. Kindly check https://gwp.id/story/121331/tentang-luka for more.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dendam Masa Lalu dapat Menjadikan Kita "Toxic Parents"

22 Juli 2020   13:06 Diperbarui: 22 Juli 2020   23:23 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak sedih. (sumber: shutterstock via kompas.com)

3. Mengajari anak berbohong sejak dini.

Kalimat-kalimat seperti, "Makanannya harus dihabiskan, kalau tidak nanti nasinya akan menangis." atau "Jika ada yang mencari, bilang saja mama/papa tidak ada." secara tidak sadar sudah menumbuhkan kebiasaan untuk berbohong kepada anak sejak kecil.

4. Blaming not correcting.

Kebiasaan menyalahkan daripada mengintrospeksi kesalahan yang ada pada diri juga salah satu tindakan tidak sehat. Seperti ketika anak menangis karena menabrak tembok atau pintu, orang tua biasanya mengatakan, "Sudah tidak usah menangis, nanti mama/papa pukul tembok/pintunya."

Secara tidak sadar, tindakan itu mengajarkan anak untuk menjadi arogan dan tidak ingin mengakui kesalahannya. Padahal, mengakui kesalahan lewat penggunaan kalimat positif akan lebih baik, seperti, "Lain kali lebih hati-hati." atau "Kalau jalan harus memperhatikan sekitar."

5. Menjadikan anak sebagai 'investasi' jangka panjang.

Separuh dari hidupnya, dapat diakui bahwa orang tua melakukan hampir segala hal untuk anaknya. Sayangnya, pada beberapa kasus, orang tua menganggap bahwa anaknya adalah barang 'investasi'. Beberapa toxic parents menjadikan pengorbanan mereka sebagai senjata untuk membuat anak mengikuti segala keinginannya, tak jarang anak harus mengubur mimpinya dalam-dalam.

Bagi anak yang penurut, mereka cenderung akan mengikuti keinginan orang tuanya dan mengesampingkan kebahagiaan dirinya sendiri. Namun, hal ini akan membuat anak menjadi takut untuk mengemukakan pendapatnya pada hal-hal di luar 'rumah'. 

Sedangkan bagi anak yang pemberontak, mereka cenderung akan menjadi pembangkang, bahkan di luar lingkungan keluarganya. Hal ini juga membuka kesempatan besar untuk membalas 'dendam' mereka melalui anak-anak mereka kelak.

Perlu dimengerti bahwa anak bukanlah seratus persen 'kepunyaan' orang tua. Paling utama, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki hak atas dirinya sendiri. 

Salah satu kutipan menarik yang dapat dipelajari dari Will Smith adalah saat ia mengatakan bahwa membesarkan seorang anak sama halnya seperti konsep menanam tanaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun