Pernahkah kita melihat anak-anak di Taman Kanak-Kanak kebingungan membedakan waktu kegiatan mereka? Di salah satu TK tempat saya melakukan observasi, banyak anak sudah mampu menyebutkan urutan aktivitas harian seperti berangkat sekolah, makan siang, mengaji di TPQ, bahkan menyiapkan diri saat sahur dan berbuka puasa. Namun, sebagian besar dari mereka masih membutuhkan stimulasi untuk benar-benar memahami konsep waktu,kapan setiap kegiatan itu dilakukan. Misalnya, mereka tahu bahwa "pulang sekolah setelah belajar", tetapi belum memahami bahwa hal itu terjadi sekitar pukul 10 atau 11 siang. Begitu pula ketika ditanya kapan waktu shalat dzuhur atau kapan harus tidur malam, beberapa anak masih menebak-nebak.
Masalah ini menunjukkan pentingnya mengenalkan konsep waktu dan rutinitas harian sejak usia dini. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, pemahaman tentang waktu bukan hanya soal angka di jam, tetapi juga tentang membentuk disiplin, tanggung jawab, dan keteraturan kegiatan sehari-hari. Dari pengamatan inilah muncul gagasan untuk menciptakan "Jam Pintar", sebuah media pembelajaran interaktif yang membantu anak memahami berbagai kegiatan harian berdasarkan waktu secara menyenangkan dan mudah dipahami.
Saat melakukan observasi di kelas, saya menemukan bahwa banyak anak belum memahami konsep waktu secara konkret. Mereka sering bingung membedakan pagi, siang, dan sore, atau belum bisa membaca jam sederhana. Guru kelas pun mengatakan bahwa anak-anak cepat bosan ketika belajar mengenal angka melalui lembar kerja. Dari situlah muncul ide untuk membuat media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan melibatkan gerakan motorik kasar anak. Maka lahirlah "Jam Pintar".
Jam Pintar dibuat dari karton tebal, dan gambar karakter (Tikus), dan karton tebal dikaitkan dengan sedotan sebagai jarum jam yang bisa diputar. Angka 1--12 ditempel di sekeliling lingkaran jam menggunakan warna berbeda agar menarik perhatian anak. Bagian tengah jam dihias dengan gambar matahari dan bulan untuk menunjukkan perbedaan waktu siang dan malam.
Kegiatan dimulai saat guru menunjukkan Jam Pintar dan mengajak anak-anak menebak fungsi masing-masing bagian. Setelah itu, guru memutar jarum jam sambil bertanya,
"Kalau jarumnya di angka 7, itu waktu apa, ya?"
Anak-anak dengan antusias menjawab, "Pagi!", "Waktunya sarapan!", "Waktunya sekolah!".
Kemudian anak diminta memutar sendiri jarum jam sesuai kegiatan harian mereka, misalnya jarum di angka 12 untuk waktu makan siang atau di angka 8 untuk tidur malam.
Melalui aktivitas ini, anak belajar menghubungkan konsep waktu dengan rutinitas sehari-hari sambil melatih koordinasi tangan-mata dan motorik kasar saat memutar jarum jam.
Suasana kelas menjadi sangat hidup. Anak-anak tampak bersemangat memutar jam dan berlomba menjawab pertanyaan guru. Mereka tertawa ketika jarum jam sengaja diarahkan ke waktu yang "aneh", seperti jam 3 pagi untuk bermain.
Guru pun tampak senang dan mengatakan,
"Anak-anak jadi lebih cepat paham konsep waktu karena bisa melihat dan memegang langsung jamnya."
Guru juga berpendapat bahwa Jam Pintar dapat digunakan dalam berbagai tema, seperti tema kegiatan sehari-hari, waktu, atau rutinitas anak.
Sebagai calon guru PAUD, saya belajar bahwa media sederhana yang dibuat dengan memahami kebutuhan anak bisa memberi dampak besar. Membuat Jam Pintar mengajarkan saya pentingnya kreativitas, ketelitian, dan kesabaran. Saya menyadari bahwa anak usia dini tidak cukup diajarkan dengan kata-kata, tetapi perlu belajar melalui pengalaman konkret dan bermain aktif.
Tantangan utama dalam membuat Jam Pintar adalah menyesuaikan bahan agar kuat, aman, dan mudah diputar oleh anak. Selain itu, saya harus memastikan warna dan bentuk angka menarik tetapi tetap jelas dibaca.
Namun dari tantangan itu, saya belajar bahwa menjadi guru PAUD berarti harus kreatif, reflektif, dan peka terhadap kebutuhan belajar anak.
Makna terbesar yang saya rasakan adalah bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga perancang pengalaman belajar. Jam sederhana yang saya buat menjadi bukti bahwa kreativitas kecil bisa menumbuhkan rasa ingin tahu, kebahagiaan, dan semangat belajar pada anak-anak.
Melalui Jam Pintar, saya belajar bahwa waktu tidak hanya bisa dikenalkan lewat angka, tetapi juga melalui pengalaman yang menyenangkan. Anak-anak memahami konsep waktu bukan karena dihafalkan, tetapi karena mereka merasakannya lewat bermain dan berinteraksi langsung.
Pengalaman ini mengingatkan saya dan semoga juga guru serta mahasiswa calon pendidik lainnya, bahwa inovasi tidak harus besar untuk memberi dampak. Terkadang, ide sederhana yang lahir dari perhatian terhadap kebutuhan anak bisa menjadi jembatan antara teori dan praktik di kelas.
Mari terus berkreasi, bereksperimen, dan menciptakan media pembelajaran yang lahir dari hati dan cinta pada dunia anak. Sebab, dari permainan sederhana seperti Jam Pintar, bisa tumbuh generasi kecil yang belajar menghargai waktu, disiplin, dan penuh rasa ingin tahu terhadap dunia di sekitarnya.
Penulis: Oktaviana Nur Candraningtyas
Mahasiswa Prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Semarang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI