Mohon tunggu...
Oktavia Hadianingsih
Oktavia Hadianingsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Prakarya di SMP Negeri Satu Atap 3 Palangka Raya, hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pelukan Terakhir untuk Momo

16 Juni 2022   14:15 Diperbarui: 16 Juni 2022   14:21 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momo dan Ocol (Dokpri)

Tidak disangka-sangka, foto yang kuambil beberapa hari yang lalu itu menjadi foto pelukan terakhir Momo dan Ocol. 

Sebuah pemandangan indah yang sayang jika dilewatkan, Momo si kucing betina dan Ocol si kucing jantan merupakan dua dari lima bersaudara yang tersisa. Tiga saudara mereka mati berturut-turut beberapa bulan yang lalu karena penyakit yang disebabkan oleh virus.

Ocol, si kucing jantan berumur 1 tahun yang berbadan bongsor,  betah di rumah, tidak pernah main jauh, dan paling menerima kehadiran anak-anak kucing yang sering kuadopsi tanpa sengaja dari beberapa tempat yang tak terduga, kini telah tiada.

Berjemur setelah dimandikan (Dokpri)
Berjemur setelah dimandikan (Dokpri)

Kamis (16/06/2022) menjelang adzan Zuhur, terdengar suara keributan dan riuh gonggongan anjing.

Kulihat bekas keranjang buah tempat Ocol berjemur sehabis dimandikan itu kosong. Hatiku cemas tak karuan. Jangan...jangan...Tanpa pikir panjang kuambil kursi, kuintip apa yang terjadi di halaman belakang tetangga yang berseberanagan dengan halaman belakang rumahku dan dibatasi tembok setinggi 2 meter itu. 

Ya Allah...hancur hatiku berkeping-keping melihat si Ocol berjuang melawan keroyokan 4 ekor anjing besar dan kecil milik tetangga belakang rumahku. Kakiku langsung lemas, kuambil batu kulempari anjing-anjing itu agar menjauh dari si Ocol. 

Kulempari terus sambil nangis menyebut asma Allah...sungguh hancur hatiku menyaksikan peristiwa tragis yang hanya berlangsung beberapa saat itu. Seekor kucing melawan seekor anjing pun sudah pasti kalah kalau ia tidak bisa melarikan diri, nah ini melawan 4 ekor anjing.

Suamiku yang pulang kantor heran melihatku menangis tersedu-sedu. Sambil menangis kuceritakan peristiwa tragis yang menimpa Ocol barusan. Dengan bantuan tangga untuk menyeberang tembok pembatas, jasad si Ocol berhasil dievakuasi. 

Jasadnya kupeluk sambil terus minta maaf karena tidak bisa menolongnya. Air mataku terus bercucuran ketika jasad Ocol yang masih hangat itu kumandikan, kubersihkan kotoran yang keluar dari anusnya, kumasukkan lidahnya yang biru kehitamaan dan terjulur, terakhir kupejamkan matanya yang terbuka lebar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun