Ruang silaturahmi, mempertemukan masyarakat, perantau, dan wisatawan.
Ruang belajar, tempat mengenal adat, sejarah, dan nilai kebersamaan secara nyata.
Ruang ekonomi, karena turut menghidupkan UMKM melalui bazar kuliner dan kerajinan.
Sebagai mahasiswa, pengalaman ini menjadi sarana untuk melihat teori yang dipelajari di kelas secara nyata. Tradisi Bakaua Turun Ka Sawah memperlihatkan nilai kebersamaan dan gotong-royong masyarakat sekaligus menegaskan bahwa adat dan agama di Minangkabau saling menguatkan.
Meskipun acara berlangsung meriah, saya mencatat perlunya peningkatan dalam publikasi jadwal. Bagi pengunjung yang datang di tengah acara, informasi mengenai susunan pertunjukan dan waktu tampil akan sangat membantu agar pengalaman menonton lebih terarah.
Refleksi
Menghadiri RSBG 2025 membuat saya semakin bangga menjadi bagian dari masyarakat Minangkabau. Festival ini bukan hanya selebrasi budaya, tetapi juga cara mempertahankan identitas dan membuktikan bahwa budaya Minangkabau tetap hidup.
Kuliah lapangan ini memberi saya lebih dari sekadar wawasan akademik. Ia menumbuhkan rasa keterikatan pada budaya dan tanggung jawab untuk ikut melestarikannya. Sebagai generasi muda, saya merasa terpanggil untuk menjadi penerus yang menjaga agar budaya Minangkabau tetap bernyawa di masa depan.
Di tengah modernisasi, acara seperti RSBG menjadi pengingat akan akar budaya sekaligus wujud harmoni antara adat dan agama yang menjadi jati diri masyarakat Minangkabau.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI