Pensiun atau purna bakti identik dengan berakhir nya masa tugas seseorang berdasarkan usia sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilakoni. Â Tapi ada juga seseorang Pensiun disebabkan hal tertentu seperti pensiun dini atas permintaan sendiri, dipensiunkan karena alasan tertentu dan sebagainya.Â
Mendengar istilah pensiun membuat sebagian orang merasa takut dan cemas karena secara otomatis mereka tidak bekerja lagi. Kecemasan dan ketakutan berlebihan seperti ini bisa menyebabkan seseorang berada dalam tekanan akhirnya menyebabkan stress dan menimbulkan berbagai penyakit.
Segala sesuatu di dunia ini memiliki tahapan tertentu. Bagi manusia itu sendiri tahapan perkembangan dan pertumbuhan pun dimulai dari janin, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, tua. Begitupun dengan pekerjaan. Ada masa produktif dan tidak produktif. Seseorang bekerja juga memulai dari amatir hingga menjadi profesional. Semakin lama bekerja, semakin banyak pengalaman maka akan semakin profesional.
Ketika memasuki masa pensiun, apakah kita harus pensiun juga? Inilah masalah yang sering menghinggapi pensiunan. Ketika pensiun otomatis mereka pun tidak beraktivitas lagi. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama keluarga tanpa mengerjakan sesuatu. Ujung-ujung uang pensiunan pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berkaca kepada abak (bapak). Setelah pensiun, beliau masih produktif. Di umur beliau yang ke 68 tahun, beliau masih aktif dalam organisasi desa (PNPM), beliau juga ikut dalam beberapa kegiatan pengajian. Beliau juga harus mengurus lahan persawahan dan perkebunan. Produktivitas yang beliau lakukan membuat beliau tetap terlihat muda. Beliau terus berpikir kira-kira usaha apa yang bisa dilakoni di umur tersebut. Untuk membuka usaha sebenarnya juga sudah terlambat tapi tidak masalah kalau ingin mencoba, nama nya juga berusaha. Syukur-syukur usahanya berhasil.
Dari segi fisik, aktivitas berat memang sudah terbatas. Energi dan kekuatan sudah mulai menghilang beriring bertambahnya usia. Apapun kondisinya kita wajib bersyukur sehingga pikiran dan otak kita tetap segar.Â
Bagi saya pribadi di umur beliau yang hampir kepala tujuh, mengharapkan dan menginginginkan beliau untuk senantiasa menghabiskan masa tua beliau dengan senyuman, kebahagiaan, dan bersenang-senang. Bersenang-senang yang dimaksud bukan berfoya-foya. Saya ingin beliau menikmati hari tua beliau dengan bahagia dan tanpa beban.
Bagi kita yang muda-muda, sebaik nya kita menyiapkan atau membuat rencaca sekian tahun ke depan setelah pensiun. Apa yang harus dilakukansehingga tidak menjadi pesakitan dan beban orang lain?
Planning sangat penting. Buatlah rencana untuk sekian puluh tahun ke depan; Apa, bagaimana, mau kemana, ingin jadi apa, dan sebagainya. Jika telah diplanning dengan matang dan baik, kita bisa tetap produktif sampai kapan pun dengan begitu kita bisa menghabiskan hari tua dengan bahagia.Â
Masa itu energi mulai menurun, tenaga sudah lemah, kita hanya mampu menggunakan pemikiran, pengalaman untuk tetap produktif. Kita lebih tepatnya bertindak sebagai manager untuk segala aktivitas. Kita tidak perlu bekerja keras menggunakan fisik, kita hanya perlu memberi komando, mengontrol dan memberi motivasi. Paling tidak kita masih bisa mengamalkan dan mengaplikasikan ilmu, pengetahuan kecerdasan dan pengalaman untuk menjadi figure generasi baru.
Tidak ada kata terlambat kalau punya niat mengerjakan sesuatu. Hindari jiwa yang rapuh, hati yang lemah, dan pesakitan setelah pensiun. Tapi tebarkan kebaikan yang bermanfaat untuk orang lain. Libatkan diri dengan melakukan kegiatan sosial untuk memajukan lingkangan sekitar. Serta berikan petuah-petuah untuk jiwa muda yang haus akan pengetahuan.Â
Lakukan aktivitas yang bisa membuat jiwa tetap muda. Biasakan diri untuk membaca, menulis, dan  mencari tahu informasi terhangat tentang kehidupan, dengan begitu  kita tidak mudah lupa dan selalu bersemangat untuk mencari hal-hal baru.
Ciptakan budaya hidup sehat, hindari alkohol dan rokok serta olah raga lah secara teratur. Meskipun umur makin tua tapi jiwa tetap muda.Â