Mohon tunggu...
Kebijakan Pilihan

Pemilu Demokratis yang Nyaman

31 Januari 2019   09:02 Diperbarui: 31 Januari 2019   09:06 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam suasana menjelang pemilu serentak yang akan diselenggarakan besok pada bulan April 2019, negara kita seolah mengalami kehebohan massal, banyak caleg-caleg baru yang bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. 

Semuanya memasang spanduk dimana mana seolah untuk mengingatkan calon pemilih di dapilnya masing masing, "inilah saya, pilihlah saya, yang terbaik, yang terhebat, yang akan membawa perubahan bagi masyarakat, anti korupsi, anti kolusi, anti nepotisme, berjuang untuk rakyat kecil, bekerja tak kenal lelah" dan lain sebagainya.

Bisa kita bayangkan kalau satu spanduk kecil saja sekitar seratus ribuan, untuk spanduk besar yang di jalan protokol bisa mencapai jutaan rupiah, padahal bukan cuma satu spanduk saja, dalam satu lokasi daerah saja bisa lebih dari ratusan spanduk dipasang di pinggir jalan, entah berapa juta atau berapa milyar dana yang dihamburkan hanya untuk membuat dan memasang spanduk tersebut.

Entah dana dari mana saja yang dipakai untuk membuat spanduk spanduk tersebut. Hal itu dilakukan hanya untuk membuat masyarakat "mengenal" nama caleg tersebut. Jadi kesannya malah lucu dan aneh, kalau seorang caleg harus mengenalkan dirinya disaat menjelang pemilu di dapilnya masing masing. 

Seharusnya secara logika seoarang caleg yang akan mewakili dapilnya berarti namanya tentu sudah dikenal di daerah pemilihannya. Tetapi tidak bisa dipungkiri kalau hal tersebut sudah menjadi realita di lapangan.

Bahkan dibeberapa media ada pemberitaan tentang perbedaan pilihan yang sampai mengakibatkan pertengkaran, perpecahan dan perselisihan, baik antar teman, bahkan antar saudara. 

Bahkan ada berita yang menyebutkan bahwa harus dilakukan pemindahan makam dari kerabat yang sudah meninggal dikarenakan adanya perbedaan pilihan tersebut. 

Sungguh sangat memilukan dan menyayat hati, bagaimana sampai perbedaan pilihan antar kerabat, sampai berimbas kepada makam saudara yang sudah tenang dikubur di alam lain. 

Padahal yang akan dipilih tersebut hanya akan menjabat selama 5 tahun saja, setelah itu belum tentu terpilih lagi untuk masa jabatan selanjutnya. 

Terlepas dari itu semua, tentu yang menjadi sorotan saat ini adalah pemilihan presiden yang akan diselenggarakan bersamaan dengan pemilu legislatif. 

Sejak jauh hari, juru kampanye masing masing paslon sudah menggelontorkan dana milyaran rupiah untuk berupaya merebut hati masyarakat dalam pemilu nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun