Mohon tunggu...
Okky Putri Rahayu
Okky Putri Rahayu Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ngeblog saat senggang

Pernah belajar mencampur larutan kimia, kini lebih suka mencampur kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bekerja Keraslah Jika Jatuh Cinta

13 Februari 2020   12:36 Diperbarui: 14 Februari 2020   03:41 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
official poster marriage Story. (netflix.com)

Belakangan, saya suka mencari berita-berita seputar hubungan percintaan. Seperti beberapa kasus perceraian, aksi suami membunuh istri dan sebaliknya, hingga kasus-kasus KDRT yang muncul ke permukaan.

Lalu, secara instan otak saya menyimpulkan satu hal. Rupanya, orang yang saling mencintai bisa berakhir saling menyakiti. Bahkan hingga membunuh satu sama lain.

Jika berpikiran positif, maka mereka yang menikah dan berakhir seperti itu, tentu bermula dengan cinta. Perasaan yang levelnya paling tinggi dari sayang ataupun suka. Ya, mereka pasti saling manyayangi.

Tapi bagaimana bisa, perasaan agung itu menyisakan benci dan kemudian ketegaan hati untuk menyakiti dan meninggalkan pasangannya?

Saya berpikir dan terus berpikir. Lalu berbincang dengan seorang kawan. Sayangnya, saya memilih kawan yang sama-sama belum menikah.

Ya, kami sebetulnya sama-sama awam soal komitmen pernikahan itu. Tapi, sebagai sesama pengamat hidup orang, dan anggota geng ghibah, kami berani menyimpulkan: ternyata cinta saja tidak pernah cukup.

Ya, cinta saja tidak bisa membuat kita bertahan dengan seseorang. Kita perlu tetap bekerja meski sudah punya modal cinta. Bekerja di sini bukan dalam arti mencari nafkah. Ini adalah bekerja untuk membuat cinta terus berputar. Terus menyala. Terus ada.

Lalu saya kembali teringat pada film Marriage Story yang memang heboh dan mengobrak-abrik perasaan itu. Ya, tidak ada yang meragukan cinta Nicole dan Charlie. Keduanya saling mencintai. Sangat jelas meski lewat tatapan masing-masing.

Tapi ada masa, ketika Nicole merasa hanya dia yang berusaha di hubungan itu, dan Charlie tidak melakukan sebaliknya. 

Ada titik di mana Nicole tidak jadi peran apapun dalam biduk rumah tangga keduanya. Barangkali Nicole benar, bekerja sendirian memang melelahkan. Hingga kata cerai menjadi titik nadirnya.

Nicole dan Charlie memang hanya tokoh fiksi. Tapi keduanya sangat nyata dan dekat. Tentu ada banyak juga di luar sana, yang berakhir pisah, tapi memulai hubungan itu dengan cinta yang sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun