Mohon tunggu...
Raja Media
Raja Media Mohon Tunggu... Jurnalis

Melihat Banten Dengan Jernih

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pembongkaran Terminal dan Hilangnya Jalur Alternatif Diduga Picu Kemacetan Parah di Depan Bekas Terminal Sentiong Balaraja

13 Agustus 2025   09:40 Diperbarui: 13 Agustus 2025   09:48 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan parah di depan persimpangan bekas Terminal Sentiong Balaraja pada Pagi hari/dokpri

TANGERANG - Kemacetan parah yang belakangan melanda ruas jalan depan bekas Terminal Sentiong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, diduga dipicu oleh pembongkaran terminal dan hilangnya jalur alternatif menuju Jalan Baru-Pemi.

Warga dan pengguna jalan menilai pemerintah daerah tidak memiliki perencanaan matang dalam mengelola arus lalu lintas pasca-perubahan fungsi terminal.

Pantauan di lapangan, Rabu (13/8/2025), antrean kendaraan di jalur tersebut pada jam sibuk pagi (06.30-08.30 WIB) memanjang hingga lebih dari 500 meter. Kondisi makin parah pada sore hari, di mana durasi kemacetan bisa mencapai 40--45 menit.

Sejak terminal dibongkar, area yang sebelumnya digunakan untuk perputaran kendaraan umum kini tidak lagi tersedia. Ditambah dengan penutupan jalur alternatif Jalan Baru-Pemi, seluruh arus kendaraan dari dan menuju pusat Balaraja terpaksa melalui jalur utama yang sempit di depan bekas terminal.

"Dulu masih lancar karena ada jalur alternatif, Sekarang jalur itu (alternatif) sudah tidak, ditambah terminal dibongkar, angkot dan kendaraan pribadi numpuk di satu titik," ujar Saprudin.

Kemacetan diperburuk oleh keberadaan angkutan umum yang ngetem di badan jalan, parkir liar, serta pedagang kaki lima (PKL) yang memakan bahu jalan. Ruang lalu lintas yang seharusnya dua lajur aktif kerap tersendat dan menyempit menjadi satu lajur.

Menurut data perkiraan Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang tahun 2024, jalur ini dilintasi rata-rata 5.200 kendaraan per jam di jam sibuk. Dengan hilangnya jalur alternatif, beban kendaraan meningkat hingga 20 persen, atau setara tambahan 1.000 kendaraan per jam.

Pengamat kebijakan publik Ahmad Udedi Sigit, menilai kemacetan ini merupakan akibat dari kebijakan tanpa perencanaan yang matang tidak disertai rekayasa lalu lintas.

"Membongkar terminal dan menutup jalur alternatif tanpa menyediakan pengganti atau pengaturan lalu lintas jelas memicu masalah besar. Pemerintah harus segera mengambil langkah darurat," tegasnya.

Warga mendesak agar pemerintah mencarikan solusi konkret atau membuka kembali jalur alternatif, menertibkan parkir liar dan angkot ngetem, serta menata ulang kawasan bekas terminal.

Hingga berita ini tayangkan, pihak Pemkab Tangerang atau Dinas Perhubungan maupun Satlantas Polresta Tangerang belum memberikan penjelasan resmi terkait langkah penyelesaian kemacetan di lokasi tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun