Mohon tunggu...
AAGede OkaSuta
AAGede OkaSuta Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Dokter Umum BHCC Denpasar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Diabetes Melitus dan Komplikasinya

7 September 2021   07:02 Diperbarui: 7 September 2021   07:45 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit non infeksi yang memiliki jumlah penderita tinggi di Indonesia. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan kencing manis oleh masyarakat awam. Indonesia menempati urutan ke-6 dari sepuluh negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi, yakni 10,3 juta pasien per tahun 2017 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 16,7 juta pasien per tahun 2045. 

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik gula darah yang meningkat (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan produksi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hormon insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. 

Ketika makanan masuk ke tubuh dicerna dan masuk ke aliran darah, insulin akan mengikat glukosa dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk diubah menjadi energi. Namun pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat mengolah glukosa menjadi energi. Akibatnya, glukosa akan menumpuk dalam darah.

Faktor risiko pada penderita diabetes terbagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi meliputi berat badan, kolesterol, gula darah, aktivitas fisik, pola hidup tidak sehat (merokok, konsumsi alkohol). Adapun faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin dan genetik.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polidipsia), intensitas makan yang meningkat (polifagia), penurunan berat badanyang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria. Diagnosis DM ditegakkan jika ditemukan gejala klinis DM disertai kadar gula darah yang meningkat.

Modifikasi gaya hidup sehat seperti kegiatan jasmani dan pengaturan diet merupakan hal yang utama dalam penatalaksanaan DM. Penderita DM disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik dengan melakukan olahraga teratur selama minimal 30-45 menit 3-5 kali dalam seminggu dengan total 150 menit seminggu dan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari. 

Pengaturan diet dilakukan dengan memerhatikan pola makanan sehari-hari. Penderita DM harus mengatur jumlah kalori dan presentase dari karbohidrat, protein dan lemak yang dikonsumsi dalam satu hari. 

Namun, bila diperlukan dapat diberikan obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi. Jika penggunaan obat oral antihiperglikemia tidak berhasil maka dapat dipertimbangkan dengan penggunaan obat suntikan.

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang DM. Tujuan penatalaksanaan meliputi tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut. Tujuan jangka panjang guna mencegah dan menghambat progresivitas penyulit pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Mengenal Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus memiliki beberapa komplikasi baik komplikasi akut maupun komplikasi kronis. Komplikasi kronis meliputi komplikasi pada pembuluh darah besar maupun pembuluh darah kecil. Komplikasi pada pembuluh darah besar meliputi penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer dan stroke. 

Pada pembuluh darah kecil dapat terjadi komplikasi seperti gangguan pada mata, gangguan pada ginjal dan gangguan pada saraf. Komplikasi akut yang dapat terjadi yaitu peningkatan gula yang signifikan (krisis hiperglikemia) atau penurunan gula darah di bawah normal (hipoglikemia). Penderita DM dan keluarga hendaknya mengetahui kondisi-kondisi komplikasi akut tersebut.

Hipoglikemia merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah kurang dari 70 mg/dL dengan atau tanpa adanya gejala. Tanda dan gejala hipoglikemia seperti rasa lapar, berkeringat, gelisah, kesemutan, berdebar, lemah, lesu, pusing, pandangan kabur dan penurunan kesadaran.  Pada penderita DM dengan penurunan kesadaran harus selalu dicurigai sebagai suatu kondisi hipoglikemia.

Penanganan awal merupakan hal yang sangat penting dalam kasus hipoglikemia. Hal yang dapat dilakukan penderita DM dan keluarga yaitu pemberian konsumsi makanan/minuman tinggi glukosa. Salah satu cara sederhana yang dapat diberikan yaitu pemberian 2-3 sendok makan gula pasir yang dilarutkan kedalam air. Hindari pemberian makanan berlemak karena dapat menghambat respon kenaikan glukosa darah. Lakukan pemeriksaan glukosa darah dengan glucometer setelah 15 menit pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah masih tetap ada, makan pemberian larutan gula dapat diulang kembali hingga mencapai normal. Jika tidak dapat melakukan monitoring gula darah maka disarankan menuju fasilitas kesehatan terdekat setelah pemberian glukosa.

Krisis hiperglikemia merupakan komplikasi serius. Krisis hiperglikemia dibedakan menjadi dua kondisi yaitu Ketoasidosis Diabetik dan Status Hiperglikemia Hiperosmolar. Secara keluhan kedua kondisi ini akan sulit dibedakan, namun kedua keadaan ini mempunyai angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit guna mendapatkan penatalaksaan yang memadai. 

Keluhan yang dapat ditemukan meliputi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi, tanda-tanda dehidrasi, gangguan saraf (kejang, kelemahan ekstremitas), penurunan kesadaran, nafas berbau seperti aseton. Maka diperlukan tindakan segera untuk membawa penderita DM ke fasilitas UGD terdekat.

Penyakit diabetes melitus adalah penyakit yang tidak menular yang dapat menyerang siapa saja. Setiap orang hendaknya menjaga kesehatan tubuhnya sendiri agar terhindar dari penyakit ini mengingat dampak yang ditimbulkan. Penerapan pola hidup sehat dan mengontrol pola makan sepatutnya sudah dimulai saat kita berusia muda terlebih pada mereka yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus pada keluarganya. Ayo cegah diabetes melitus sebelum terlambat!

Sumber :

PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia)

PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun