Sejak ide pendirian hingga patung tersebut jadi patung tersebut terus menuai polemik ditengah masyarakat. Selain soal nama patung yang menjadi polemik, bahenolnya pantat patung wanita juga menjadi sorotan. Patung yang terletak di pertigaan Jl Sudirman dengan Jl Gajah Mada yang lokasinya persis di depan Kantor Gubernur Riau baru saja usai dibangun sebulan ini dengan menampilkan dua sosok pria dan wanita yang tengah menari. Sang pria mengenakan peci dengan posisi di atas. Sedangkan patung wanita posisi di bawah dengan tubuh yang melentik. Melintiknya badan batung ini, membuat posisi pantatnya menjadi bahenol. Pantat patung yang terlihat montok itu, mengarah ke Kantor Gubernur Riau.Urusan pantat bahenol ini dianggap patung yang erotis. Belahan pantat patung yang terlihat dengan jelas bagi masyarakat yang melintas di sana, menimbulkan protes dari berbagai pihak. Itulah gambaran masyarakat Pekanbaru yang saat ini meributkan urusan pantat montok sang patung penari itu. Terang saja patung tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai budaya Melayu, malah terkesan patung wanita itu sangat erotis. Budaya patung makhluk hidup seperti manusia tidak dikenal dalam budaya melayu yang kental akan nilai-nilai keislaman karena , patung itu sama dengan berhala sehingga keberaadaan patung tersebut tidak hanya mengusik para budayawan melayu tetapi juga kaum ulama yang mendukung protes para budayawan tersebut.

Patung penari ini merupakan karya seni dari I Nyoman Nuarta, ahli seni patung di Indonesia. Dan kabarnya, pembuatan patung yang tengah asyik menari ini menghabiskan dana lebih dari Rp 4 miliar yang merupakan proyek akhir tahun lalu (2010) sebenarnya bukan hanya ini saja ada beberapa patung dan tugu lainnya bernilai miliaran yang dikerjakan pada akhir tahun lalu dengan berbagai polemik. Ada dua monumen kontroversi yang sebenarnya mengemuka yang pertama tugu PON yang menuai kritik karena harganya yang super mahal dan tidak berfungsi lagi sehari setelah diresmikan dan yang terakhir patung para penari yang sampai hari ini tidak diketahui namanya.
Awalnya patung menari ini disebut tugu zapin, sebuah tarian khas Melayu Riau. Tapi rupanya, tugu zapin yang disebut ini pun menuai kritikan. Alasannya, tarian zapin tidaklah sama dengan bentuk patung yang menari itu. Bentuk patung tersebut, sosok penari pria berada diposisi di atas. Dan patung wanita dengan berada di bawah tanpa mengenakan kerudung. Padahal dalam Tarian zapin melayu itu setiap wanita mengenakan kerudung, tapi di patung itu tidak pakai kerudung. Dan tidak ada tarian zapin posisi lelaki di atas wanita di bawah. Ini jelas tidak sesuai dengan tarian zapin itu sendiri.
Karena soal nama diributkan, lantas Dinas Pekerjaan Umum Riau menyebut nama patung itu Titik Nol, Pekanbaru. Tugu dengan nama titik nol ini pun kena protes lagi. Karena tidak benar titik nol Pekanbaru ada di sana. Urusan nama pun di ributkan, lantas Pemprov Riau menyebutkan sebagai tugu Tarian Rakyat.Jika nilai-nilai dan kearifan budaya saja dilabrak maka patut diduga pembangunan patung dan tugu-tugu akhir-akhir ini berindikasi korupsi dari sisi mark up harganya, jika saja tak ada dusta para pemimpinnya niscaya polemik ini tak akan berkepanjangan, semoga.
Sumber foto; detik.com
nb; penulis mengamati secara langsung patung tersebut, 100 meter dari kantor penulis dan sehari lima kali melewatinya,.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI