Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Debat Agama di Kompasiana Itu Bagus

6 Oktober 2010   15:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:39 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa debat dikatakan jelek? Kalau tidak bisa berdebat secara bermutu (hanya bisa debat kusir) jangan lalu bilang berdebat tidak ada gunanya. Berdebat itu sangat berguna, jika dilakukan dengan baik.

Berdebat, atau beradu argumentasi, merangsang otak kita untuk berpikir secara lebih jernih, mendalam dan rasional. Berdebat bisa membuka wawasan baru dan memperluas horizon pemikiran kita. Perdebatan itu membuat kita lebih mengerti akan suatu topic tertentu. Di Negara-negara maju, bahkan anak2 sudah dilatih berdebat sejak mereka masih sgt muda. Perdebatan di parlemen negara2 maju sangat menarik dan bermutu. Semua pengambilan keputusan di parlemen selalu diawali dengan perdebatan-perdebatan.

Apalagi debat yg menyangkut soal2 yg fundamental, misalnya iman (agama). Perdebatan kalau dilandasi motivasi dan niat yg baik justru bisa membangun saling pengertian dan meluruskan kesalahpahaman. “Perdebatan agama” bisa menjadi suatu titik balik, menjadi suatu berkat, bagi seorang yg beruntung. Perdebatan yg bermutu membuat orang tidak lagi bersikap apriori dan percaya akan sesuatu “kata orang” dgn membabibuta.

Tetapi sesuatu yg baik pun kalau menyimpang menjadi tidak baik. Malaikat adalah ciptaan yg sangat mulia dan diciptakan untuk tujuan2 mulia. Manakala ia menyimpang ia menjadi iblis. Berdebat adalah sesuatu yg baik dan berguna, tapi kalau kemudian berubah menjadi acara saling ejek dan saling memaki, atau menjadi debat kusir (eyel2an) ia menjadi sesuatu yg tidak berguna dan patut dihindari. Termasuk debat soal2 iman dan kepercayaan.

Debat yg lebih bagus adalah secara online spt di Kompasiana ini. Debat secara online sangat luar biasa fleksibel. Kita tidak terlalu terikat waktu dan bisa menggunakan waktu secara efisien.  Bisa disambi macam2, kalau mau tidur dulu, mau ngopi dulu mau jalan2 dulu, boleh. Kita bisa punya lebih banyak waktu untuk berpikir shg tidak asal ngomong. Kita bisa mengedit kata2 yg kurang pas atau penalaran yg tidak logis. Kita bisa bertanya dulu kepada teman atau membaca referensi. Dalam debat online orang tidak bisa lupa apa yg telah dikatakannya atau dikatakan lawan bicaranya, krn terdokumentasi. Dalam debat online kelihatan argument siapa yg bermutu siapa yg hanya bisa debat kusir dan keras kepala.

Dalam debat online, interaksi antar orang tidak terlalu personal sehingga kalau pun ada yg marah dan saling hina, tidak akan terlalu sakit hati dan dendam. Debat online mencegah adanya tindakan kekerasan dan intimidasi dr satu pihak kpd pihak lain, dan ungkapan emosi yg berlebih2an. Debat online bisa lebih bermutu daripada debat secara tatap muka biasa., atau secara verbal.

Dalam debat online saya biasanya menghindari debat kusir yg mebuang waktu. Saya berusaha mendukung pendirian saya dengan argument yg logis. Saya menghindari mengejek atau merendahkan atau menghardik lawan bicara. Kalau pun ada lawan bicara yg bernada menghina saya tidak akan marah tapi akan saya jawab dengan akal sehat dan argumentasi penjelasan yg logis. Kalau pun saya marah (saya manusia biasa juga, toh) saya tidak akan membalas hinaan dengan hinaan. Toh saya bisa tinggalkan dia dan melupakannya ; meninggalkan pembiacaraan yg tdk berguna.

Jadi mari kita terus berdebat di Kompasiana ini, termasuk debat agama!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun