Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dedolarisasi

3 April 2023   17:48 Diperbarui: 3 April 2023   19:13 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dedolarisasi adalah istilah yang populer akhir-akhir ini. Dedolarisasi jika diartikan secara bebas adalah menurunkan Dolar Amerika Serikat (USD) dari "tahtanya" sebagai "raja"mata uang (currency) dunia. Disebut sebagai penguasa atau raja mata uang dunia karena USD menjadi mata uang yang paling dominan sebagi alat tukar-menukar antar bangsa-bangsa di dunia. USD merupakan mata uang yang  diterima dan digunakan hampir oleh semua negara di dunia. 

Dengan dedolarisasi diharapkan USD tidak lagi terlalu dominan sebagai mata uang karena USD harus berbagi pangsa dengan beberapa mata uang kuat lain seperti Euro Eropah (EUR), Yuan Tiongkok (CNY), Poundsterling Inggris (GBP), bahkan Yen Jepang (JPY), Rupee India (INR), dan mungkin ada beberapa lagi.

Munculnya Tiongkok dan beberapa negara lain sebagai kekuatan ekonomi dunia yang menyaingi Amerika Serikat, terlalu besarnya utang negara Amerika Serikat (karena boros dan terus mencetak uang secara berlebihan), serta melemahnya kepercayaan negara-negara lain akibat penggunaan dolar oleh AS sebagai senjata untuk memaksa atau menghukum, membuat posisi dolar mulai melemah. Sebagai konsekuensi penggunaan USD  yang merupakan matauang suatu negara asing yaitu Amerika Serikat (AS), negara-negara lain mempunyai posisi yang sangat rentan ketika harus berbenturan kepentingan dengan AS. 

AS terbukti tidak akan segan-segan memanfaatkan posisinya sebagai pemilik USD untuk memaksakan kehendaknya terhadap negara-negara lain. Karena AS sebagai negara pemilik USD maka simpanan uang dalam bentuk USD dari negara-negara lain otomatis ada di AS. AS dapat sewaktu-waktu membekukan simpanan tersebut sekehendak hatinya sehingga negara pemilik simpanan tidak bisa memakainya lagi. Hal ini membuat negara-negara di dunia menjadi waspada dan ingin melepaskan atau mengurangi ketergantungan tersebut.

Salah satu tanda atau cara melakukan dedolarisasi adalah dengan meminimalkan melakukan transaksi dengan menggunakan USD. Negara-negara atau kelompok-kelompok negara di dunia mulai melakukan perdagangan bilateral maupun multilateral dengan menggunakan matauang mereka sendiri. 

Misalnya antara Tiongkok dan Rusia perdagangan di antara mereka tidak lagi meggunakan USD namun dengan Yuan atau Rubel. Demikian pula antara Tiongkok dengan negara-negara Afrika dan Amerika Latin berusaha memaksimalkan penggunaan matauang mereka sendiri daripada menggunakan USD dalam bertransaksi di antara mereka. Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) dan ASEAN mulai menggalang usaha untuk meminimalkan penggunaan USD dalam transaksi di antara mereka.

Dengan berkurangnya penggunaan USD sebagai alat transaksi antarnegara maka dengan sendirinya negara-negara di dunia tidak lagi memerlukan USD sebanyak yang sekarang. USD yang berlebih tersebut akhirnya akan kembali ke AS dan posisi USD akan tidaklagi  terlalu dominan sebagai alat tukar-menukar di antara bangsa-bangsa. 

Ekses dari berkurangnya permintaan dunia akan USD dan kemudian repatriasi besar-besaran USD ke AS akan mengakibatkan dua hal penting : nilai tukar USD terhadap matauang negara-negara lain turun drastis dibandingkan nilainya sekarang, dan sebagai akibat dari berlimpahnya USD di AS karena repatriasi maka nilai tukar USD terhadap barang dan jasa di AS juga akan turun drastis alias terjadi hiperinflasi di AS sendiri. Dan kedua hal tersebut akan saling memperkuat, artinya akan ada suatu pelemahan dan penyusutan nilai yang besar dari USD entah itu akan terjadi secara cepat atau bertahap yaitu lambat tapi pasti.

Katakanlah kalau sekarang 1 USD sama dengan 15.000 IDR, setelah USD melemah maka 1 USD bisa jadi akan hanya 10.000 IDR, 5.000 IDR, bahkan 1.000 IDR. Demikian pula halnya USD akan melemah terhadap mata uang negara-negara lain, dan komoditi dunia seperti emas, minyak, dan lain-lain.

Kesimpulan, investor maupun masyarakat sebaiknya mengurangi eksposure terhadap USD sampai batas minimal karena kekayaan yang tersimpan dalam USD sudah pasti akan menyusut drastis. Lakukan diversifikasi dengan menyimpan nilai dalam berbagai matauang lain maupun instrumen lain seperti emas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun