Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenikmatan di Balik Kantong Celana

18 Oktober 2020   04:59 Diperbarui: 17 November 2020   00:27 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Detik News.com

Musik kencang, gelas yang beradu, dan paras cantik perempuan-perempuan pemuas hasrat begitu memikat, memadu. Malam ini dunia sedang berbeda, liar.

Pongki, Angki dan Rangga kegirangan. Di sebuah kamar hotel bilangan Tanah Abang, ketiga anak muda ini bersorak. "Ayo cepat mandi, kita cabut". Ujar Pongki sang leader.

Dalam sekejap, semua siap. Mereka kemduian bergerak ke salah satu tempat clubing di bilangan Jakarta Selatan.

Ķetiga anak muda berumur 25 tahun ini cukup terkenal wara-wiri di dunia clubing, tempat karaoke dan sejenisnya di kota asal. Bahkan, cukup terkenal bagi pemilik club, wanita-wanita penghibur, dan para mami (sebutan germo wanita). 

Bisa di bilang, fantasi mereka cukup tinggi.  Mabuk, karaoke, dugem dan tentu saja seks. Menurut pengakuan, hampir sebagian wanita penghibur di Kota asal sudah mereka eksekusi (tiduri).

Di Jakarta, mereka perdana. Keputusan kesini karena ingin mencari sensasi baru. Menjajal fantasi yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan.

"Di sana sudah bosan. Sekali-kali kelas Jakarta lah, kelas Nasional. Apalagi wanita-wanitanya, kelas internasional. Kapan lagi kan"

Hasrat ini pula yang mendorong mereka berangkat ke Jakarta. Terhitung dalam sebulan 3 kali bolak balik setiap akhir pekan. Dengan orang-orang berbeda.

*

Di lantai lima, dentuman suara musik mulai terdengar. Sebelum masuk, satu persatu pengunjung  di periksa oleh pria-pria berbadan tegap. Dari tubuh hingga tas. Dan di peringatkan agar tidak mengambil gambar saat berada di dalam.

Gelang bernomor kemudian diikatkan ke pergelangan tangan sebelum masuk. Gelang ini sebagai penanda agar waiters dengan mudah mengantar pesanan.

Pongki, Angki dan Rangga kemudian mengambil tempat di pojok. Pelayan yang sigap kemudian mencatat pesanan. Terhitung, 2 picers bir, 1 botol mansion, 5 bungkus rokok, dan cemilan sebagai permulaan.

Suasana room diskotik pun begitu riuh. Lantunan musik yang dimainkan Dj menghipnotis pengunjung berbagai umur. Asap-asap mengebul, gelas-gelas kian beradu, tooooos....satu persatu larut pada diri yang berbeda.

"Bos, butuh teman minum,? tanya wanita berumur sekira 45 tahun. "Iya mami, 3 orang," Sahut Pongki.

Dalam sekejap, sang mami kemudian mendatangkan 6 gadis. Ketiganya kemudian memilih di tengah remang-remang club. Sebuah proporsi kecantikan yang di pilih berdasarkan nalar. 

Wanita yang di pilih sudah tau tugasnya. Masing-masing dari mereka kemudian bergelut dengan pasanganya. Kenalan, basa-basi, menuangkan minuman, membakar rokok bahkan berciuman. 

Sepintas, semua di lakoni dengan gembira. Senyum lebar, suara aduhai, genit, manja dan bebas. Layaknya sepasang kekasih yang di mabuk cinta. Di balik itu semua, ada dua sisi yang bertarung. Satu tentang dirinya dan satu tentang orang lain yang berada pada dirinya.

"Ini baru perempuan, bersih,". Bisik Rangga kepada Pongki. Mereka begitu terkesima dengan lingkungan baru yang mereka hadapi.

Pukul 10.00 ketiganya kemudian menghilang. Satu persatu sang ladies menuntun menuju kamar masing-masing. Ternyata selain partner minum, mereka juga bisa di pakai berhubungan seks. Bisa dibilang ini merupakan satu paket dari transaksi.

Setelah sejam mereka kembali,dan ladies tadi tak lagi bersama. Mereka kembali lagi ke tempat yang disediakan. Dan siap menerima tamu berikutnya.

"Bagaimana,"?

"Pokoknya Jakarta terbaik, ini baru bilang dunia malam," Jawab satu diantaranya. 

Suasana itu di nikmati hingga pukul 03.00 Pagi. Terhitung 7 Picers bir habis, dan mereka 3 kali berhubungan badan dengan beberapa ladies lain karena fantasi yang begitu tinggi. 

Biaya yang dikelurakan malam itu mencapai 26 juta. Dan bagi ketiganya, itu bukanlah apa-apa. yang terpenting adalah kepuasan dan kenikmatan yang dirasakan.

"Uang itu di cari untuk dihabiskan. Terpenting jatah istri dan anak-anak sudah di buka. Sisahnya ya bagi-bagi rejeki. Kalau habis, cari lagi," celoteh Pongki yang sudah mabuk berat.

Dunia malam bagi ketiganya adalah fantasi yang harus di jajal sebelum mereka tua dan bertobat. Bagi mereka kepuasaan adalah keutamaan. Selain itu, agar mereka paham bagimana seluk beluk dunia malam.

"Apa tidak takut kena HIV," tanyaku. "Tenang saja, selama memakai pengaman pasti aman," Jelas pongki dengan percaya diri.

**

Lain halnya dengan Pongki, Angki dan Rangga. Cerita Dani dan Yadi juga cukup unik. Daniel seorang kontraktor besar yang bergerak di bidang kesehatan.

Ketika lobi-lobi proyek berhasil, ia habiskan fee awal di diskotik favoritnya. Tempat ini cukup hight class. Selain diskotik, juga ada mall dan apartemen mewah. 

Dani sendiri berujar, jika tender berhasil ia pertama-tama akan membalas hasil loby dengan membawa teman-temanya ke club. Mereka adalah para Kadis atau pihak dinas tempat ia memenangjan proyek.

"Itu kadis-kadis, saya sewa room karaoke terus saya servis. Saya kasih kenyamanan," Ujarnya.

Di dalam room karaoke yang super mahal, ia datangkan perempuan-perempuan seksi kemudian di pilih sendiri oleh tamunya. Minuman-minuman berlabel ia beli. Dan mereka berkaraoke hingga puas.

"Kalau karaoke terus main, ya silahkan saya sudah sediakan tempat,".

Malam berikutnya, servis berlanjut. Ia akan menggiring mereka ke lantai 2. Diskotik, tempat favorit Dani. Ia katanya cukup terkenal di sini. Beberapa perempuan juga simpananya. 

Bagi Dani, habis 50-100 juta semalam tak masalah. Sebab, yang kemudian datang justru milyaran. 

"Toh, Tamu saya juga butuh kehangatan toh. Lagian pulang ke daerah siapa yang tau," Ungkapnya.

Sementara Yadi, adalah seorang pegawai Negeri. Saat bertemu, ia sedang dalam tugas luar daerah. Selain tugas, obsesinya terhadap dunia malam juga tak main-main. Ia, bahkan rela memakai uang belanja istrinya untuk memuaskan hasrat pribadi.

"Kalau di Jakarta kan istri tidak lihat. Jadi hajar saja,".

Pria dua anak ini, setiap malam di kamar hotelnya di temani wanita penghibur. Untuk mengelabui sang istri jika tiba-tiba telpon, ia memakai dua kamar. Satu untuk dirinya dan satu untuk tempat pelampiasan napsu. Bagi Yadi, hasrat liar harus di puaskan agar tidak stres. Walaupun merogoh kocek sekali pun.

Ia juga tak jarang menuju club malam. Minum-Minum, dugem dan bahkan main. Tak jarang, ia memakai metode booking di luar jam kerja agar wanita yang ia pilih dapat ia bawa kemana saja.

**

Kepuasan adalah faktor utama dari banyak alasan seseorang memuaskan hasrat liarnya. Hasrat ini harus dipenuhi agar mencapai titik klimaks keseimbangan. Di banyak tempat, lakon dan perilaku seperti ini banyak terjadi. Dan bahkan, ia memiliki dunia sendiri yang tak mampu di pahami secara seksama. 

Dunia tersebut bertransformasi hari demi hari. Bahkan menjadi sektor bisnis potensial yang terus tumbuh. Dan menjadi sektor-sektor yang mampu memberikan pendapatan bagi negara di setiap itemnya. Bersambung..

Terima Kasih.......

*Nama sengaja menggunakan nama samaran guna menjaga privasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun