Pilkada dan Media framing adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dimana Tim IT berperan didalamnya.
Tepat pukul 21.30 semalam, saya menuju Tugu Proklamasi. Biasa, tempat nongkrong favorit anak timur dari generasi ke generasi. Bersama dia, sudah ada satu junior lagi yang menunggu.
Maklum, sejak tahun 2016 silam kami tak pernah ketemu. Setelah bersapa kami mengambil tempat di salah satu kedai, syukurnya tak banyak orang. Karena, keparnoan saya pada virus corona. Lebih tepatnya ya menjaga diri.
Mereka berdua baru belum setahun di Jakarta. Baru anak ingusan mengenal hiruk pikuk Kota segala peristiwa ini. Dan, mimpi membawa mereka  kesini guna melanjutkan pendidikan setelah sekian lama menabung.
Dan memang, hampir rata-rata tidak menggunakan beasiswa. Biaya kuliah diusahakan secara mandiri. Beasiswa seperti LPDP, BUDI dan lain-lain masih sulit di jangkau. Beasiswa daerah yang dialokasikan oleh Pemda dan Pemprov selama ini tak tepat sasaran. Kebanyakan di gelapkan.
Keterjangakuan itu karena beberapa faktor, yang pertama informasi sangat minim. Dimana keterjangkauan informasi terutama soal-soal beasiswa jarang di dapatkan. Walaupun ada gerakan dari dinas dan kampus setempat.
Kedua, pengetahuan dimana bahasa inggris menjadi kendala utama dalam memenuhi persyaratan dari lembaga-lemabaga pemberi beasiswa.Â
Sembari memesan kopi Arabica dari Gayo, kami mengobrol. Bertanya kabar dan apa progres yang dilakukan. Intinya diskusi-diskusi ringan. Sebab, yang berat-berat selalu bikin pusing.
"bang, saya mau bikin media online. Kebetulan saya kemarin sudah resigen dari media cetak lokal. Kira-kira langkah awalnya apa ya," salah satu dari mereka bertanya.
" Weh, ada apa ini. Tiba-tiba tanya begitu," Jawabku