Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Topo dan Komoditas yang Hilang

9 Oktober 2019   07:48 Diperbarui: 9 Oktober 2019   18:01 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah semuanya sampai, kami kemudian menuju titik perjanjian. Namun, nasib apes menimpa kami. Yap, teman yang hendak kami temui, justru sedang turun ke kota. Alhasil kami memutuskan untuk pulang dan kembali esok hari.

Hari kedua, cerita dan harap.

Perjalanan yang kami alami kemarin tidak kami sesali. Setidaknya kami sudah mengenal medan yang kami tempuh. Tepat pukul 09.00 kami pun berangkat, kali ini hanya kami bertiga.

Sesampainya kami di Topo, seorang wanita muda, energik, dan penuh semangat menyambut kami di kantor kelurahan. Wanita asal Aceh ini sudah menunggu kami sedari pagi. Ulfa namanya, wanita yang tidak kami temui kemarin.

Kami pun diundang masuk ke kantor kelurahan sekaligus sekretariat mereka. Sembari mengobrol, tiba-tiba datang seorang pria berbadan tegak. Melempar senyum kemudian dikenalkan oleh Olfa. Ternyata beliau adalah kepala kelurahan di desa tersebut, namanya Pak Rusman Hamid.

Berlima kami ngobrol panjang lebar, mulai dari keseharian para peserta KKN kebangsaan, aktivitas masyarakat, hingga harapan dari desa Topo sendiri. Kami pun langsung melakukan interview dengan keduanya, hingga salah satu pernyataan membuat kami terkejut sekaligus penasaran.

Bawang Topo yang diusahakan di Haltim (Dokpri)
Bawang Topo yang diusahakan di Haltim (Dokpri)
Bagaimana tidak, Topo dalam bayang-bayang kami adalah desa yang terkenal karena komoditas unggulnya. Sebut saja bawang Topo. Bawang Topo adalah identitas dari desa ini dan sudah terkenal seantoro pegiat pertanian. Namun, justru bawang topo sendiri tidak lagi dibudidayakan di desa ini.

Menurut pak Rusman, bawang Topo memang dikenal berasal dari desa mereka. Akan tetapi masyarakat tidak lagi membudidayakan komoditi tersebut akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan. Lagipula, desa yang terletak di pegunungan ini tidak memiliki lahan luas untuk ditanami bawang Topo.

"Tenar nama hilang bukti", itulah kondisi yang dapat menggambarkan kondisi bawang Topo saat ini, yang mana justru menjadi komoditi yang ditanam di dataran Halmahera sana.

Fakta lain yang kami dapatkan justru lebih menyita perhatian. Yap, salah satu komoditi asli Topo terancam punah. Dan saat ini hanya tinggal beberapa pohon saja. Itupun sudah diserang penyakit yang oleh warga sendiri tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit tersebut.

Sumber : www.litbang.pertanian.go.id
Sumber : www.litbang.pertanian.go.id
Komoditi tersebut adalah jeruk Sabalaka. Jeruk yang hanya ditemui di desa ini. Jeruk ini dulu berdiri kokoh di halaman-halaman rumah para warga. Dan menjadi salah satu jeruk kesukaan Presiden Soeharto. Katanya, Soeharto sering memesan khusus jeruk ini.

Cerita yang diutarakan oleh pak Rusman membuat saya dan kedua teman penasaran. Maklum, jeruk ini baru pertama terdengar di telinga. Bahkan, tidak begitu familiar bagi kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun