Mohon tunggu...
Joce Oey
Joce Oey Mohon Tunggu... -

LC67.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Janin Menjadi Benda Asing

24 November 2017   04:05 Diperbarui: 24 November 2017   04:09 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejak masih berbentuk janin, darah telah mengalir dalam tubuh manusia. Darah merupakan cairan yang sangat diperlukan oleh tubuh, salah satunya dalam metabolisme tubuh. Salah satu jenis sel yang ada pada darah adalah sel darah merah (eritrosit). Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak serta berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Darah sendiri dapat digolongkan menurut beberapa sistem, yaitu sistem ABO dan sistem Rhesus. 

Sistem ABO merupakan penggolongan darah berdasarkan aglutinogennya sedangkan sistem rhesus merupakan sistem penggolongan darah berdasarkan ada tidaknya antigen RhD. Antigen RhD berperan dalam sistem pembentukan imunitas tubuh. Sistem ini dibagi menjadi rhesus positif dan rhesus negatif. Rhesus positif adalah seseorang yang memiliki protein Rh-antigen pada darahnya, sedangkan rhesus negatif adalah seseorang yang tidak memiliki protein Rh-antigen pada darahnya. Terdapat beberapa kelainan pada darah, contohnya adalah Eritroblastosis fetalis. 

Eritroblastosis fetalis adalah kelainan darah dimana terjadi pecahnya eritrosit pada janin. Kelainan ini juga disebut sebagai hemolisis pada janin. Gejala eritroblastosis fetalis antara lain adalah anemia, edema (bengkak dibawah permukaan kulit), serta pembesaran hati. Eritroblastosis fetalis disebabkan karena adanya perbedaan rhesus antara ibu dan anaknya, yang merupakan dampak dari perkawinan ibu yang memiliki darah ber-rhesus negatif dengan ayah yang memiliki darah ber-rhesus positif.

Tingkat keparahan eritroblastosis fetalis bervariasi tergantung pada derajat hemolisis. Gejalanya meliputi anemia, dengan adanya banyak sel darah merah yang belum matang (eritroblast) dalam sirkulasi; sakit kuning, akibat penumpukan bilirubin (produk pemecahan hemoglobin dari sel darah merah); dan pembesaran hati dan limpa. Dalam bentuknya yang paling ringan, penyakit ini hanya bermanifestasi sebagai anemia ringan tanpa komplikasi lain; Dalam bentuknya yang paling ekstrem, janin mati dalam rahim. (Britannica Encyclopedia, 2017)

Terjadi banyak perdebatan, apakah kelainan eritroblastosis fetalis dapat disembuhkan atau tidak. Menanggapi perdebatan tersebut, saya beranggapan bahwa kelainan tersebut tidak dapat disembuhkan, akan tetapi penyakit tersebut dapat dicegah serta diminimalisir dampaknya.

Alasan dasar yang membuat saya yakin bahwa eritroblastosis fetalis tidak dapat disembuhkan secara total adalah karena eritroblastosis merupakan kelainan, bukan penyakit. Kelainan disebabkan oleh faktor genetika, yang berarti merupakan faktor intern dari dalam tubuh, sedangkan penyakit disebabkan oleh virus, bakteri, atau faktor luar lainnya.

Namun, meskipun kelainan ini tidak dapat diobati secara total, eritroblastosis fetalis dapat diminimalisir dampaknya. Langkah pertama dalam mendiagnosis eritroblastosis fetalis adalah dengan mengetahui apakah terdapat ketidakcocokan antara Rh dengan antibodi maternal. Pengecekan ini dapat dilakukan menggunakan tes screeningantibodi pada trimester pertama. Darah dengan rhesus negatif merupakan jenis darah yang cukup sulit untuk ditemukan, terutama dikalangan orang - orang Asia. 

Menurut Biro Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah pemilik rhesus positif di Indonesia kurang dari 1%, yang berarti hanya sekitar 1,2 juta orang. Dengan jumlah yang terbilang kecil jika dibandingkan dengan pemilik darah rhesus positif, hampir dapat dipastikan perempuan pemilik darah rhesus negatif memiliki pasangan suami dengan rhesus positif. Sebagai contoh, mayoritas warga Asia memiliki darah dengan rhesus positif, dan orang Eropa, Amerika, serta Australia banyak yang memiliki darah dengan rhesus negatif. Seperti yang kita ketahui, banyak diantara orang Asia yang akhirnya menikah dengan orang Eropa, Amerika, maupun Australia tanpa memperhatikan golongan darah serta rhesus mereka. 

Ketika perempuan Asia tersebut mengandung anak dengan rhesus positif pertama, belum terjadi perlawanan antara rhesus negatif yang dimilikinya terhadap bayinya. Perlawanan baru terjadi ketika bayi tersebut dilahirkan, karena terjadi pendarahan hebat pada sang ibu. Sensitivitas terhadap sistem kekebalan tubuh ibu terjadi ketika sel darah merah janin yang membawa faktor Rh positif (antigen) melewati plasenta dan memasuki aliran darah milik sang ibu. Karena sang bayi telah dilahirkan, maka tidak akan terjadi efek apa-apa pada bayi pertama itu. 

Melalui pendarahan tersebut, rhesus negatif akan mendeteksi adanya "benda asing" berupa darah rhesus positif dari bayi tersebut, tapi antibodi itu masih terlalu lemah untuk melawan bayi ber-rhesus positif. Bayi dari ibu yang memiliki rhesus negatif dan ayah yang memiliki rhesus positif umumnya akan memiliki darah dengan rhesus positif, karena merupakan penurunan  genetis dari ayahnya. Jika bayi tersebut ber-rhesus negatif, maka tidak akan ada masalah diantaranya. Karena rhesus negatif telah mendeteksi adanya benda asing tersebut, pada masa kehamilan anak kedua, ketiga, dan seterusnya, rhesus negatif sudah memiliki antibodi yang cukup kuat untuk melawan rhesus positif. 

Dengan demikian, anak pertama akan lolos dari ancaman kelainan eritroblastosis fetalis, namun anak kedua dan seterusnya dapat dipastikan terkena kelainan eritroblastosis fetalis. Sangat jarang ditemui kasus dimana seorang ibu dengan darah rhesus negatif menjadi peka selama masa kehamilan rhesus positif pertamanya. Hal itu dapat terjadi karena jumlah antigen Rh positif pada janin yang memasuki sirkulasi peredaran darah ibu belum mencukupi untuk menyebabkan terjadinya sensitivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun