Kadang, kita ngerasa sekolah itu bukan lagi tempat belajar yang nyaman, tapi jadi semacam arena gladi resik untuk menghadapi dunia yang keras. Bukan karena pelajaran yang susah atau tugas yang bejibun, tapi karena ada satu hal yang bikin suasana makin tegang: guru yang suka marah-marah.
Pernah gak sih, kamu salah jawab, terus langsung disemprot habis-habisan? Telat ngerjain tugas, langsung dapet omelan di depan kelas. Bahkan kadang, cuma karena nanya hal yang sepele, bisa-bisa dianggap ngelawan. Padahal kita cuma pengin ngerti. Suasana kelas jadi kayak ranjau, salah dikit bisa meledak. Rasanya bukan belajar, tapi bertahan hidup.
Kami ngerti kok, jadi guru itu nggak mudah. Tanggung jawabnya besar, tekanan dari atasan, orang tua murid, sampai target nilai yang harus dicapai semua murid. Belum lagi urusan pribadi yang mungkin bikin kepala makin penuh. Tapi guru juga manusia, kan? Nah, justru karena itu, penting banget buat belajar ngelola emosi. Kalau guru marah terus, bukan cuma bikin murid takut, tapi juga bisa ngerusak semangat belajar yang udah mulai tumbuh.
Marah itu manusiawi. Tapi kalau jadi kebiasaan? Itu masalah. Murid bukan robot yang bisa selalu benar. Mereka butuh bimbingan, bukan bentakan. Mereka butuh dituntun, bukan diteriakin. Kadang, marahnya guru malah bikin anak jadi makin gak paham, makin tertutup, dan parahnya, bisa trauma.
Kita nggak butuh guru yang sempurna, tapi kita butuh guru yang sabar. Yang bisa bilang, "Gak apa-apa salah, yuk kita ulangi pelan-pelan." Guru yang bisa ngerti, bahwa tiap murid itu unik, dan gak semuanya langsung paham dalam sekali jelasin. Guru yang bisa jadi tempat bertumbuh, bukan cuma tempat ditakuti.
So, buat semua guru hebat di luar sana, yuk belajar bareng-bareng buat lebih tenang. Nggak gampang, tapi bukan gak mungkin. Karena sejatinya, guru itu bukan cuma mengajar pelajaran, tapi juga ngajarin kehidupan. Dan hidup itu, akan jauh lebih bermakna kalau dijalani dengan sabar dan cinta.
Guru yang bahagia akan menularkan semangat. Guru yang sabar akan melahirkan murid-murid yang kuat. Jadi, guru jangan suka marah, dong. Murid juga manusia.
Dalam Islam, guru punya kedudukan yang sangat mulia. Rasulullah sendiri adalah guru terbaik sepanjang zaman. Tapi coba deh kita lihat bagaimana cara beliau mengajar. Gak pernah marah-marah gak jelas, gak pernah mempermalukan orang yang salah, bahkan terhadap orang kafir pun beliau tetap santun. Suatu hari ada seorang Badui yang kencing di masjid, sahabat-sahabat Rasul langsung ingin marah, tapi apa kata Nabi? Beliau malah melarang mereka memarahi orang itu, dan dengan sabar membersihkannya serta menasihatinya dengan lembut. Bayangin, sebijak itu Rasulullah.
Dalam Al-Qur'an, Allah juga menegaskan pentingnya lemah lembut dalam berdakwah dan mengajar. Dalam surah Ali Imran ayat 159, Allah berfirman: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu." Ayat ini seharusnya jadi tamparan halus bagi kita, terutama para guru. Kalau terlalu keras, murid-murid bisa pergi menjauh, bukan karena gak mau belajar, tapi karena takut dan gak nyaman.
Marah yang gak terkontrol itu sering kali datang dari nafsu, bukan dari niat mendidik. Padahal Rasulullah bersabda, "Bukanlah orang kuat itu yang bisa mengalahkan lawannya dalam gulat, tapi orang kuat adalah yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi, guru yang bisa menahan diri dari marah-marah itu justru luar biasa hebatnya. Mengelola emosi adalah bentuk kekuatan sejati.