Mohon tunggu...
Yudi Andrianto
Yudi Andrianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengurus Dewan Rempah Indonesia (DRI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Desainer Grafis & Gemar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Diskriminasi Harga Lada Bangka Belitung

9 September 2018   00:03 Diperbarui: 5 Juli 2019   23:49 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi masyarakat petani lada Bangka Belitung, lada atau sahang menjadi tanaman yang bernilai strategis serta menjadi andalan ditengah menipisnya cadangan timah yang masih menjadi urat nadi perekonomian Bangka Belitung. Apalagi, harga komoditi sawit dan karet petani saat ini terancam anjlok berlarut-larut, sehingga komoditas strategis seperti lada atau sahang berpotensi menjadi penyeimbang perekonomian Bangka Belitung. Kelak, masyarakat pun perlahan mulai terbiasa untuk lepas dari ketergantungan timah yang selama ini menjadi primadona masyarakat pasca berdirinya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Marwah Bangka Belitung Sebagai Provinsi Lada

Terdapat isu strategis dalam Pekan Poros Maritim Berbasis Rempah di Lawang Sewu, Semarang pada November 2017 silam. Sejalan dengan implementasi nawacita, pemerintah berkomitmen untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, disepakati adanya relawan secara besar-besaran sehingga rempah kita menjadi komoditas yang mendunia seperti jargon Rempah Kita Untuk Dunia.

Akan tetapi, komitmen pemerintah tersebut tidaklah selaras dengan menggebunya semangat para petani lada di Bangka Belitung. Walaupun dalam tekanan pelbagai kendala tetapi daya juang petani lada untuk terus berkebun tak pernah surut, bahkan disaat merosotnya harga lada yang tak sinergis.

Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman, membuat terobosan untuk mengembalikan kejayaan lada dengan motivasi tinggi melalui strategi inovasi diantaranya kebijakan di hulu, on farm, hilir serta strategi yang bersifat menunjang. Secara masif terus disosialisasikan seperti temu karya petani lada hingga kebijakan Sistem Resi Gudang (SRG) yang merupakan instrumen penting dan efektif dalam sistem pembiayaan perdagangan. Dengan adanya Sistem Resi Gudang (SRG) Syariah, akan terbuka peluang bagi petani untuk mendapatkan harga jual yang lebih baik, mendapatkan kepastian mutu dan jumlah, mendapatkan pinjaman dari Bank untuk pembiayaan modal kerja pada musim tanam berikutnya dengan jaminan Resi Gudang tanpa agunan berikutnya, mempermudah jual-beli komoditi secara langsung maupun melalui pasar lelang tanpa membawa komoditinya sebagai contoh tetapi cukup membawa resi, mendorong petani untuk berusaha secara berkelompok sehingga meningkatkan efisiensi biaya dan posisi tawar petani.

Dengan keseriusan dan komitmen daerah serta dukungan khalayak, marwah Bangka Belitung sebagai provinsi lada akan tetap terjaga. Fokus pemerintah harus mewujudkan paradigma pembangunan yang berorientasi kesejahteraan petani, sehingga iklim perekonomian daerah dapat kondusif dan berkelanjutan. Petani lada sejahtera, Bangka Belitung berjaya.


Semoga Berkah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun