Sopan santun bukan hanya sekadar formalitas dalam berbicara atau berperilaku, melainkan mencerminkan karakter, nilai, dan identitas suatu bangsa. Sopan santun merupakan elemen penting dalam kebudayaan Indonesia sejak lama.Di tengah derasnya pengaruh globalisasi dan modernisasi, nilai-nilai tersebut semakin hari semakin terpinggirkan, terutama di kalangan generasi muda.Sejak dini, kita belajar untuk berbicara dengan sopan, mengutamakan orang tua, serta menghargai pandangan orang lain.Sayangnya, gaya komunikasi yang lebih bebas dan terkadang tanpa filter mulai menggantikan nilai-nilai ini secara perlahan, terutama di media sosial. Â Â
Â
Budaya pop barat yang masuk lewat film, musik, dan media sosial turut memberi dampak  dalam pergeseran sikap . Gaya bicara yang blak-blakan sering kali dianggap keren atau berani. Padahal dalam budaya timur seperti Indonesia, berbicara dengan santun tidak berarti lemah, justru menunjukkan kecerdasan emosional yang tinggi. Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence (1995), menyebutkan bahwa penguasaan emosi dan kemampuan berempati adalah indikator penting dalam keberhasilan hidup seseorang.
Dalam dunia pendidikan, sopan santun memiliki pengaruh yang signifikan. Guru memiliki tanggung jawab tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi juga dalam membangun karakter peserta didik.Namun, dalam pelaksanaannya, tidak sedikit guru yang merasa kehilangan penghormatan dari murid-muridnya.Ini menjadi sinyal bahwa pendidikan karakter belum mencapai hasil yang diharapkan, meskipun kurikulum nasional sudah menekankan pentingnya pembinaan budi pekerti melalui program Pendidikan Penguatan Karakter. Â Â
Â
Bukan hanya di sekolah, gejala ini juga terlihat di rumah. Banyak orang tua yang sibuk dengan gawai masing-masing, sehingga interaksi langsung dengan anak menjadi minim. Padahal, keluarga adalah sekolah pertama bagi anak dalam belajar sopan santun. Jika anak terbiasa melihat orang tua bicara kasar, ia akan menganggap hal itu wajar. Sebaliknya, jika ia tumbuh dalam lingkungan yang santun, ia akan mencontohnya secara alami.
Kunci untuk menjaga harmoni sosial terletak pada sikap sopan santun.Di Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk, penting untuk mampu menjaga kata-kata dan sikap agar konflik dapat dihindari.Ketika sopan santun diabaikan, perbedaan bisa berkembang menjadi pertentangan.Keberagaman bisa menjadi kekuatan apabila disertai dengan sopan santun. Seperti pepatah mengatakan, Lidah lebih tajam dari pedang  sehingga pengendalian diri sangat penting dalam setiap interaksi. Kamu tidak perlu menunggu sistem berganti atau orang lain memberi contoh sebelum memulai.Mulailah dengan kebiasaan kecil seperti tersenyum saat menyapa, mengucapkan maaf dan terima kasih, serta menghindari kata-kata kasar di dunia nyata maupun di dunia digital. Tindakan sederhana ini berpotensi menjadi titik awal untuk mengembalikan budaya sopan santun di kehidupan sehari-hari.  Â
Menjaga sopan santun bukan berarti kembali ke masa lalu, tetapi justru memperkuat nilai kemanusiaan dalam kehidupan modern. Di era serba cepat, orang yang bisa tetap tenang, santun, dan menghargai orang lain akan selalu dihormati. Seperti emas, sopan santun adalah harta tak ternilai semakin langka, semakin berharga.kita mungkin tak bisa mengubah dunia dalam semalam, tapi kita bisa memulainya dari meja makan, dari kelas, dari media sosial, dan dari kata-kata kita hari ini. Karena di tengah dunia yang bising, kesantunan adalah suara yang akan tetap terdengar paling indah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI