Mohon tunggu...
Octavia Dalimunthe
Octavia Dalimunthe Mohon Tunggu... Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Saya adalah seorang mahasiswa yang pernah mengenyam pendidikan sebagai santri, dan sejak itu selalu membawa semangat belajar di mana pun berada. Saya gemar menjelajahi tempat-tempat baru, mencicipi berbagai kuliner khas, dan membagikan pengalaman tersebut melalui tulisan. Bagi saya, travelling dan jajan bukan sekadar hobi, tapi juga cara mengenal budaya dan kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Di Kompasiana, saya ingin menulis dengan gaya santai namun bermakna, membawa cerita dari perjalanan dan pengalaman sehari-hari yang mungkin bisa menginspirasi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Balik Layar Media Sosial: Siapa Kita Sebenarnya?

14 Juni 2025   19:58 Diperbarui: 14 Juni 2025   19:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto orang yang sibuk dengan media sosialnya (Sumber: Google)

foto berbagai macam media sosialnya (Sumber: Google)
foto berbagai macam media sosialnya (Sumber: Google)
Media sosial telah menjadi bagian utama dalam keseharian kita. Hampir setiap waktu, kita tak lepas dari platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook. Melalui layar kecil di tangan, kita membagikan cerita, pemikiran, serta potret kehidupan kita kepada dunia. Tapi, pernahkah kita merenung, siapakah diri kita yang sesungguhnya di balik layar tersebut?

Antara Dunia Virtual dan Diri Nyata

Di media sosial, kita memiliki kebebasan untuk memilih bagaimana ingin terlihat. Kita bisa mengunggah foto terbaik, menulis caption yang menarik, atau hanya memperlihatkan sisi paling membanggakan dari hidup kita. Dari sinilah terbentuk "versi ideal" diri kita, yang belum tentu sejalan dengan kenyataan.

Tanpa sadar, kita menciptakan karakter digital yang bisa jadi sangat berbeda dari pribadi kita di dunia nyata. Di layar, kita tampak bahagia dan penuh percaya diri, padahal bisa jadi di balik itu ada kelelahan, tekanan, atau kesedihan yang tersembunyi.

Saat Like Menjadi Ukuran Diri

Banyak orang mulai menggantungkan rasa percaya diri pada reaksi pengguna lain di media sosial. Jumlah like, komentar, dan pengikut sering kali menjadi tolak ukur seberapa "berharga" kita. Ketika unggahan tidak mendapat respons seperti yang diharapkan, kita bisa merasa kecewa, tidak cukup baik, bahkan iri terhadap kehidupan orang lain yang tampak sempurna.

Akibatnya, kita terjebak dalam dorongan untuk terus menyesuaikan diri dengan standar media sosial: ikut tren, meniru gaya publik figur, dan menyuarakan opini yang sedang viral, walau tidak mewakili hati nurani kita sendiri.

Identitas yang Tertukar

Media sosial seharusnya menjadi alat bantu untuk berkomunikasi dan berekspresi. Namun jika kita terlalu larut di dalamnya, perlahan kita bisa kehilangan arah. Kita mulai bingung membedakan mana diri yang asli dan mana yang hanya tampil untuk dilihat orang.

Hal ini bisa memunculkan krisis identitas. Siapa kita ketika tidak ada sinyal atau tidak sedang mengunggah apa-apa? Apakah kita masih merasa cukup berarti, bahkan ketika tidak ada yang melihat?

Menemukan Kembali Keaslian Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun