Mohon tunggu...
octalisty dhin
octalisty dhin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya masak, nyanyi, baca buku dan belanja.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

16 Oktober 2025   21:58 Diperbarui: 17 Oktober 2025   09:54 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan 

Di tengah kehidupan modern yang sering terasa sesak oleh tekanan, tuntutan, dan perbandingan, ajakan untuk "berpikir positif" sering terdengar di mana-mana. Kalimat seperti "tetap semangat," "pasti ada hikmah," atau "lihat sisi baiknya" seakan menjadi pengingat agar kita tak larut dalam kesedihan. Namun, di balik kalimat sederhana itu sesungguhnya tersimpan pemikiran yang dalam---warisan panjang dari para filsuf dan pemikir besar yang sejak ribuan tahun lalu memikirkan bagaimana manusia bisa tetap tenang, kuat, dan bahagia menghadapi realitas hidup. 

Berpikir positif bukan sekadar memaksa diri untuk tersenyum, melainkan kemampuan untuk mengelola pikiran agar tidak diperbudak oleh keadaan. Lima tokoh yang berpengaruh besar dalam hal ini adalah Marcus Aurelius, Epictetus, Friedrich Nietzsche, William James, dan Albert Ellis. Mereka hidup di masa berbeda, tetapi pandangannya saling melengkapi. Inti ajaran mereka sederhana: hidup tidak selalu bisa kita atur, namun pikiran dan sikap kitalah yang menentukan arah hidup itu sendiri.

Marcus Aurelius (121--180 M), seorang filsuf dari aliran Stoikisme Romawi, menekankan bahwa manusia memang tidak dapat mengatur peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya, tetapi selalu memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan cara berpikir dan sikap dalam menanggapinya. Baginya, penderitaan sering kali bukan muncul karena kejadian itu sendiri, melainkan karena cara seseorang menilai dan memaknainya. Dengan membiasakan diri untuk berpikir jernih, rasional, dan positif, manusia dapat mencapai ketenangan batin serta kebahagiaan sejati (eudaimonia). Dalam salah satu pernyataannya yang terkenal, Aurelius menulis, "You have power over your mind -- not outside events," yang bermakna bahwa sumber kekuatan sejati manusia bukan terletak pada dunia luar, tetapi pada kemampuannya mengelola pikiran sendiri. Pandangan ini menunjukkan bahwa berpikir positif bukan berarti menolak kenyataan, melainkan menerima segala situasi dengan tenang dan memilih melihat setiap peristiwa dari sisi yang rasional, membangun, dan penuh kesadaran. 

Modul Prof.Apollo hal.3
Modul Prof.Apollo hal.3
Pada bagian ini menjelaskan penerapan ajaran Marcus Aurelius dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bekerja, kita diajak untuk tetap tenang dan rasional saat menghadapi keputusan atau sikap atasan yang tidak selalu sesuai harapan. Dengan begitu, hubungan kerja tetap harmonis dan profesional.

Contoh lainnya saat ada orang marah di jalan, kita sebaiknya tidak terpancing emosi, tapi mengingat prinsip Aurelius: kita tak bisa mengendalikan tindakan orang lain, hanya reaksi kita sendiri. Dengan bersikap sabar dan berpikir positif, kita bisa menghindari konflik dan menjaga ketenangan diri.

Modul Prof.Apollo hal.4
Modul Prof.Apollo hal.4
Metode Conversio dalam ajaran Marcus Aurelius. Intinya, Aurelius mengajarkan bahwa ketenangan batin bukan berarti pasrah pada keadaan, tetapi hasil dari perubahan cara berpikir. Conversio adalah proses transformasi batin, yaitu kemampuan melihat kenyataan secara rasional, menerima hal-hal yang tidak bisa diubah, dan tetap tenang di tengah situasi sulit. Dengan berpikir positif serta fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, kita bisa hidup lebih damai dan seimbang meskipun dunia ini tidak sempurna. 

Modul Prof.Apollo hal.5
Modul Prof.Apollo hal.5

Dalam pandangan Marcus Aurelius, Conversio adalah proses perubahan batin, yakni mengalihkan diri dari reaksi negatif terhadap hal-hal eksternal menuju sikap penerimaan dan ketenangan dalam diri. Dalam ajaran Stoikisme, kebahagiaan sejati tidak ditentukan oleh keadaan luar, melainkan oleh cara seseorang menilai dan merespons setiap peristiwa. Aurelius menegaskan bahwa penderitaan bukan muncul karena kejadian itu sendiri, tetapi karena penilaian kita terhadap kejadian tersebut---dan cara pandang itu selalu bisa kita ubah kapan saja.

Dengan melatih diri untuk berpikir positif dan menerima hal-hal yang berada di luar kendali, seseorang dapat menemukan ketenangan batin yang sejati. Contohnya, ketika menghadapi orang yang marah tanpa alasan di jalan, reaksi spontan mungkin adalah tersinggung atau ingin membalas. Namun, dengan menerapkan Conversio, kita belajar menahan diri, menilai situasi secara rasional, dan memilih untuk tetap tenang. Dari proses itu terjadi pergeseran dari reaksi emosional menuju kesadaran dan penerimaan, yang menjadi inti dari berpikir positif ala Marcus Aurelius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun