Mohon tunggu...
Nyoman Sarjana
Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru dan Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selembar Ijasah

20 Juni 2025   12:19 Diperbarui: 20 Juni 2025   12:19 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber poto pixabay gratis


#cerpen

SELEMBAR IJASAH
DN Sarjana

Hiruk pikuk di halaman sekolah tampak jelas. Tak satupun terlihat wajah berasa duka. Tiga tahun mengikuti pelajaran di SMA sudah banyak memberi warna kehidupan bagi kalangan remaja. Mereka terkadang harus ikhlas melepas hari-hari bahagia bersama keluarga. Sekali waktu rasa getir bergelayut ketika harus mengulang mata pelajaran tertentu karena tidak memenuhi syarat.

Hari ini terhapus semua. Angka-angka yang tertera dalam lembar itu menandakan perjalanan sakral selama tiga tahun harus berakhir. Tak sedikit pula air mata mengalir menghempas getir dan bukti rasa syukur. Hal yang sama dirasakan oleh Risky. Ia takbkan melupakan hari-hari yang dilalui. Hari dimana bahagia itu terlalu jauh baginya untuk bisa terangkai.

Risky seperti teman lain. Berusaha tersenyum dan menunjukan wajah berseri atas prestasi dan ijasah yang dia raih. Iapun menerima jabat tangan sebagai ucapan selamat atas prestasi yang di raih.

Setelah teman duduknya Ronald member salam, ternyata satu wajah menyelinap di balik suasana yang sepi. Wajah itu tak asing bagi Risky. Wajah yang setiap saat seolah berbisik "Kamu orang pintar. Kamu layak juara." Belum lagi senyum dan kesederhanaan membalut gadis itu.

Dia Bunga. Lengkapnya Dianory Bunga Lestari. Teman-teman memanggilnya Bunga. Apa yang ditunjukan gadis itu dalam keseharian berbanding terbalik dengan kehidupan yang sesungguhnya. Bunga bukan gadis sembarang. Ayahnya seorang pengusaha properti yang sukses. Sementara ibunya ibu rumah tangga yang sukses mendidik anaknya.

Bunga anak ke tiga. Anak paling bontot. Ke dua kakaknya sudah sukses semua. Keduanya laki-laki. Satu kakaknya meneruskan usaha  di properti. Sementara satu lagi mengembangkan sayap properti di Australia. Ia fokus membangun rumah-rumah villa bergaya rumah adat yang ada di Indonesia.

        "Kak Risky masih disini?" Sapa Bunga ketika ia melihat Risky melintas di depannya.

Risky sedikit terkejut. Ternyata gadis pujaannya masih di sekolah.
        "Ee...Bunga. belum pulang juga. Aku masih menunggu ibu guru wali untuk memintakan tanda tangan copian ijasah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun