Mohon tunggu...
Novita Sari
Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

@nys.novitasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sambal Goreng Bawang

10 Januari 2020   23:00 Diperbarui: 12 Januari 2020   06:48 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jari telunjuknya tampak enteng mendorong pisau cutter  dengan gagang merah jambu. Dibawah sinar lampu neon, ia mengiris-iris dua siung bawang merah. Bawang-bawang yang telah menjadi irisan tipis itu diletakkan diatas piring kecil berwarna biru muda. Beberapa buah cabe rawit hijau yang sejak tadi masih berada dalam kresek hitam ia siangi dengan melepaskan ketingnya satu persatu.

Dihidupkannya api dengan cara membakar plastik-plastik bekas dan mengawinkannya dengan beberapa potong kayu bakar di dalam anglo yang sudah ditambal dengan kawat karatan melilit-lilit. Api-api  kecil merah dan asap berbau tengik menyembul ke atap rumahnya yang dipenuhi sawang-sawang kehitaman. 

Sekarang ia menjerang cabe-cabe itu keatas anglo untuk direbus. Sambil menunggu, ia duduk memeluk kedua kakinya. Ini tahun kedua ibunya terbaring di kamar karena sakit gula. Sejak ibunya sakit, ia pulalah yang harus memasak lauk untuk dia dan bapaknya. Tentu bukan masakan yang mewah seperti pindang tumis, gulai kuning atau kerutup ikan. Ia hanya bisa memasak yang sederhana. Aneka sambal dan sayur bening, hanya itu. Ia tak tahu cara memasak lauk yang sulit dan banyak bumbu itu, tak pernah ia bertanya bagaimana cara membuatnya. 

Dulu, sewaktu ibunya masih sehat sering ia dimasakkan macam-macam. Kari, gangan, semur, dan tempoyak selalu berubah-ubah makanan diatas meja setiap harinya. Sekarang lauk yang terhidang tak jauh dari sambal. Sambal tahu, sambal tempe, sambal kentang, sambal ubi, sambal nanas dan sambal-sambal lainnya. Meski hanya makan berdua dengan bapaknya, ia kadang jemu juga. Bapaknya memang tak pernah mengeluh, tapi gerak-geriknya  bisa juga ia baca. 

Suatu hari saat Samin, laki-laki yang membesarkannya itu pulang kerja. Dibukanya tudung saji diatas meja. Hanya sebentar tatapannya mampir. Samin langsung melengos, tanpa berkata-kata ia ngeloyor keluar. Belakangan ia tahu bapaknya sering mampir di rumah makan Padang tak jauh dari rumahnya, ia pernah tak sengaja melihat laki-laki itu menghisap rokok setelah menyesap habis makanan yang disajikan didepannya.

Air rebusan itu telah menggelegak, uap air nya terbang keatas. Diangkatnya cabe-cabe itu lalu ia letakkan diatas sengkal, tempat menghaluskan cabe-cabe itu dengan tangan. Digiling nya cabe-cabe rawit rebus itu, aroma khas cabe menghampiri hidung. 

Dalam ingatannya, ibunya dulu selalu hadir sebagai malaikat penyelamat perutnya dari kelaparan. Menasehatinya untuk selalu menjaga kemolekan tubuh, kehalusan tangan dari mencuci piring, serta membelikannya berbagai varian kosmetik mahal yang sering muncul di iklan televisi. 

"Perempuan itu harus cantik, yang pertama laki-laki itu lihat rupa kita, pintar-pintar jaga badan nak". Katanya sambil menyodorkan bedak padat keluaran terbaru. Perempuan lembut berparas ayu itu lalu keluar dan tersenyum pada anaknya yang sejak setengah jam yang lalu mematut diri pada cermin rias dikamarnya.

Ia juga sering melarang putrinya untuk melakukan pekerjaan rumah, sekedar mencuci piring atau menyapu halaman rumah. Ia memperlakukan putrinya seperti anak perempuannya itu masih berusia belia. Cukuplah putrinya itu makan masakan yang ia hidangkan, mandi dengan bersih, dan bersolek dengan baik.

Tak ada yang mempermasalahkan hal ini, putrinya tumbuh sebagai perempuan yang molek dengan kulit putih mulus, pandai bersolek dan menjadi pujian orang-orang disekitarnya. Hal ini bahkan membuat perempuan-perempuan lain iri melihatnya. Berhasil lah apa yang ibunya inginkan selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun