Mohon tunggu...
Nuzulul Nasoihul
Nuzulul Nasoihul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan Lupa Bersyukur

Melupakan adalah proses, Tapi ingat kembali adalah hasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi dalam Keberagaman

3 Maret 2021   22:00 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah Negara yang kaya dengan ke-aneka ragaman. Baik dari segi suku atau asal muasal yang bisa kita dapat dari sejarah, maupun dari segi budaya dan adat istiadat yang ada di setiap wilayah di penjuru Indonesia. Selain itu ke-aneka ragaman seperti inilah yang mampu memberi kesan tersendiri bagi Indonesia di pandangan negara-negara lainnya. Sebab dari sekian kekayaan yang ada di Indonesia ini hampir melebihi kekayaan negara-negara lain pada umumnya. Oleh karenanya, masyarakat di Indonesia  pun seringkali disebut sebagai masyarakat yang multi kultural atau dalam bahasa penjabarannya kita sebagai masyarakat Indonesia tentunya tidak asing lagi dengan fenomena banyaknya segi atau sudut pandang antar individu terkait perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan perbedaan aturan atau norma-norma yang ada antar wilayah, perbedaan ras serta budaya leluhur antar wilayah juga agama atau kepercayaan masing-masing orang tentunya. Baik itu disebabkan oleh perbedaan domisili masing-masing orang maupun perbedaan ke-latar belakangan antar individu. Sehingga kemudian dapat kita telaah kembali terkait perbedaan agama tersebut melalui beberapa media, seperti halnya diskusi, pengamatan, Interview (wawancara) ataupun membaca dan mencari referensi terkait hal terssebut. Akan tetapi disini, saya mencoba mengajak teman-teman untuk memahami tentang bagaimana pandangan agama lain terhadap agama lainnya yang masih dalam satu kawasan, entah itu dari segi kepercayaannya dalam kehidupan ataupun dari segi peribadatannya setiap hari.

Didaerah saya sendiri ada sekitar  3 agama yang dianut oleh masyarakat setempat, diantaranya adalah Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Melihat hal seperti ini tentu teman-teman mungkin berpikiran bahwa kedudukan setiap agama diatas mungkin seperti halnya didaerah lain pada umumnya. Akan tetapi jika ditinjau langsung, antar penganut agama-agama yang berbeda didaerah saya masih memiliki rasa solidaritas atau toleransi yang cukup tinggi. Faktanya, di tempat ini tidak hanya memihak kepada satu agama yang sampai saat ini masih menjadi mayoritas dikalangan agama lainnya, Seperti contoh  agama Islam disini, setiap pengikutnya juga turut serta bertoleransi terhadap penganut agama lainnya. Hal ini juga sebaliknya bagi agama lain yang memiliki kepercayaan tersendiri. Misalkan Kristen, menurut salah satu warga yang menjadi pengikut agama Kristen disini, konsep beragama yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya tidak jauh berbed. Hanya saja konsep beribadah atau aturan-aturan yang berlaku bagi orang-orang yang mengikuti kerap kali memiliki ciri-ciri atau hukum tersendiri, semacam Dogma bagi kalangan Kristiani atau Syariah bagi umat yang beragama Islam.

Kemudian, saya ingin bercerita sedikit terkait hubungan atau bentuk toleransi umat antar agama didaerah saya sendiri, yang mana agama yang menjadi mayoritas di sini adalah Islam tapi tidak menutup kemungkinan juga kebebasan bagi agama lain untuk tetap melaksanakan sistematika peribadatan mereka seperti yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka sejak dulu.

Pertama, Kristen adalah agama yang hampir di setiap daerah mungkin dianut oleh sebagian penduduknya. Didalam agama ini orang juga mengenal Allah tapi berbeda dengan apa yang ada pada agama Islam. Sebab didalam agama Islam Allah di sebut sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Sedangkan dalam agama Kristen Allah disebut Allah tritunggal karena pada agama ini ada beberapa tuhan yang disembah yaitu Allah sebagai tuhan bapa, Yesus sebagai tuhan anak dan roh qudus. Itulah mengapa  dalam agama kristen sendiri dikonsepkan sebagai Allah tritunggal. Menurut salah satu narasumber yang saya wawancarai, yesus sudah ada sejak awal penciptaan dunia ini. Dan sebelum bangsa Israel dibawa ke pembuangan orang-orang telah lebih dulu menyembah berhala yang kemudian merka anggap sebagai tuhan dikalangan mereka. Selain itu, mereka pun juga sudah mengenal Allah. Menurut mereka, Allah dating ke Musa untuk memimpin Israel keluar dari tanah Mesir. Hingga akhirnya muncullah sebuah dogma atau aturan yang diberlakukan saat itu, dimana orang yang berodosa harus menyembelih sapi atau domba sebagai syarat penebusan dosa yang telah mereka lakukan . Mereka beranggapan bahwa dogma tersebut bisa mensucikan kembali diri mereka sendiri, karena binatang yang mereka sembelih dipersembahkan untuk Allah. Allah menjanjikan kepada bangsa Israel  bahwasanya akan adaa seorang juru selamat atau diseebut mesias oleh mereka yang akan membebaskan mereka nantinya. Membebaskan mereka disini bukan berarti mereka beraanggapan bahwa nantinya akan masuk surga sebab urusan masuk tidaknya mereka ke surga itu sudah menjadi otoritas Allah sebagai tuhan bapa bagi mereka.

Tidak jauh dari informasi di atas, umat kristiani juga memiliki tata cara berperilaku tersendiri untuk beradaptasi dilingkungan agama lain yang lebih mayoritas. Karena menurut salah satu warganya agama bukanlah unjuk persoalan sebagai pendorong adanya kesenjangan masyarakat,  Sehingga kita sebagai manusia yang beragama harus lebih faham perihal kapan waktu dan hal yang memang harus bertoleransi dengan waktu atau hal yang memang sebaiknya kita tidak melakukannya. Untuk meninjau seberapa besar wujud toleransi umat beragam disini, bisa  kita lihat jika halnya ada perayaan hari-hari besar nasional ataupun hari-hari besar agama masing. Kalau disini, untuk hari raya islam setiap rumah warga bahkan yang penghuninya beragama lain juga turut mempersilahkan dan menerima tamu yang ingin bersilaturahim akan tetapi dalam hal ini silaturrahim yang dilakukan hanya cukup sampai dengan ikrar menghormati tetangga karena mereka-mereka yang beragama non muslim menjadi minoritas dikalangan orang-orang islam. Selain itu, bagaimana umat islam memberikan toleransi kepada mereka ? toleransi kepada sesame warganya akan terlihat saat ada perayaan hari-hari besar nasional atau acara-acara dan tradisi di desa ini sendiri. Seperti bersih desa, kerja bakti dan hal-hal gotong royong lainnya.

Pada dasarnya keyakinan atau kepercayaan yang ada pada diri setiap orang bukanlah batasan untuk diri mereka sendiri atau juga kita dalam bergaul dan bermasyarakat. Sebab, manusia adalah mahluk sosial atau lebih tepatnya kita tidak akan bisa hidup dan berdiri sendiri. Oleh karenaya toleransi memang sangat diperlukan dan dipupuk sejak dini asalkan hal ini tidak menyalahi aturan atau batas dari ajaran agama yang kita anut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun