Waktu seolah mundur ke belakang, saat saya menonton trailer Film Banda #TheDarkForgottenTrail, kembali ke masa kecil saya di Bandung. Dahulu sehabis sekolah usai, saya terkadang menunggu jemputan untuk pulang ke rumah, menunggu di rumah Eyang yang terletak di Jl. Banda Bandung.
Ibarat seorang anak kecil, sayapun tak sabar untuk menonton film dokumenter ini, cerita mengenai Kepulauan Banda yang merupakan awal dari timbulnya Jalur Rempah dan kemudian mengakibatkan adanya Jalur Sutera, awal masa penjajahan, era keemasan tanaman pala, tempat pembuangan para tokoh pejuang Indonesia pada tahun 1940 an  dan seterusnya.Â
Ingatan saya kembali lagi ke masa kecil. Saat saya bertanya kepada guru di sekolah, mengapa nama jalan di Bandung di sekitar sekolah, mewakili nama kepulauan di Indonesia? . Saat saya diberikan buku untuk mempelajari sendiri sejarah Indonesia, Â saat harus menghafalkan sejarah, menggambarkan peta secara detil kota-kota dan kepulauan di Indonesia. Masa yang nampaknya tidak dialami lagi oleh anak-anak milenial Indonesia jaman sekarang ini.
Sudah lama sekali, saya tidak menonton film dokumenter. Terakhir yang saya ingat adalah kartun sejarah yang diputar di salah satu stasiun televisi. Tampilan kartun itu kasar dan kurang menarik. Sehingga saya merasa senang sekali , saat mendapat undangan untuk menghadiri acara Press Screening dan Press Conference Film Banda. Â tanggal 26 Juli 2017.
Film panjang dokumenter Banda the Dark Forgotten Trail adalah karya sutradara Jay Subyakto yang pertama. Bermula dari ajakan Sheila Timothy yang datang di sebuah pameran dan baru mendengar istilah jalur rempah. Disampaikan dalam pameran tersebut bahwa jalur rempah yang mengawali timbulnya jalur sutra.
Saat hendak membuat awal film, sempat dilakukan riset terlebih dahulu, dan saat diketahui bahwa banyak anak-anak dan netizen saat ini yang mengetahui asal muasal sejarah Kepulauan Banda. Maka disepakatilah , cerita harus dimulai pada awal masa kolonial Belanda dan latar belakang mengapa pala pada masa itu, sangat diminati dan layak diperebutkan hingga timbul peperangan antar negara dan penduduk asli.
Suara Reza Rahadian sebagai narator dalam Bahasa Indonesia, seolah menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih saat membacakan puisi Chairil Anwar. Bahkan saat Press Conference, pengamat film senior  Yan Widjaya menobatkan pemeran Pattiradjawane adalah Reza Rahadian, disambut dengan wajuh tersipu malu Reza Rahadian
Film dibuat dengan gaya unik sutradara Jay Subyakto. Dengan waktu pengerjaan hingga dua bulan lebih, untuk memilah gambar dari stok 16 tera menjadi film dokumenter berdurasi 90 menit.Inti cerita Film Banda The Dark Forgotten Trail berkembang menjadi menggambarkan tidak hanya saat Kepulauan Banda masih dalam penemuan hingga kerusuhan etnis dan sara yang melanda pada era saat ini, serta harapan penduduk di Kepulauan Banda agar dapat ikut serta dalam pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah saat ini, (namun tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat lokal Kepulauan Banda ). Sepercik harapan diutarakan, agar seni tradisional diharapkan dapat dibangkitkan kembali. Hmm... pr yang luar biasa banyak bagi penduduk di Kepulauan Banda itu sendiri dan tentunya butuh support dari KemenparÂ
Film Banda The Dark Forgotten Trail ini akan diputar di bioskop dan di sekolah-sekolah hingga direncanakan mengikuti festival di luar negeri . Project ini tidak putus sampai disini saja, namun berlanjut dengan kerjasama dengan Kosmik mengeluarkan komik berjudul  Bara  www.instagram.com/kosmikspaceÂ
Sebuah komik fantasi histori karya Octo Baringbing dan Abdul Kholik