Apakah anda tahu bahwa ada sebutan kurikulum baru di tahun 2022 yang sedang ramai di perbincangkan? Nama kurikulum itu adalah kurikulum portotype.
Nah, Perlu kita ketahui bahwa kurikulum prototype adalah kurikulum opsi atau pilihan yang di terapkan dalam satuan pendidikan mulai tahun ajaran (TA) 2022/2023. Dalam menghadapi krisis pembelajaran dan berbagai tantangan yang diperlukan perubahannya harus dari sekolah karena, sekolah adalah faktor kunci dalam transformasi pembelajaran menurut saya, kurikulum prototype menjawab tantangan sebagai pemulihan pembelajaran setelah pandemi yang mengalami dampak learning loss.
Saya sangat mendukung dan setuju dengan kurikulum prototype karena, kurikulum ini sangat mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa sehingga, tidak merasa terbebani dan lebih leluasa untuk memilih apa yang diminatinya dan itu akan berpengaruh terhadap perkembangan bakat di setiap masing-masing anak, disaat masa pandemi belajar hanya dari rumah (daring) dan kurikulum prototype ini sebagai jawaban untuk pemulihan dalam melaksanakan pembelajaran untuk menciptakan suasana baru yang menyenangkan (pendekatan) antara guru dan murid.Â
Kemendikbudristek, Zulfikri Anas juga mengatakan "Bahwa Kurikulum Prototipe memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran..." disampaikan Zulfikri Anas pada kegiatan Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung, Kamis (23/12) dan ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, mendukung opsi Kurikulum Prototipe tersebut.
Tapi, sangat disayangkan kurikulum ini hanya dijalankan oleh sekolah penggerak, nah kata penggerak ini bisa juga disebut sekolah mengemudi(menjalankan).Â
Sekolah penggerak itu fokus pada hasil belajar siswa untuk terwujudnya profil siswa Pancasila yaitu dengan kompetensi dan karakter dari SDM atasan yang melibatkan kepala sekolah dan guru.Â
Sebagaimana disampaikan oleh penulis tentang sekolah penggerak adapun syarat untuk menjadi sekolah penggerak yang nantinya lolos seleksi untuk diberikan dana khusus memperbaiki kualitasnya akan tetapi, sangat disayangkan dari beberapa sekolah saja yang melaksanakan kurikulum ini karena, keterbatasan sekolah seperti di desa pun yang masih terbilang belum mencakup sarana dan prasarana maupun SDM guru terbatas dan tidak bisa menjadi sekolah penggerak sehingga, kurangnya pemerataan kurikulum prototype yang nantinya dari hasil yang tercapai pun pasti berbeda.