Mohon tunggu...
nurya auris
nurya auris Mohon Tunggu... Marketing Specialist

Meskipun hobi menulis, saya paling tidak suka menulis dengan pena. Saya menyukai menulis dengan pc, laptop, smartphone atau apapun alat ketiknya. Karena jika memakai pena, akan ketahuan kalau tulisan tangan saya jelek. Saya senang membaca buku, bisa buku dengan tema apa saja asalkan penulisannya menarik dan enak dibacanya. Karena begitu saya membaca halaman pertama dan ternyata gaya tulisannya tidak menarik meskipun kata orang buku itu bagus, saya tidak akan melanjutkan membaca. Saya senang berdiskusi dan belajar mengenai spiritualitas, kehidupan, dan segala hal yang memperkaya perspektif saya dalam melihat hidup. Saya hanyalah manusia yang haus belajar hal baru, dan ingin paham lebih dalam makna kehadiran saya di bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menabung Harapan

17 Agustus 2025   12:37 Diperbarui: 17 Agustus 2025   12:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis masa depan cerah bersama pegadaian (sumber : design pribadi)

Menabung adalah kebiasaan lama masyarakat Indonesia. Sejak kecil, kita sudah diajarkan untuk menyisihkan sebagian uang, entah disimpan di celengan ayam, botol bekas, atau di bawah bantal. Namun, seiring bertambahnya usia, kita mulai sadar bahwa menabung saja tidak cukup. Nilai uang bisa menyusut karena inflasi, sementara kebutuhan hidup terus bertambah. Di titik inilah muncul kesadaran bahwa kita perlu menyimpan dalam bentuk aset yang nilainya lebih stabil dan tahan waktu.

Salah satu bentuk investasi yang paling dekat dengan keseharian masyarakat adalah emas. Emas bukan hanya perhiasan, tapi juga simbol kekayaan, simpanan darurat, sekaligus instrumen investasi. Dan di Indonesia, ada satu nama yang selalu lekat dengan emas: Pegadaian. Bagi banyak orang, Pegadaian memang identik dengan gadai, tetapi pengalaman pribadi saya membuktikan bahwa Pegadaian juga menjadi pintu masuk penting untuk belajar dan berinvestasi emas dengan cara yang sederhana, terjangkau, dan aman. Inilah alasan mengapa Pegadaian mengEMASkan Indonesia bukan hanya jargon, melainkan kenyataan yang saya alami sendiri.

Saya masih ingat saat pertama kali membeli emas di Pegadaian. Waktu itu, kondisi keuangan saya tidak besar, tetapi saya penasaran ingin mencoba berinvestasi. Saya mulai dari jumlah yang sangat kecil: 0,1 gram. Mungkin terlihat sepele, tetapi bagi saya saat itu, emas sekecil itu memberi rasa percaya diri yang besar. Ada kepuasan tersendiri menggenggam sesuatu yang nyata, yang nilainya tidak akan hilang hanya karena angka inflasi.

Setiap kali ada rejeki lebih, saya menambah sedikit demi sedikit. Rasanya seperti menanam biji kecil yang kelak bisa tumbuh menjadi pohon. Namun, hidup tidak selalu berjalan mulus. Pernah suatu ketika saya terpaksa menjual kembali emas yang sudah saya kumpulkan karena membutuhkan dana mendesak. Prosesnya di Pegadaian sangat mudah: emas yang saya miliki langsung dibeli kembali, dan saya menerima uang tunai sesuai harga saat itu. Di situlah saya merasakan likuiditas emas---mudah disimpan, mudah pula dicairkan.

Pengalaman tersebut membuat saya semakin yakin bahwa emas bukan sekadar barang mewah. Ia bisa menjadi penopang ketika keadaan darurat. Saya juga merasakan perbedaan harga emas di Pegadaian yang relatif lebih murah dibanding tempat lain, dengan jaminan keaslian yang tidak perlu diragukan. Ada rasa aman yang membuat saya percaya untuk terus melanjutkan perjalanan kecil saya bersama emas di Pegadaian.

Seiring berjalannya waktu, saya mengenal produk lain dari Pegadaian: Tabungan Emas. Konsepnya sederhana, tetapi revolusioner bagi saya. Dengan Tabungan Emas, saya tidak perlu menunggu memiliki uang besar untuk membeli emas batangan. Cukup menyisihkan sedikit demi sedikit, saldo tabungan saya otomatis dikonversi ke emas. Rasanya sama seperti menabung di bank, hanya saja nilainya tidak dalam rupiah, melainkan emas.

Inilah yang membuat Tabungan Emas sangat relevan untuk masyarakat Indonesia. Tidak semua orang bisa langsung membeli 5 gram atau 10 gram emas. Namun, dengan tabungan, siapa saja bisa ikut memiliki aset emas, bahkan dengan nominal yang sangat kecil. Inklusivitas inilah yang menurut saya menjadi kekuatan Pegadaian: membuka jalan agar investasi bukan hanya milik kalangan tertentu, tetapi juga masyarakat menengah ke bawah.

Praktisnya lagi, Tabungan Emas bisa diakses lewat aplikasi digital. Saya bisa memantau saldo emas kapan saja, menambah simpanan hanya dengan transfer, bahkan mencetak emas batangan jika suatu saat dibutuhkan. Kemudahan ini membuat saya semakin disiplin menabung, karena terasa ringan tetapi manfaatnya nyata.

Dari pengalaman pribadi yang sederhana ini, saya melihat peran Pegadaian jauh lebih besar daripada sekadar tempat transaksi. Melalui produk emas dan tabungannya, Pegadaian berkontribusi langsung pada peningkatan literasi keuangan masyarakat.

Bayangkan, di negara dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa, masih banyak orang yang belum terbiasa berinvestasi. Pegadaian hadir sebagai jembatan, memperkenalkan cara investasi yang aman, sederhana, dan terjangkau. Tidak perlu modal besar, tidak perlu pengetahuan rumit, cukup konsisten menabung, dan kita bisa memiliki aset berharga.

Kontribusi ini, bila dilihat dalam skala nasional, punya dampak besar. Masyarakat yang terbiasa menabung emas akan lebih siap menghadapi gejolak ekonomi. Tabungan emas juga bisa menjadi jaring pengaman sosial: ketika ada kebutuhan mendesak, masyarakat punya simpanan yang bisa dicairkan. Dengan demikian, Pegadaian tidak hanya membantu individu, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi bangsa.

Selain itu, Pegadaian juga turut mendorong budaya menabung emas di kalangan muda. Banyak generasi milenial dan Gen Z yang kini mulai sadar pentingnya investasi, dan Pegadaian memberi solusi yang sesuai dengan gaya hidup digital mereka. Melalui aplikasi mobile dan kemudahan transaksi, investasi emas jadi lebih dekat dengan generasi baru. Dengan begitu, semangat Pegadaian mengEMASkan Indonesia terasa semakin relevan lintas generasi.

Setiap gram emas yang ditabung sebenarnya bukan hanya simpanan pribadi, tetapi juga bagian dari optimisme kolektif. Sebab, ketika masyarakat punya tabungan yang aman, mereka bisa lebih tenang menghadapi masa depan. Mereka bisa merencanakan pendidikan anak, modal usaha, hingga persiapan pensiun dengan lebih percaya diri.

Saya pribadi merasa bahwa langkah kecil membeli emas 0,1 gram dulu adalah pintu masuk menuju kesadaran lebih besar: bahwa investasi bukan soal besar kecilnya uang, tetapi tentang kebiasaan dan ketekunan. Dari situlah saya belajar bahwa harapan tidak dibangun dalam sekejap, melainkan disusun sedikit demi sedikit, persis seperti menabung emas.

Dalam perjalanan ini, Pegadaian menjadi mitra yang selalu hadir. Ia memberi rasa aman, akses yang mudah, serta edukasi yang berkelanjutan. Tidak berlebihan jika saya menyebut bahwa Pegadaian tidak hanya membantu saya secara pribadi, tetapi juga menginspirasi untuk percaya bahwa mimpi besar bisa dimulai dari langkah kecil.

Pengalaman saya bersama Pegadaian, dari membeli emas kecil-kecilan hingga membuka Tabungan Emas, memberi pelajaran penting bahwa emas bukan sekadar logam mulia. Ia adalah simbol ketekunan, kesabaran, dan harapan. Emas adalah aset yang mengajarkan kita untuk merencanakan masa depan dengan bijak.

Saya percaya, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengenal dan memanfaatkan layanan emas Pegadaian, semakin kuat pula fondasi ekonomi bangsa ini. Dari individu yang menabung, keluarga yang lebih sejahtera, hingga bangsa yang lebih tangguh, semua berawal dari langkah kecil.

Dan di sinilah peran Pegadaian menjadi nyata: membantu mewujudkan mimpi setiap orang, sekaligus mengangkat kesejahteraan negeri. Dari satu gram emas menuju masa depan yang berkilau, Pegadaian benar-benar telah dan terus mengEMASkan Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun