Mohon tunggu...
Nur Widyanti
Nur Widyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia yang berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjelajahi Taman Hutan Raya Bersama Anak Medan

22 Februari 2024   13:18 Diperbarui: 22 Februari 2024   13:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hayyy Nama saya Nur Widyanti dari Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan. Saat ini saya sedang mengikuti salah satu kegiatan Kampus Merdeka yaitu Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Bandung tepatnya di Universitas Pendidikan Indonesia. Selain untuk mendapatkan ilmu baru dan pengalaman belajar yang baru, hal yang paling dinanti dan ditunggu adalah kegiatan Modul Nusantara yang akan dilaksanakan setiap akhir pekan setelah merasakan penatnya belajar. Kali ini kegiatan Modul Nusantara pertama kami adalah Menjelajahi Taman Huatan Raya Ir. H. Djuanda Bandung (Tahura). Untuk menuju Tahura, perjalanan yang kami tempuh membutuhkan waktu 45 menit menggunakan kendaraan roda empat dari tempat kediaman kami.

Kumpulan Kelompok Reak
Kumpulan Kelompok Reak

Sesampainya di Tahura, hal yang pertama saya lihat adalah permandangan yang sejuk dan dipenuhi dengan tumbuhan-tumbuhan berwarna hijau yang menyejukan mata. Sebelum berkeliling kami berkumpul bersama kelompok Modul Nusantara atau yang kami beri nama dengan kelmpok Reak. Kami sedikit berdiskusi, mengisi absen, makan, dan juga berdoa sebelum memulai kegiatan berkelana kami.

Nahhh, sebelum saya menceritakan kegiatan berkelana kami, saya mau menceritakan tentang Taman Hutan Raya Bandung terlebih dahulu. Taman Hutan Raya Bandung atau yang disebut juga dengan "Tahura" adalah kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman dengan jenis Pinus (Pinus merkusil) yang terletak di Sub-Daerah Aliran Sungai Cikapundung dan DAS Citarum yang membentang mulai dari Curug Dago, Dago Pakar sampai Curug Maribaya yang merupakan bagian dari kelompok hutan Gunung Pulosari yang berisi jejak peninggalan pada kolonial Jepang dan Kolonial Belanda. Di Tahura banyak hal yang dapat di kunjungi yaitu Monumen Ir. H. Djuanda, Gua Jepang, Gua Belanda, Penangkaran Rusa, curug, Batu Batik dan permandangan yang sejuk untuk dinikmati.

Hal yang pertama kami jelajahi adalah Gua Jepang, gua yang satu ini sudah ada pada tahun 1942 silam. Tentara Jepang membangun gua ini dengan tenaga para pribumi yang menjadi korban Romusha, kerja paksa di zaman Jepang yang banyak memakan korban dalam masa pembuatannya. Gua Jepang yang memiliki 3 pintu lorong untuk masuk dan keluar dari dalam Gua memiliki banyak lorong buntuh didalamnya yang dapat dikatakan bahwa dalam proses pembangunan gua ini tidak pernah terselesaikan bahkan hingga Indonesia merdeka dan tempat ini pun belum pernah mendapatkan renovasi dari pemerintah. Tempat ini dibangun untuk perlindungan, persembunyian, serta gudang penyimpanan logistik makanan hingga senjata bagi tentara Jepang.

Pintu Masuk Gua Jepang
Pintu Masuk Gua Jepang

Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan menuju Gua Belanda. Gua Belanda dibangun pada tahun 1923 sebagai tempat penyimpanan dan perlindungan saat terjadi serangan udara atau serangan militer. Lokasi yang strategis di pegunungan Dago menjadikannya tempat yang aman dari ancaman serangan. Sama seperti Gua Jepang, gua ini pun memiliki tiga lorong. Pada bagian kiri gua, Kita akan melihat adanya sel tahanan yang dulunya berfungsi sebagai tempat untuk mengurung para pribumi dan musuh peperangan. Di dalam gua ini juga ada bekas tempat penyimpanan logistik bagi tentara Belanda. Kemudian, di sisi sebelah kanan, pengunjung akan menemukan gang sempit yang menuntun ke sebuah tangga. Menurut sejarahnya, tangga ini pernah berfungsi untuk kepentingan pengintaian. saat mengetahui hal ini, seketika hati saya menjadi sedih membayangkan semangat patriot yang tinggi untuk para pahlawan indonesia yang mengalami penyiksaan didalam Gua Belanda ini. Mungkin yang ada di pikiran para pejuang adalah antara hidup dan mati untuk melawan para penjajah.

Saat berada didalam Gua Belanda kami mendapatkan tantangan dari Dosen Modul Nusantara untuk mematikan alat bantu penerangan kami, saat pencahayaan di matikan terjadilah kericuhan bagi kaum wanita yang sudah langsung berteriak dan ketakutan. Nah, ada hal yang hampir lupa saya ceritakan yaitu konon katanya saat berada di sekitar wilayah Tahura kita tidak diperbolehkan untuk mengucapkan kata " Ladah" yang konon katanya jika kita mengucapkan kata tersebut akan terjadi hal-hal mistis dan supranatural.  Sebagai orang awam yang harus kita lakukan adalah mematuhi perarturan yang ada demi menjaga satu sama lain. 

Pintu Masuk Gua Belanda
Pintu Masuk Gua Belanda

setelah dari Gua Belanda kami meneruskan perjalanan menuju penangkaran Rusa. Untuk menuju ke Penangkaran Rusa kami menempu perjalanan yang lumayan jauh, hitung-hitung olahraga bersama sambil menikmati suasanan yang sejuk dengan melihat permandangan dan para monyet-monyet yang seperti menyambut kami saat berjalan haha. Nah selain jauh, perjalanan yang kami lewati penuh dengan usaha dan niat yang kuat karena jujur saja jalan yang menanjak sedikit mematahkan niat saya untuk melanjutkan perjalanan. tetapi Alhamdullilah saya sampai ke penangkaran Rusa dengan perasaan yang sedikit bangga karena saya mampu melawan rasa malas saya yang lebih suka untuk rebahan di dalam kamar dari pada untuk melangkahkan kaki hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun