Poster dengan judul "Gempa Bumi Di sumenep Jawa Timur"Â
pada malam selasa, tanggal 30 september 2025, masyarakat Sumenep dn pulau-pulau sekitarnya terkejut oleh getaran hebat bersumber dari dasar laut. Menurut data BMKG, gempa tersebut terjadi pukul 23.49 WIB dengan skala magnitubo 6,0 setelah pembaruan informasi. Titik pusat gempa terletak sekitar 50-58 km di tenggara Sumenep dengan kedalaman 11-12 km, dan merupakan jenis kejadian tektonik, meskipun tidak menimbulan potensi tsunami. Guncangan tersebut terasa hingga pulau Sapudi, Madura, dan sejumlah area di Jawa Timur, menyebabkan kepanikan dan warga berlarian keluar rumah di tengah malam.
Gempa ini mengakibatkan kerusakan yang cukup signifikan. Menurut laporan dari BNPB dan Antara News, ratusan bangunan mengalami kerusakan, terutama di pulau Sapudi, Gayam, Nonggunong, dan Talango. Sekitar 316-374 unit rumah, serta fasilitas umum seperti sekolah, msjid dan pukesmas, mengalami kerusakan. Keadaan semakin buruk dengan adanya gempa susulan yang terjaadi berulang, menimbulkan rasa takut di kalangan warga. Faktor utama yang memperbesar dampak adalah kedalaman gempa yang dangkal, sifat tanah yang lunak, dan bangunan yang tidak memenuhi standar tanah gempa.Â
Pemerintah daerah, BPBD, dan BNPB segera melaksanakan respons darurat, termaasuk pengumpulan data, evakuasi, dan distribusi bantuan. Namun, upaya ini terkendala oleh akses yang sulit ke pulau-pulau kecil dan keterbatasan dalam hal logistik. Peristiwa ini mengingatkan pentingnyaa kesiapsiagaan bencana, pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, dan edukasi masyarakat untuk  lebih siap menghadapi ancaman gempa di masa depan. Dari kejadian ini terdapat beberapa pelajaran penting yaang bisa diambil:Â
Memperkuat bangunan: renovasi  dan pembangunan rumah serta sarana publik harus menerapkan prinsip ketahanan gempa, terutama di wilayah yang rawan.Â
Pemetaan risiko dan tata guna lahan: hindari pembangunan di lokasi yang rentan terhadap likuifaksi atau dekat patahan; gunakan peta risiko untuk pengembangan wilayah.
Edukasi dan latihan berkala: masyarakat harus memahami proserdur evakuasi, lokasi titik kumpul, dan langkah-langkah aman saat gempa terjadi.Â
Sistem informasi yang cepat dan dapat diandalkan: pihak berwenang perlu memberikan data tentang gempa dan petunjuk evakuasi secara jelas untuk mengurangi kepanikan.
Kesiapan logistik di pulau kecil: rencana darurat khusus untuk daerah terpencil harus disusun (termasuk transportasi bantuan, persediaan bahan pokok, dan tenaga kesehatan).
Gempa Sumenep ini mengingatkan kita akan fakta bahwa bencana bukan hanya fenomena alam semata---tetapi juga hasil dari kombinasi faktor alam, kebijakan pembangunan, dan tingkat kesiapsiagaan manusia. Ketika mitigasi dan pendidikan tentang bencana dilakukan secara konsisten, kita dapat meminimalkan korban dan kerusakan ketika gempa terjadi lagi. Kekuatan komunitas lokal, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan NGO, serta kebijakan yang mendukung ketahanan infrastruktur, merupakan kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih aman bagi pulau-pulau kecil di Madura.