Mohon tunggu...
Nurul HidayatulIsnaeni
Nurul HidayatulIsnaeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo

Bismillah,,,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Perkembangan Anak

17 April 2021   15:27 Diperbarui: 17 April 2021   15:31 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan adanya ketidakberdayaan dan belum mengenal apa-apa maka anak dapat diserahkan atau dijadikan baik atau buruk oleh orang dewasa lainnya khususnya orang tua. Dengan demikian, anak merupakan manusia yang masih kecil yang berada pada taraf perkembangan. Dimana awal kehidupannya ia tidak berada, tidak mengenal sesuatu apapun sehingga dapat diarahkan kepada perbuatan dan perkembangan yang positif atau negatif.

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Dan perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi ia menjadi kesatuan. Tentunya adanya perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:

Pertama, Hereditas (Keturunan/Pembawaan). Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai "totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewaris dari pihak orang tua melalui gen-gen. Dari penjelasan tersebut menggambarkan bahwa orang tua adalah faktor pertama yang sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sebab orangtualah yang mewarisi kepada anak segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma).

Kedua, Faktor Lingkungan. Lingkungan adalah "keseluruhan fenomena (peristiwa situasi atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang memengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu". Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah.  Orang tua mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri,dan berakhlak mulia. Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal (kondisi fisik, psikis, dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal (perkembangan sosial budaya), maka setiap keluarga memiliki perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsi-fungsinya (fungsional-normal) sehingga setiap anggota merasa nyaman dan bahagia (baitii jannatii = rumahku surgaku); dan ada juga keluarga yang mengalami broken home, keretakan atau ketidak harmonisan (disfungsional-tidak normal) sehingga setiap anggota keluarga merasa tidak bahagia ( baitii naarii = rumahku nerakaku). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Guru sebagai orang tua kedua bagi anak (siswa) dapat mengajarkan hal baik dan positif agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Dalam konteks perkembangan anak, orang tua adalah pemegang kendali utama tanggung jawab atas proses pembentukan karakter anak. Kita tidak dapat menutup mata misalnya, bahwa saat ini terjadi pergeseran nilai kesusilaan pada masyarakat mengenai terminologi patut dan tidak patut. Di level itu, peran orang tua menjadi sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada anak sebagai bekal utama sebelum mereka terjun ke masyarakat melalui sekolahan dan media interaksi sosial lainnya. Karena itu, teladan sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak mereka. Hal ini penting karena pada fase perkembangan manusia, usia anak adalah tahapan untuk mencontoh sikap dan perilaku orang di sekitar mereka. Pola asuh yang baik sangat diperlukan agar anak berkembang dengan baik.

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Banyak sekali cara orang tua mendidik anaknya di usia dini. Macam-macam pola asuh yang pertama, pola asuh demokratis. Merupakan pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua pada pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini tidak menuntut lebih terhadap kemampuan anak, pada pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Kedua, pola asuh otoriter. Cenderung menetapkan standar yang mutlak yang harus dituruti, biasanya diikuti dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima anak dengan alasan agar anak terus patuh dan disipin serta menghormati orang tua. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakakan orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan untuk menghukumnya. Ketiga, pola asuh permisif. Merupakan jenis pola asuh anak yang cuek terhadap anak. Biasanya pola pengasuhan anak yang seperti ini dkarenakan orang tua yang sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan yang lain yang menyebabkan orang tua lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu, anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang di asuh dengan tipe seperti ini, nantinya akan menjadi anak yang kurang perhatian dan kasih sayang, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, egois, memiliki kemampuan sosialissi yang buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya, baik waktu kecil maupun dewasa.


Orang tua sebagai teladan utama harus menerapkan pola asuh yang baik, dengan melihat resiko setelahnya. Banyak orang tua sekarang yang menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua menerapkan pola asuh ini ketika berinteraksi dengan anak, orang tua memberikan arahan kepada anak dengan tegas tanpa adanya perlawanan dari anak itu sendiri, namun apabila arahan yang diberikan positif maka akan berdampak baik kepada anak dan apabila arahan yang diberikan bersifat negatif maka akan berdampak buruk bagi anak dalam pergaulannya sehari-hari.

Dampak positif dari pola asuh ini, kekhawatiran orang tua terhadap anak bisa diminimalisir. Sebagai contoh gadget, apabila anak sering bermain gadget bisa berakibat pada dirinya, seperti kelainan mata atau sakit mata. Selain itu, dunia maya sekarang sudah semakin beragam isinya, jika seorang anak bermain gadget dan melihat fenomena/video yang ada pada sosial media tentunya akan mencontoh perilaku ataupun bahasa yang digunakan dalam video di sosial media tersebut, seperti contoh aksi tawuran, kata-kata yang kurang sopan dimasyarakat (kata "anjim"). Dan pada anak yang memasuki usia remaja khusunya perempuan, akan mudah terjerumus dalam pergaulan bebas, sebagi contoh jika orang tua melarang anaknya pergi pada malam hari dalam artian main/nongkrong itu karena sebenarnya orang tua tidak mau melihat atau tidak ingin anaknya terjerumus dalam pergaulan bebas. Pola asuh otoriter juga berdampak pada perilaku anak seperti: anak rajin beribadah dan sopan serta taat kepada orang tua. Bisa dilihat bahwa dampak postif dari pola asuh tersebut berdampak pada anak itu sendiri.  

Namun, selain adanya dampak positif ada juga dampak negatifnya. Karakteristik otoriter, yaitu kaku, tegas, menerapkan hukuman jika tidak sesuai aturan. Orang tua cenderung selalu benar dalam mengemukakan pendapat. Pola asuh ini akan membentuk seorang anak dengan karakter disiplin dan patuh. Namun sayangnya, orang tua yang otoriter sering melayangkan ungkapan "pokoknya" ketika sedang mengutarakan pendapat, tanpa memperedulikan atau mendengar pendapat dan keinginan anak. Hal ini dapat membuat anak menjadi tidak terbiasa membuat keputusan sendiri dan takut jika tidak menuruti perkataan orang tuanya. Selain itu, anak yang terbiasa dengan pola asuh otoriter sering kali sulit mengungkapkan pendapatnya sehingga muncul masalah kecemasan yang dapat menyebabkan stres. Dampak pola asuh otoriter terhadap perkembangan anak lainnya, yakni dapat membuat emosi anak meledak-ledak, hubungan interpersonal (dengan orang lain) yang kurang baik, dan cenderung menjadi pribadi yang otoriter di kemudian hari, sering menyebabkan perkelahian, kurangnya motivasi, dan lain sebagainya. Selain itu juga berdampak pada perilakunya, pada perilaku anak yakni: anak menjadi sering merokok, sering berjudi serta tidak taat kepada orang tua, hal ini disebabkan karena anak merasa dibatasi kebebasannya, dipaksa dan menghukum anak jika salah sehingga anak melampiaskan perasaan dengan bertindak sesuai keinginannya

PENUTUP

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor, fator lingkungan khusunya. Lingkungan keluarga maupun sekolah. Lingkungan keluarga merupakan faktor utama bagi perkembangan anak. Sebagai orang tua hendaknya memahami betul bagaimana perasaan anak, dengan pola asuh yang baik anak akan menjadi senang dan merasa dihargai. Namun, jika pola asuh anak kasar ataupun tidak membuat anak nyaman, anak cemderung memberontak.  Pola asuh otoriter selain memberikan dampak positif pada perilaku anak, seperti: anak rajin beribadah dan sopan serta taat kepada orang tua, juga berdampak negatif pada perilaku anak, yakni: anak menjadi sering merokok, sering berjudi serta tidak taat kepada orang tua, hal ini disebabkan karena anak merasa dibatasi kebebasannya, dipaksa dan menghukum anak jika salah sehingga anak melampiaskan perasaannya dengan bertindak sesuai keinginannya. Berbeda dengan pola asuh demokratis, tidak memberikan dampak negatif pada perilaku anak sebab orang tua tidak memberikan sanksi yang berat pada anak sehingga hubungan antara orang tua dan anak bersifat hangat. Demokratis memberikan peluang bagi anak untuk bertindak, namun orang tua tetap memberikan kontrol agar anak tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Sedangkan pola asuh permisif memberikan dampak yang negatif pada perilaku anak, sebab orang tua memberikan kebebasan dan memanjakan anak maka anak akan berperilaku manja dan merasa terbiasa dengan hidup mewah, serta dengan tidak adanya kontrol dari orang tua maka anak akan bertindak sesuka hatinya dengan kebebasannya dan melakukan tindakan negatif. Oleh karena itu, orang tua harus menerapkan pola asuh yang tepat pada anak sesuai dengan perkembangan psikologinya agar anak dapat menjadi bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Sebaiknya orang tua tidak menerapkan pola asuh permisif dan otoriter pada anak karena berpotensi besar akan menimbulkan dampak negatif pada perilaku anak. Sebagai orang tua, diharuskan untuk selalu memberikan nesehat pada anak untuk berperilaku sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat bijak hati kepada keluarga maupun pada orang lain dan sebaiknya orang tua menanamkan nilai-nilai agama kepada anak agar tercipta generasi penerus bangsa yang berakhlak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun