Mohon tunggu...
Nurul Fitria Ramadani
Nurul Fitria Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Lahirnya Daulah Umayyah di Damaskus

24 Januari 2023   11:42 Diperbarui: 24 Januari 2023   11:48 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel ini dibuat oleh Nurul Fitria Ramadani dan Suhardi. Artikel ini di buat sebagai tugas akhir semester pada mata kuliah Desain Pembelajaran dengan Materi Sejarah Daulah Umayyah di Damaskus, Prodi Pendidikan Agama Islam Semester 3, Fakultas Tarbiyyah Institut Agama Islam Daar Al Uluum Asahan.

Disini saya akan membahas tentang Sejarah Lahirnya Daulah Umayyah di Damaskus, Khalifah-khalifah Berprestasi Daulah Umayyah di Damaskus, serta Kemunduran Daulah Umayyah di Damaskus.

1. Sejarah Lahirnya Daulah Umayyah di Damaskus

 Daulah Umayyah merupakan dinasti islam pertama yang didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan pada tahun 40 H. Berdirinya daulah ini mengalami proses perjalanan yang cukup panjang. Sejak akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, ketika itu Muawiyyah bin Abu Sufyan menjabat sebagai gubernur Syam dan keinginannya menjadi gubernur di Damaskus sampai akhirnya memperoleh estafet kepemimpinan dari Hasan bin Ali. Secara singkat dapat dijelaskan proses Daulah Umayyah sebagai berikut:

1. Perang Siffin

Akhir masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib diwarnai dengan serangkain pemberontakan. Pemberontakan berawal dari ketidak puasan masyarakat atas keputusan Ali bin Abu Thalib terhadap para pembunuh Usman bin Affan. 

Kemudian kebijakan Ali bin Abu Thalib yang mengganti beberapa gubernur yang diangkat oleh Usman bin Affan sedikit banyak menimbulkan gejolak di beberapa wilayah. Muawiyyah tidak mau melepaskan jabatannya sebagai gubernur Syam sebelum Ali menghukum pembunuh Usman. Sementara Ali bin Abu Thalib sebagai Khalifah berhak memecat Muawiyyah dan belum saatnya menghukum para pembunuh Usman dengan alasan meredam gejolak islam yang sedang dalam masa transisi. 

Masing-masing pihak bersikukuh dengan sikapnya, hingga muncullah perang Siffin. Perang Siffin sendiri berlangsung selama beberapa hari Pada bulan Dzulhijjah tahun 36 H, dan pada saat pasukan Ali bin Abu Thalib yang dipimpin oleh Aystar mulai menampakkan tanda-tanda kemenangan, muncullah beberapa orang dari pihak Muawiyyah mengangkat Mushaf al-Qur’an sebagai tanda perdamaian.Masing-masing pihak bersikukuh dengan sikapnya, hingga muncullah perang Siffin. Perang Siffin sendiri berlangsung selama beberapa hari Pada bulan Dzulhijjah.

2. Tahkim

 Kedua belah pihak bersepakat dengan sebuab perjanjian Tahkim yang salah satu keputusannya adalah sepakat untuk genjatan senjata dan memutuskan untuk mengembalikan persoalan umat kepada Kitabullah. Maka dari itu dari pihak Ali bin Abu Thalib mengutus Abu Musa al Asy’ari dan dari pihak Muawiyyah mengutus Amr bin Ash untuk menyampaikan pidatonya dihadapan pasukan. 

Maka mereka pun menyampaikan isi pidatonya masing-masing. Dan akhirnya putusan Tahkim tersebut menjadikan Muawiyyah kuat, dia di bai’at menjadi khalifah oleh penduduk Syam, dan berturut turut mencari kekuatan dukungan dari Mesir dan memberangkatkan pasukan ke beberapa wilayah yang di kuasai Ali binAbu Thalib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun